A.
Pengantar
Persoalan Trinitas adalah suatu
perdebatan sejak zaman patristik. Pada zaman ini muncul para bapa Gereja dengan
mengeluarkan ajaran untuk membela iman kristen. Salah satu kontroversi yang
terjadi pada saat itu adalah Trinitas. Kontroversi ini muncul karena adanya
bidaah yang tidak mengakui keilahian Kristus. Ada beberapa bapa Gereja yang
mecoba merumuskan doktrin tentang trinitas yakni, Ireneus, Origenes,
Tertulianus, Athanasius dan Agustinus. Penulis dalam paper ini akan memaparkan
ajaran trinitas dari Tertulianus karena dialah yang mencetuskan forma Trinitas.
Allah digambarkannya sebagai una
substantia tres personae (satu substansi tiga pribadi).
B.
Riwayat
Hidup[1]
C.
Situasi
Sosial
Ada dua situasi sosial yang menandai
zaman Tertulianus. Pertama, lahirnya filsafat Yunani. Filsafat Yunani menekankan
pencarian kebenaran yang didasarkan pada kodrat dan dunia. Dengan paham ini,
orang-orang Yunani mencoba mencari kebenaran Allah. Mereka juga mempertanyakan
kodrta Yesus apakah manusia atau Allah atau salah satu diantaranya. Aliran ini
melihat kebenaran Allah dalam dua bentuk yakni pluralisme[3]
dan monarkhianisme[4]. Kedua,
terjadi penganiayaan yang begitu hebat kepada orang-orang Kristen. Penganiayaan ini dilakukan oleh kekaisaran
Romawi. Mereka disiksa dan menjadi santapan binatang buas hanya karena menamakan
diri sebagai kristen (nomen christianum).
D.
Situasi
Religius
Abad kedua atau abad bapa patristik
ditandai dengan permulaan agama kristen. Permulaan agama kristen ini juga
dibarengi dengan lahirnya ajaran atau dogma sebagai pegangan bagi orang kristen.
Ajaran dan dogma-dogma ini juga sebagai suatu apologia untuk melawan
orang-orang kafir, dan juga penguasa.
E.
Karya-Karya
Tertulianus
-
Apologetik : 5 tulisan
-
Kontroversial : 10 tulisan
-
Ajaran mengenai
disiplin, moral dan praktek asketis : 10 tulisan
Jumlah
keseluruhan tulisannya ada sekitar 25. Namun ada juga dikatakan bahwa ada
beberapa tulisannya yang hilang dan tidak nampak.
Doktrim
mengenai trinitas ada dalam bagian kontroversial, melawan Praexes (adversus
praexean). Pertama,
Karya ini memuat argumennya melawan kaum Monarkhianisme yang melihat kebenaran
Allah dari konsep monarki. Ia menolak pandangan bahwa konsep Trinitas dan
Unitas Allah yang disamakan dengan kaisar Romawi bersama anak-anaknya. Bagian
kedua memuat penjelasan rasional, yang berdasar pada Kitab Suci.Ia melawan
pandangan bahwa Allah yang dilihat pastilah bukan Bapa, dengan merujuk pada
“Akulah Tuhan dan tiada yang lain” (Yes 45: 5), “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh
10:30) dan “Siapa yang melahat Aku, melihat Bapa” (Yoh 14:9-11).
