Rabu, 06 Mei 2015

Persahabatan Ala Yesus Bin Sirakh





Yesus bin Sirakh adalah penulis kitab Yesus bin Sirakh. Ia seorang terpelajar dan guru di kalangan bangsa Yahudi. Kitab Yesus bin Sirakh ditulis sekitar tahun 200 atau 175 SM. Kitab ini disebut apokrif oleh Gereja Protestan, sementara Gereja Katolik menyebutnya kitab deuterokanonika. Adalah suatu kesempatan berharga dan menarik membaca kitab ini karena isinya bercerita tentang kebijaksanaan, pengajaran, petuah-petuah dan lain sebagainya yang sangat gampang dicerna, dipahami dan puitis. Isi kitab ini sangat berguna dan relevan bagi manusia hingga zaman sekarang ini. Salah satu topik favorit Yesus bin Sirakh dalam kitab ini adalah persahabatan. Apa dan bagaimana persahabatan ala Yesus bin Sirakh?

1.    Persahabatan yang Benar (6: 5-17)

Tenggorokan yang manis mendapat banyak sahabat, dan keramahan diperbanyak oleh lidah yang manis lembut. Mudah-mudahan orang yang damai denganmu banyak adanya, tetapi hanya satu dari seribu hendaknya menjadi penasihatmu. Jika engkau mau mendapat sahabat, kajilah dia dahulu, dan jangan segera percaya padanya. Sebab ada orang yang bersahabat hanya menurut ketikanya sendiri, tetapi pada hari kesukaranmu tidak bertahan. Ada juga sahabat yang berubah menjadi musuh, lalu menceritakan persengketaan untuk menistakan dikau. Ada lagi sahabat yang ikut serta dalam perjamuan makan, tetapi tidak bertahan pada hari kesukaranmu. Pada waktu engkau sejahtera ia adalah seperti engkau sendiri dan lancing berbicara dengan seisi rumahmu. Tetapi bila engkau ia berbalik dikau serta menyembunyikan diri terhadapmu. Jauhkan diri dari para musuhmu, berhati-hatilah terhadap para sahabatmu.
Sahabat setiawan merupakan perlindungan yang kokoh, barang siapa menemukan orang serupa itu sungguh. mendapat harta. Sahabat setiawan tiada ternilai, dan harganya tidak ada tertimbang. Sahabat setiawan adalah obat kehidupan, orang yang takut akan Tuhan memperolehnya. Orang yang takut akan Tuhan memelihara persahabatan dengan lurus hati, sebab seperti ia sendiri demikianpun temannya.

2.    Bagaimana Memilih Sahabat? (9:10-16; 11:29-13:1)

“Sahabat lama jangan kau tinggalkan; niscaya yang baru tidak sebanding dengannya. Sahabat baru serupa dengan air anggur yang baru, setelah menjadi tua dapat kau minum dengan senang hati. Jangan iri hati kepada hasil orang berdosa, sebab tidak kau ketahui bagaimana akhhirnya. Jangan besenang hati atas kesenangan kaum fasik, ingatlah bahwa ia tak akan terluput hingga masuk dunia orang mati. Jauhilah orang yang berkuasa untuk membunuh, maka engkau tidak akan dikejutkan oleh ketakutan akan mati. Namun jika engkau mendekatinya, jangan berbuat salah apa pu juga, agar ia jangan mencabut nyawamu. Insafilah bahwa engkau melangkah di tengah-tengah perangkap serta berjalan di atas tembok kota. Indahkanlah sesamamu sedapat-dapatnya, dan hendaklah berunding dengan orang bijak. Pembicaraanmu hendaknya dengan orang arif, dan percakapanmu mesti mengenai hukum Taurat dari Yang Mahatinggi. Orang jujur hendaknya menjadi teman makan, dan ketakutan akan Tuhan hendaknya kebanggaanmu.”
“Jangan membawa setiap orang masuk ke rumahmu, sebab orang cerdik ada banyak tipu muslihatnya. Seperti ayam hutan pemikat dalam kurungnya, demikianlah hati orang congkak, seperti mata-mata ia mengintip keruntuhanmu. Seorang pemfitnah memutarbalikkan bahkan yang baik menjadi jahat, dan malahan sifat-sifat terbaik dicela olehnya. Satu bunga api saja menyalakan arang, dan orang berdosa mengadang untuk menumpahkan darah. Berawas-awaslah terhadap orang jahat, sebab yang buruk direncanakannya hendak menodai engkau selama-lamanya. Jika engkau menjamu orang asing, maka ia mengusutkan dirimu serta mengasingkan dikau dari seisi rumahmu. Jika engkau berbuat baik, hendaklah memperhatikan kepada siapakah engkau perbuat, maka engkau mendapat balas budi karena perbuatanmu yang baik. Hendaklah berbuat baik kepada orang bertakwa, niscaya engkau mendapat balasan, kalaupun tidak dari pada dia sendiri, pasti dari Yang Mahatinggi. Tidak ada sesuatu pun yang baik bagi orang yang tekun dalam kejahatan, ataupun bagi yang tidfak bersedekah. Berikanlah kepada orang bertakwa, tapi jangan menolong orang berdosa. Hendaklah berbuat baik kepada orang yang rendah hati, tapi jangan memberikan kepada orang fasik; rotinya hendaklah kau tolak kepadanya, jangan kau beri, supaya karena itu ia jangan menjadi lebih kuat dari padamu. Sebab dua lipat engkau akan mendapat kejahatan penggati semua kebaikan yang kau perbuat kepadanya. Memang juga Yang Mahatinggi sendiri benci kepada orang berdosa, dan kepada kaum fasik ditimpakannya hukuman. Jadi berikanlah kepada orang yang baik, tapi jangan menolong orang berdosa. Di masa kesejahteraan orang tak sampai mengenal sahabat, dan di masa kemalangan musuh tak bersembunyi. Waktu seseorang sejahtera para musuhnya sakit hati, tetapi waktu kemalangan bahkan sahabatpun mengundurkan diri. Jangan pernah menaruh percaya pada musuh, sebab sama seperti tembaga berkarat keburukannya. Pun kalau ia merendahlan diri dan membungkuk jalannya, awaslah terhadapnya dan hendaklah waspada. Hendaklah berlaku terhadapnya seperti penggosok cermin, ingatlah karatnya tidak akan bertahan hingga akhir. Musuh jangan kau tempatkan di sampngmu, nanti engkau sendiri digeser dan ia menduduki tempatmu;  jangan ia kau biarkan duduk di sisi kananmu, nanti ia mencoba merebut tempat dudukmu. Maka kahirnya engkau akan memahami perkataanku serta menyesal sambil teringat kepada nasehatku. Siapa gerangan menaruh kasihan kepada tukang ular yang dipagut atau kepada orang yang mendekati binatang buas? Demikian halnya orang yang menjadi teman orang berdosa, dan terlibat dalam dosa-dosanya. Untuk sementara waktu musuh akan tinggal sertamu, tapi apabila engkau goyah, ia tidak bertahan. Seorang musuh manis dengan bibirnya, tetapi dalam hati merencanakan bagaimana ia dapat menjatuhkan dirimu ke dalam lobang. Seorang musuh menangis dengan matanya, tetapi apabila mendapat kesempatan ia tidak kpuas-puas dengan darah. Kalau kemalangan menimpa dirimu, musuh kau dapat di sana sebelum engkau sendiri, dan pura-pura menolong ia mencengkam tumitmu. Ia menggelengkan kepalanya dan bertepuk tangan, banyak berbisik-bisik dan berubah muka. Barang siapa menyentuh gala-gala mendapat noda dan siapa bersekutu dengan orang congkak menjadi serupa dengannya.”

