Kamis, 05 November 2015

Yesus Menyembuhkan Seorang Anak Muda yang Sakit Ayan karena Kerasukan Roh Jahat. (Matius 17:14-21, Markus 9:14-29, Lukas 9:37-43)

I. Pendahuluan
Kitab Suci merupakan salah satu sarana untuk mengenal hidup Yesus Kristus dan karya-karya-Nya. St. Hieronimus berkata: Barang siapa tidak mengenal Kitab Suci, tidak mengenal Yesus Kristus. Dalam Perjanjian Baru, khususnya Injil-injil akan membahas hidup Yesus, mulai dari saat dikandung hingga pada saat kematian-Nya. Sementara Perjanjian Lama merupakan masa persiapan untuk Perjanjian Baru yang mendapat kepenuhan dan kesempurnaanya dalam Perjanjian Baru, karena Kristuslah puncak wahyu Allah.[1] Dalam hidup-Nya, Yesus tidak lepas dari segala mukzijat yang dilakukan-Nya; Orang sakit disembuhkan, orang mati dihidupkan kembali, orang lumpuh berjalan, yang buta melihat, yang lapar dan haus dikenyangkan dan sebagainya. Semuanya ini adalah kabar gembira yang dibawa oleh Yesus. salah satunya dari hal-hal yang disebutkan di atas adalah pemyembuhan seorang anak yang  sakit ayan karena kerasukan roh jahat.

II. Kisah-kisah Penyembuhan
1. Kisah Penyembuhan Menurut Matius
            Setelah kembali dari gunung, Yesus bersama-sama dengan Petrus, Yakobus dan Yohanes kembali ke tengah-tengah orang banyak. Yesus menemukan kesengsaraan yang ada di dunia, dalam suatu bentuk yang sangat mengharukan. Setelah Yesus kelihatan, maka datanglah seorang dari antara orang banyak itu. Dia adalah ayah dari seorang anak yang sangat menderita. Matius menyebut bahwa ayah itu “Menyembah Yesus” ; yang artinya, bertelut di depan Yesus. Ia menyapa Yesus sebagai “Kurie” (tuan dan bukan Tuhan), lalu berkata kepada Yesus: “ Ya tuan kasihanilah anak hamba yang laki-laki karena ia gila babi”. Penyakit anak yang disebut dengan “gila babi” rupanya sama dengan penyakit ayan.[2] Dalam bahasa kedokteran penyakit itu disebut epilepsia.[3]
Matius mengatakan bahwa pada waktu anak itu tiba-tiba pingsan dan jatuh, ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air (bab 17: 15b). Anak itu sedang berada dibawah kekuasaan setan. Pada jaman itu orang Yahudi terlalu gampang menganggap bahwa penyakit sejenis epilepsi disebabkan oleh setan-setan. Dewasa ini, para dokter sering kali kurang menginsafi bahwa kehidupam batin manusia sangat mempengaruhi timbulnya penyakit, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa penyakit dapat timbul dan menghebat apabila roh dipengaruhi dan dibelenggu oleh iblis.
Ayah anak yang malang itu mengaku kepada Yesus bahwa ia telah membawa anaknya kepada murid-murid Yesus, tetapi tidak berhasil.[4] Dr. A. Edersheim mengatakan: Ia menemukan murid-murid yang paling lemah pada saat kelemahan yang terbesar.[5] Para murid memang mempunyai kuasa untuk mengusir setan dan menyembuhkan orang yang sakit (Mat 10: 1), tetapi kuasa mereka tidak cukup kuat melawan setan.[6] Yesus yang selalu penuh kepercayaan kepada Bapa-Nya, mengeluh atas “angkatan yang tidak percaya dan sesat”. Dengan “angkatan”, Yesus memaksudkan dengan generasi yahudi dan murid-murid yang masih dipengaruhi oleh tabiat yang sama seperti pada jaman Musa (Ul 3:5,20). Walaupun Yesus merasakan pekerjaan-Nya ditengah Israel sesuatu hal yang berat, namun Ia tidak mau meninggalkan pekerjaan-Nya. Ia meminta supaya anak itu dibawa kepada-Nya, lalu Ia mengusir setan yang ada dalam tubuh anak itu .
Ketika kesembilan murid selain Petrus, Yakobus dan Yohanes bersama-sama dengan Yesus, bertanyalah mereka tentang kegagalan mereka dalam mengusir setan yang ada pada tubuh anak itu. Alasanya menurut Yesus karena mereka kurang percaya. Yesus meletakkan segala tekanan atas atas kepercayaan kepada kasih dan kuasa Tuhan. kalau ada kepercayaan atau iman sebesar biji sesawi (biji yang paling kecil dibandingkan dengan biji-biji yang lain) maka gunung pun akan dapat dipindahkan. Tuhan Allah adalah Mahabesar, maka kepercayaan tidak mengenal hal-hal yang mustahil (bab 14:20b). Setan yang masuk ke dalam tubuh anak itu hanya dapat diusir dengan berdoa dan berpuasa. Maka persiapan yang baik untuk memakai wewenang dari Allah adalah dalam doa dan puasa. Jika syarat-syarat ini dipenuhi, tidak ada sesuatupun yang dapat menghalangi iman. Akan tetapi mereka masih jauh dari iman yang agung ini. Oleh karena itu, kesembilan murid itu pun masuk ke dalam kumpulan orang yang sesat dan tidak percaya.[7]