Adversus Praexes ini ada 31 bab. Bab
I Muslihat iblis melawan kebenaran. Bab II doktrin katolik tentang trinitas dan unitas. Bab III berbagai
macam ketaktan dan prasangka. Bab IV kesatuan, supremasi dan satu-satunya
penguasa ilahi. Bab V evolusi Putera atau sabda Allah dari Bapa melalui proses
ilahi. Bab VI Firman Tuhan adalah kebijaksanaan Allah. Bab VII keberadaan
Putera nyata dalam sabda dan kebijaksanaan. Bab VIII meskipun Putera atau sabda
Allah berasal dari Bapa, Dia bukanlah hasil emanasi sepeti yang dikatakan oleh
Valentinus. Dia tidak terpisahkan dari Bapa. Bab IX aturan iman Katolik yang
diuraikan dalam beberapa poin. Bab X nama Bapa dan Putera membedakan pribadi
antara mereka berdua. Bab XI identitas Bapa dan Putera. Bab XII kutipan lain
dari Kitab Suci sebagai bukti pluralitas pribadi dari Allah. Bab XIII Pemaksaan
beberapa ayat Kitab Suci untuk menggambarkan pluralitaas pribadi dan kesatuan
substansi. Bab XIV invisibilitas Bapa dan visibilitas Putera disaksikan dalam
beberapa ayat Perjanjian lama. Bab XV kutipan dari ayat-ayat Perjanjian Baru. Bab
XVI manifestasi dari Anak Allah. Bab XVII Kaisar Agustus mendeskripsikan dewa
dan itu diaplikasikan kepada Putera. Bab XVIII Allah itu esa sebagaimana yang
telah dinubuatkan dalam Kitab Suci. Bab XIX kesatuan Putera dan Bapa dalam
penciptaan segala sesuatu. Bab XX ayat-ayat Kitab Suci yang mendukung ajaran
sesat Praexes. Bab XXI Bapa dan Putera diucapkan sebagai pribadi yang berbeda
sebagaimana tertulis dalam Injil Yohanes. Bab XXII kutipan dari Injil Yohanes
untuk menunjukkan perbedaan Bapa dan Putera. Bab XXIII bagian lain dari Injil
yang sama untuk mengungkapkan iman Katolik. Bab XXIV Percakapan St. Filipus
dengan Kristus. Bab XXV Roh Penghibur atau Roh Kudus. Bab XXVI Pendasaran singkat
dari Injil Matius dan Lukas. Bab XXVII perbedaan Bapa dan Putera. Bab XXVIII
Kristus bukanlah Bapa sebagaimana yang dikatakan oleh Praexes. Bab XXIX Kristus
yang wafat. Bab XXX Bagaimana Putera ditinggalkan oleh Bapa di salib. Baba XXXI
Kemunduran karakter bidaah Praexes. Dari 31 bab melawan Praexes, hanya 12 bab
berbicara mengenai doktri trinitas yakni dari bab 2-13.
Sebelum masuk ke pembahasan tentang Trinitas, terlebih dahulu akan ditunjukkan
secara singkat siapa sebenarnya Praxean.
F.
Sekilas tentang Praxean
Siapakah Praxean? Dengan sadar pertanyaan ini tidak mudah untuk
dijawab secara mendetail dengan mengungkapkan keseluruhan tentang Praxean sebab
tulisan-tulisan tentang dia hampir tidak ada. Umumnya informasi tentang Praxean
hanya diketahui dari tulisan Tertulianus dalam “Against Praxeas”.[5]
Praxean adalah seorang Monarchian dan yang berasal dari Asia
Kecil yang hidup di akhir abad ke-2 atau awal abad ke-3. Praxean datang ke
Kartago sebelum Tertullianus meninggalkan persekutuan Katolik. Dia mengajarkan
doktrin Monarchian di sana, atau setidaknya sebuah doktrin yang oleh Tertulianus
dianggap sebagai Monarchian. Ia adalah musuh lama bagi Tertulianus sebab
dianggap sebagai pembawa ajaran sesat.[6]
Praxean dalam pandangannya percaya akan kesatuan keallahan. Oleh karena itu, dengan keras ia tidak menyetujui upaya pembagian kepribadian
dalam keallahan: Bapa, Putera, dan Roh Kudus sebagaimana ada dalam Gereja Kristen saat itu. Ia menolak pembedaan dalam
keilahian dan membela bahwa segala sesuatunya ada dalam monarki tunggal Allah.
Karena pandangannya, ia ditentang oleh Tertulianus dalam traktatnya “Against
Praxeas”. Ajaran Praxeas dilihat
sebagai ajaran bidaah. Para pengikutnya disebut sebagai Praxeans. Kemudian
Praxeas menghilang dari Kartago setelah mendapat perlawanan dari Tertulianus.[7]
G.