3.    Bagaimana Cara Memelihara Persahabatan? (22: 19-26; 37:1-6)

“Yang menyentuh mata membuat air mata bercucuran, siapa yang menyentuh hati menimbulkan perasaannya. Melemparkan batu orang menghalau burung, dengan mencaci maki kawan orang memutuskan persahabatan. Bahkan apanila kau hunus pedang terhadap kawan, janganlah putua asa. Masih juga ada jalan kembali. Kalau engkau telah membuka mulut terhadap kawan, jangan khawatir, sebab masih dapar berdamai; terkecuali caci maki, lecongkakan, membuka rahasia dan pukulan cedera, sebab terhadap ke semuanya itu setiap kawan lari. Hendaklah tetap setia kepada sesame dalam kemiskinannya, supaya engkau pun dapat ikut pula dalam kesejahteraannya. Berpautlah kepadanya di masa kesusahan, suapay engkau pun dapat mengambil bagian juga dalam warisannya. Asap dapur dan sulang mendahului api, demikian pula penghinaan mendahului penumpahan darah. Aku tidak malu-malu melindungi kawan, dan tidak menyembunyikan diri terhadapnya. Tetapi jika aku ditimpa kemalangan karena dia, maka siapa saja mendengarnya akan waspada terhadapnya.”
“Setiap kawan akan berkata: “Aku juga seorang kawan,” tetapi ada beberapa kawan yang cuma namanya saja kawan. Bukankah suatu kesedihan yang mematikan, kalau seorang kawan atau teman berubah menjadi musuh? Celakalah pikiran yang buruk! di mana gerangan diciptakan untuk meliputi permukaan bumi dengan penipuan? Ada kawan yang menggunakan teman selama ia dalam kesukaan, tetapi di kala kesukaran berubah menjadi lawan. Ada kawan yang membantu temannya untuk keuntungan sendiri, dan waktu menhadap pertempuran mengambil perisai. Janganlah melupakan seorang kawan dalamperjungan, dan manakala engkau kaya ia jangan lenyap dari inmgatanmu.”

Konsep persahabatan Yesus bin Sirakh ini dilatarbelakangi oleh budaya Yahudi. Akan tetapi konsep persahabatan ini tidak hanya berlaku bagi orang-orang Yahudi saja melainkan berlaku juga bagi siapa saja yang ingin hidup bijaksana. Setiap orang pasti mempunyai sahabat atau teman. Bagaimana kita berlaku sebagai sahabat bagi orang lain dan bagaimana orang lain berlaku sebagai sahabat untuk kita selama ini? Semoga tulisan ini mendorong kita untuk menjadi sahabat yang baik bagi semua orang dan semoga juga tulisan ini memotovasi kita untuk membaca dan mencinta kitab Yesus bin Sirakh. Masih banyak lagi ajaran, nasihat dan petuah dalam kitab ini yang sangat berguna bagi hidup kita.
(Bersahabatlah dan dengarkanlah ajaran orang-orang bijak, maka engkau akan bijaksana!)


Tidak ada komentar:

SEDEKAH MENURUT AGAMA ISLAM

1.PENGANTAR Sedekah merupakan ibadah sosial bagi umat Islam. Sedekah mempunyai kaitan yang erat dengan orang lain. Adapun alasan umat Isl...