Hubungan
Trinitas dalam Kesatuan
Tertulianus
memberikan sumbangan yang besar tentang ajaran Allah Trinitas. Ajarannya
tentang Tritunggal tertuang dalam makalahnya yakni against Praxeas (melawan Praxeas). Makalah ini terdiri dari 31
pasal, dan secara khusus dasar pembangunan doktrin ini tertuang dalam pasal
2-13. Dia mengembangkan gagasannya dalam konteks polemik di mana ia menolak
pandangan-pandangan yang mencoba merusak kesatuan dan keunikan Allah. Di sini Tertulianus
melawan pandangan kaum Monarkhianisme yang dikembangkan oleh Praxeas. Pandangan
ini menolak setiap pembedaan dalam keilahian dan mendukung suatu gagasan
“prinsip tunggal” Allah. Monoteisme mereka adalah monoteisme yang sangat kaku.
Mereka mengatakan bahwa hanyalah Allah dan bukan Putera yang lahir dalam
sejarah manusia dan yang menderita serta wafat di salib.[8]
Di
dalam pasal II dan III, ia mulai membahas doktrin Tritunggal dengan menyoroti
unitas dalam trinitas dan trinitas dalam unitas. Tertulianus mengkritik Praxeas
yang meniadakan Roh Kudus dan Putra dengan menegaskan bahwa Allah Bapa, Pribadi
Yesus Kristus dan Pribadi Roh Kudus menyatu di dalam substansinya. Tertulianus
menulis mengenai satu “substansi” Allah dan tiga “pribadi” yang berbeda namun
tak terpisah.[9]
Adanya
tiga pribadi (Bapa, Putra dan Roh Kudus) itu tidak berarti bahwa ada lebih dari
satu Allah. Hal itu bukan juga merusak atau membahayakan kesatuan substansi dan
monarki ilahi yang benar. Ketiga pribadi itu berbeda “bukan dalam kondisi
melainkan derajat, bukan dalam hakekat melainkan dalam bentuk, bukan dalam
kuasa melainkan dalam rupa”. Allah adalah satu dalam subtansi, dalam kondisi,
dalam kuasa dan dalam kekuasaan.[10]
Tentang hal ini Tertulianus menulis:
“while the mistery of dispensation is still guarded,
which distributed the Unity into Trinity, placing in their order the three
person – the Father, the Son, and the Holy Gost: three however, non in
condition but in degree, not in subtance, but in form; not in their power, but
in aspects; yet of one subtance, and in one condition, and in one power, in as
much as He is one God from whom these degrees, and form, and aspect are
rekoned, under the name of the father, and of the Son and of the Holy Gost.”[11]
Bagi
Tertulianus ketiga Pribadi Allah memang dalam pengertian tiga tingkatan, tiga
bentuk dan tiga aspek. Namun meskipun demikian bukan berarti bahwa ada tiga
Allah melainkan hanya satu Allah. Allah harus diterima di dalam kesatuan-Nya.[12]
Untuk
menerangkan Trinitas dalam kesatuan, Tertulianus memperkenalkan tiga analogi
material. Dengan analogi itu dia mau memperlihatkan kesatuan dalam pribadi
Trinitas namun berbeda. Ketiga analogi itu ialah pertama, akar yang menghasilkan tangkai dan buah; kedua, sumber mata air yang mengalir di
sungai dan kanal; ketiga, matahari
yang menghasilkan sinar dan titik yang menjadi fokus dari sinar itu. Putera
dihasilkan dari bapa, tidak terpisah dari Dia. Bapa menghasilkan Sabda, sebagaimana
akar menghasilkan tangkai, sumber mata air yang mengalir di sungai, matahari
yang menghasilkan sinar. Roh menjadi yang ketiga dari Allah sebagaimana buah
dari ranting yang merupakan yang ketiga dari pohon, kanal dari sungai merupakan
yang ketiga dari mata air, titik fokus dari sinar yang merupakan yang ketiga
dari matahari. Namun tak satupun kemudian yang memisahkan diri dari yang awal
dari mana mereka berasal. Trinitas berasal dari Bapa melalui langkah-langkah
yang berkesinambungan dan berhubungan.[13]
Tujuan
dari ketiga analogi ini adalah untuk mempertahankan bahwa Putera dan Roh Kudus
berbeda dari Bapa sebagai persona tersendiri tetapi bukan sebagai substansi
ilahi. Putera
dan Roh Kudus tetap berasal dari Bapa tanpa suatu pemisahan.
Tertulianus
menyebut Yesus Kristus sebagai Anak (The
Son) yang berasal dari Allah. Anak akan mewakili Bapa dalam melakukan
kehendak Bapa dan menerima kuasa dari Bapa dan melalui Anak, Roh Kudus akan
keluar. Dalam pasal 2 dikatakan bahwa Dia (Anak) telah diutus oleh Bapa kepada
perawan, yang dilahirkan, menjadi Manusia dan Allah. Dia adalah Anak Manusia
dan Anak Allah, dan yang disebut dengan nama Yesus Kristus; Dia telah
menderita, mati dan dimakamkan. Sesudah dibangkitkan kembali oleh Bapa dan naik
ke surga, Anak akan datang kembali untuk menghakimi orang hidup dan mati dan
Dia, sesuai dengan janji-Nya, akan mengutus Roh Kudus Penghibur dari surga. Roh
itu keluar dari Bapa melalui Anak dan Dia-lah yang menguduskan iman mereka yang
percaya dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus.[14]
Tertulianus
menekankan bahwa Putra dilahirkan tetapi tidak dipisahkan atau dibagi dari Bapa.
“Putera tidak lain dari Bapa oleh pemisahan diri-Nya, melainkan karena
perbedaan fungsi. Bapa adalah keseluruhan substansi (keilahian) sementara Putera
adalah yang berasal dari dan satu bagian dari keseluruhan. Bapa lain dari Putra
karena Dia lebih besar, karena Dia yang melahirkan lain dari yang dilahirkan,
yang mengutus lain dari yang diutus, pencipta lain dari pelaku penciptaan”.[15]
Dia
yang dilahirkan itu, kepada-Nya ditundukkan segala sesuatu. Namun Anak itupun
tunduk sepenuhnya kepada Bapa. Dari sini terlihat bahwa ada monarki di dalam
ke-Allahan. Namun meskipun demikian keberadaan Anak tidak bertentangan dengan
monarki Allah. Dalam pasal IV, Tertulianus menunjukkan bahwa bahwa Bapa dan
Anak bukanlah satu pribadi yang menyatu melainkan dua pribadi yang terpisah,
bukan hanya namanya yang terpisah, tetapi juga faktanya. Fakta itu meliputi
perbedaaan antara Allah yang menyerahkan kerajaan itu dan Anak yang menerima
kerajaan itu; demikian juga Ia yang menyerahkan kekuasaan, dengan Dia yang
menerima kekuasaan itu. Oleh karena itu keduanya haruslah dua keberadaan yang
berbeda.[16]
Keberadaan
Anak dikaitkan dengan ‘relasi timbal balik di dalam diri’ Allah sendiri. Di
sini Tertulianus merujuk kepada pernyataan Yohanes tentang Logos (Yoh 1:
1,14,18). Dia memperkenalkan Putera
sebagai Ratio atau Sabda dalam pikiran Allah dan sebagai Sabda yang dikatakan.
Allah telah ada sejak semula sebelum dunia diciptakan. Maka tidak ada yang
diluar Allah selain Alllah sendiri. Demikian juga tidak ada yang berada bersama
Allah sendiri selain Ia yang memiliki rasio atau sabda. Karena Allah rasional,
maka rasio merupakan yang pertama dalam Dia. Dengan ungkapan “ada bersama” dan
“berbeda” memungkinkan Tertulianus untuk membedakan antara Anak dan Bapa, tanpa
memisahkan Mereka.[17]
Ketika
merefleksikan mengenai kesadaran ilahi, Tertulianus mengindentifikasi
kebijaksanaan ilahi dengan pribadi yang kedua dari Trinitas. Tertulianus
menyadari bahwa Sabda ilahi, sesudah ada dalam pikiran Bapa, kemudian menjadi
persona yang berbeda melalui sebuah “kelahiran” yang utuh ketika penciptaan
dimulai. Sebelum penciptaan, sabda belum sempurna sebagai Sabda, dan sebelum
inkarnasi, belum menjadi Putera
yang sempurna. Sabda/Putera
membawa eksistensi sebelum dan dalam kerangka penciptaan dan inkarnasi.[18]
Dalam
pasal 5 Tertulianus menjelaskan Asal dari Putera. Tertulianus menggunakan analogi
pikiran manusia. Ketika seseorang
berpikir tentu tidak lepas dari kata-kata dan pada saat ia berusaha mengerti,
ia menggunakan akalnya. Maka ketika ia berbicara kepada dirinya sendiri (proses
berpikir) maka kata-katalah yang dilontarkan kepada pikirannya. Dengan demikian
kata-kata itu menjadi Pribadi kedua.
Pemikiran ini menjadi dasar bagi Tertulianus untuk menyakini bahwa sejak
sebelum dunia diciptakan, Firman itu telah ada bersama-sama dengan Allah. Ia
menjadi yang kedua di sisi Allah.[19]
Dengan
melihat Firman sebagai Rasio dan hikmat, maka Firman itu pasti berpribadi.
Allah menjadikan Kristus setara dengan Dia sendiri, Anak yang pertama
diperanakkan, sebab Ia diperanakkan sebelum segala sesuatu ada. Namun,
Tertulianus dengan tegas menolak jika pernyataan di atas menjadi dua substansi
antara Allah Bapa dan Allah Putera.
Bagi Tertulianus, kebenaran tidak boleh dikaitkan dengan terminologi seperti
itu, karena terminologi itu juga dipakai oleh bidat/ajaran sesat.[20]
Dalam
pasal 9 Tertulianus menjelaskan lebih jauh tentang kesatuan Pribadi Trinitas.
Dia mengatakan bahwa Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah satu dan tidak
terpisahkan satu sama lain. Mereka berbeda bukan karena divisi tetapi berbeda
oleh distribusi. Bapa berbeda dari Putra dan Roh Kudus karena mereka satu sama
lain berbeda dalam cara berada mereka.[21]
Pasal
10 dan 11 memaparkan argumenya bahwa Bapa dan Anak berbeda tetapi tidak
terpisah. Hal ini dikatakan untuk melawan konsep Monarchianisme yang mengatakan
bahwa Allah Bapa dan Allah Putera
adalah satu Pribadi. Tertulianus mengatakan bahwa bagaimana mungkin bapa
membuat dirinya putra kepada dirinya dan sebaliknya putra membuat dirinya
sebagai bapa bagi dirinya. Seorang bapa harus mempunyai seorang putra agar ia
menjadi bapa dan sebaliknya seorang putra akan menjadi putra kalau Ia mempunyai
seorang bapa.[22]
Pada
Pasal 11 Tertulianus menegaskan kembali bahwa Bapa dan Putra berbeda tetapi
tidak terpisahkan. Hal ini sudah dijelaskan dengan istilah pikiran dan
“kata-kata” pasa pasal 5. Sebagai penegasan dia mengutip ayat-ayat, misalnya
Yes 42:1, 45:1,Yes 49:6, Yes 53:1-2. Sebagai contoh: “Lihat itu hamba-Ku yang
Kepegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh
Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa lain” (Yes
42:1). Kutipan-kutipan ini mau menunjukkan perbedaan pribadi dalam Trinitas
jelas diatur. Dengan konsep ini Tritunggal tidak sama dengan satu pribadi
dengan tiga modus, seperti yang disodorkan oleh Monarkhianisme.[23]
Dalam
pasal 12 Tertulianus menunjukkan pluralitas Pribadi dalam Trinitas. Untuk
memperjelas hal ini, ia mengutip Kitab Suci Kej 1:26 “Baiklah Kita menciptakan
manusia seturut gambar dan rupa Kita”. Tertulianus mengatakan bahwa jika Dia
(yang bersabda) hanya satu (singular) Dia akan mengatakan baiklah Saya
menciptakan manusia menurut gambar dan rupa saya.[24]
Pasal
13 merupakan bagian terakhir yang secara khusus membahas Trinitas. Di sini dia
membela bahwa pandangan Trinitas
bukanlah konsep politeisme seperti yang dituduhkan oleh Monarkhianisme.
Tertulianus membela keesaan Allah dalam Trinitas
ini dengan melihat penggunaan dari kata “Tuhan” yang dipakai bersama untuk
keduanya. Untuk itu ia memisahkannya sebagai dua sinar yang sebenarnya satu
esensi adanya.
H.
Penutup
Tertulianus memang memberikan
sumbangan yang besar dalam ajaran tentang Trinitas. Sumbangan itu menjadi
langkah penting dalam peralihan pemahaman Trinitas. Namun meskipun demikian apa
yang digagasnya belum menjadi suatu formula yang lengkap serta tanpa kelemahan
dalam hubungan dengan misteri iman yang agung itu.
Bila dicermati gagasan Tertulianus
tentang Trinitas, terasa bahwa porsi terbesar pembahasan diarahkan kepada
Kristus. Kiranya hal ini dapat juga kita rasakan dalam Pengakuan Iman (Syahadat
Para Rasul). Meskipun dalam Pengakuan Iman itu dibicarakan ketiga Pribadi
Trinitas, tetapi Pribadi Kristus tetap mendapat perhatian yang lebih besar. Ini
disebabkan karena Pribadi Kristus menjadi pusat iman Kristen. Mengapa demikian?
Hal yang bisa dikatakan ialah karena pergumulan kekristenan waktu itu ada di
sekitar pribadi Kristus. (John/Adri)
Daftar
Pustaka
Dister,
Nico Syukur. Teologi Sistematika 1. Yogyakarta:
Kanisius, 2004.
O’Collins,
Gerald (ed.). Kamus Teologi, diterjemahkan
oleh Ignatius Suharyo. Yogyakarta: Kanisius, 1996.
Quasten,
Yohannes. Patrology Vol II.
Washington: Notre Dame In Christian Classics, [tanpa tahun].
Tertulianus,
“Against Praxeas” dalam http://www.newadvent.org/fathers/0317.htm,
27 Desember 2016.
https://en.wikipedia.org/wiki/Praxeas,
20 Desember 2016.
https://www.ccel.org/ccel/wace/biodict.html?term=Praxeas,%20a%20heretic,
20 Desember 2016.
www.sarapanpagi.org/tritunggal-dalam-pikiran-tertulianus-vt20.html,
27 Desember 2016.
[1] Yohannes Quasten, Patrology Vol II (Washington: Notre Dame
In Christian Classics, [tanpa tahun], hlm. 246-247.
[2] Montanisme adalah suatu
gerakan sekte baru yang dipelopori oleh Momntanus.mdia seorang kafir, kemudian
bertobat dan menjadi imam. Gerakan ini lahir lahir pada abad kedua dan
mendapatkan banyak pengikut termasuk Tertulianus (160-200). Dia bersama dengan
Priscila dan Maximilia bernubuat di Prigia dan mengatakan bahwa akhir zaman
akan segera tiba. Oleh karena itu, ia dan pengikutnya menganut hidup asketis
yang ketat, melarang pernikahan, mewajibkan puasa dan rela mati menjadi martir.
Di kemudian hari, Montanus memandangdirinya sebagai penjelmaan Roh Kudus.
Gerakan ini akhirnya dikutuk oleh Gereja. [Lihat Gerald O’Collins, (ed.), Kamus Teologi, diterjemahkan oleh
Ignatius Suharyo (Yogyakarta: Kanisius, 1996), hlm. 208.]
[3] Pluralisme adalah suatu
pandangan filosofis yang tidak mau mereduksi segala sesuatu pada suatu prinsip
terakhir, melainkan menerima adanya keragaman. Sebelum penciptaan Allah adalah
satu sebagai logos akan tetapi pada saat penciptaan dimulai logos hadir dalam
tiga fungsi. Bapa menampilkan logos sebagai pencipta dan pemelihara dunia. Anak
menampilkan logos sebagai yang menyatakan kebenaran kepada manusia. Roh Kudus
juga menampilkan Roh dari logos itu. Oleh karena itu, Allah dilihat sebagai
Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Logos dari Anak dan Roh Kudus
berada di bawah Bapa sebagai sumber logos. Anak dan Roh memang ada sebelum
penciptaan akan tetapi tidak sama kekalnya sebab mereka diturunkan dari Bapa.
[Lihat Gerald O’Collins, (ed.), Kamus
Teologi ..., hlm. 257-258.]
[4] Monarkhianisme adalah
suatu paham yang terlalu menekankan kesatuan Allah hingga menolak Putra ilahi
sebagai yang berpribadi sendiri. Pengikut ajaran ini yakin bahwa Yesus adalah
ilahi hanya dalam arti dinamis (kekuatan) yang diturunkan oleh Allah
kepada-Nya. Berkat kekuatan itu, Allah mengangkat-Nya ke taraf ilahi. [Lihat
Gerald O’Collins, (ed.), Kamus Teologi
..., hlm. 204.]
[6]
https://en.wikipedia.org/wiki/Praxeas,
20 Desember 2016; bdk. https://www.ccel.org/ccel/wace/
biodict.html?term=Praxeas,%20a%20heretic, 20 Desember 2016.
[7] https://en.wikipedia.org/wiki/Praxeas,
20 Desember 2016; bdk. “Against Praxeas”, 1 dalam http//www.newadvent.Org/fathers/0317.htm,
20 November 2016.
[8] Tertulianus, “Against
Praxeas”, 2 ...
[9] Tertulianus, “Against
Praxeas”, 2 ...
[10] Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 1 (Yogyakarta:
Kanisius, 2004), 135.
[11] Tertulianus, “Against
Praxeas”, 2 ...
[12] www.sarapanpagi.org/tritunggal-dalam-pikiran-tertulianus-vt20.html,
27 November 2016.
[13] Tertulianus, “Against
Praxeas”, 8 ...
[14] Tertulianus, “Against
Praxeas”, 2 ...
[15] Tertulianus, “Against
Praxeas”, 9 ...
[16] Tertulianus, “Against
Praxeas”, 4 ...
[17] www.sarapanpagi.org/tritunggal-dalam-pikiran-tertulianus-vt20.html,
27 November 2016.
[18] Tertulianus, “Against
Praxeas”, 6 ...
[19] Tertulianus, “Against
Praxeas”, 5 ...; bdk. www.sarapanpagi.org/tritunggal-dalam-pikiran-tertulianus-vt20.html,
27 November 2016.
[20] Tertulianus, “Against
Praxeas”, 8 ...
[21] Tertulianus, “Against
Praxeas”, 9 ...
[22] Tertulianus, “Against
Praxeas”, 10 ...
[23] Tertulianus, “Against Praxeas”,
11 ...
[24] Tertulianus, “Against
Praxeas”, 10 ...
1 komentar:
Shalom saudara-saudari Kristen. Apakah sudah ada yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael? Ini adalah kalimat pengakuan iman orang Yahudi yang biasa diucapkan pada setiap ibadah mereka baik itu di rumah ibadat atau sinagoga maupun di rumah. Yesus juga menggunakan Shema untuk menjawab pertanyaan dari seorang ahli Taurat mengenai hukum yang utama. Kita dapat baca di Ulangan 6 ayat 4 dan Injil Markus 12 ayat 29. Dengan mengucapkan Shema, orang Yahudi mengakui bahwa YHWH ( Adonai ) Elohim itu esa dan berdaulat dalam kehidupan mereka. Berikut teks Shema Yisrael tersebut dalam huruf Ibrani ( dibaca dari kanan ke kiri seperti huruf Arab ) beserta cara mengucapkannya ( tanpa bermaksud untuk mengabaikan atau menyangkal adanya Bapa, Roh Kudus dan Firman Elohim yaitu Yeshua haMashiakh/ ישוע המשיח, yang lebih dikenal oleh umat Kristiani sebagai Yesus Kristus ) berikut ini
Teks Ibrani Ulangan 6 ayat 4 : ” שמע ישראל יהוה אלהינו יהוה אחד ”
Cara mengucapkannya : ” Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad ”
Lalu berdasarkan halakha/ tradisi, diucapkan juga berkat: ” ברוך שם כבוד מלכותו לעולם ועד ” ( barukh Shem kevod malkuto le’olam va’ed ) yang artinya diberkatilah nama yang mulia kerajaanNya untuk selama-lamanya. Ini juga termasuk kesaksian.
🕎✡️👁️📜🕍🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️☁️☀️⚡🌧️🌒🌌🔥💧🌊🌬️🏞️🗺️🏡⛵⚓👨👩👧👦❤️🛐🤲🏻🖖🏻🌱🌾🍇🍎🍏🌹🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐟🐍₪🇮🇱⛪
Posting Komentar