2. Kisah Penyembuhan Menurut Markus
            Penyembuhan orang yang kerasukan ini salah satu dari cerita mukzijat yang terpanjang dalam Injil Markus (hanya pengusiran roh jahat dalam bab 5:1-20 adalah lebih panjang).[8] Dalam cerita tentang penyembuhan anak yang kerasukan roh, diperlihatkan secara kontras antara kuasa Yesus dan ketidak berdayaan murid-murid-Nya untuk mengusir roh yang membisukan anak itu. Sewaktu Yesus berbicara mengenai “angkatan yang tidak percaya”, Ia kiranya berpikir, baik mengenai khalayak ramai maupun mengenai murid-murid-Nya sendiri yang tidak mampu mengusir roh jahat itu. Markus menceritakan bahwa ketika orang banyak melihat Yesus, tercenganglah mereka semua dan bergegas menyambut Dia. seorang dari mereka berkata: “Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkanya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tertapi mereka tidak dapat”(17-18). Pengakuan dari si ayah ini menuntut jawaban Yesus. Maka kata Yesus kepada mereka: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu kemari! (19)”. Lagi pula, Yesus menuntut pengakuan iman di hadapan umum bukan dari pada murid-murid-Nya, melainkan dari ayah anak tersebut. “Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya” (all things are possible to him who believes) (23).[9] Artinya, semuanya mungkin bagi Allah terhadap orang yang sudah percaya. Bila ada iman, Allah pasti menanggapinya secara positif.
Meskipun Yesus yang menyembuhkan anak itu (25-27) pengakuan dari si ayahlah yang lebih ditekankan oleh Markus. Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!(24). Kemudian menyusul sebuah dialog antara Yesus dan para murid-Nya(28). Dialog ini bukan hanya kepada keduabelas murid melainkan murid-murid Yesus pada umumnya. Dalam dialog ini, Yesus membenarkan bahwa kuasa untuk mengerjakan mukzijat-mukzijat sudah diberikan kepada mereka. Mereka harus menyadari bahwa doa mereka lebih mampu daripada yang mereka duga.[10] Meskipun dalam keadaan yang hampir tanpa harapan, ketika doa dan kepercayaan tampaknya tidak ada gunanya, Yesus mengundang para pengikut-Nya untuk melangkah lebih jauh dan berdoa seperti ayah anak itu.[11] Yesus berpendapat bahwa sangat wajarlah bila doa murid-murid-Nya yang dipanjatkan kepada Allah dengan penuh iman, tampak hasilnya dalam peristiwa-peristiwa yang menampakkan kuasa ilahi. Semua peristiwa ini menjadi sebuah instruksi atau petunjuk kepada murid-murid akan kekuatan dari iman yang sungguh-sungguh benar.[12]

3. Kisah Penyembuhan Menurut Lukas
            Dahulu kala Musa turun dari gunung untuk menjumpai sekelompok besar umat Israel yang telah terjerumus ke dalam penyembahan berhala secara terang-terangan. Demikian juga setelah Yesus menyaksikan malam gelap yang telah menjadi siang benderang berkat kemuliaan Mesianis-Nya, kini Ia menyaksikan perubahan siang menjadi malam karena ketidakpercayaan orang banyak.[13] Lukas mengisahkan bagaimana si ayah yang penuh kesedihan memohon seraya mendesah kepada Yesus: ” Guru aku memohon supaya Engkau menengok anakku, sebab ia adalah satu-satunya anakku (38). Si ayah menceritakan bagaimana anaknya diserang oleh roh yang membuat anak itu mendadak berteriak. Kemudian roh itu mengguncang-guncangkanya sehingga mulutnya berbusa. Roh itu terus saja menyiksa dia dan hampir-hampir tidak mau meninggalkanya (39-40). Sang ayah juga menceritakan ketidakmampuan para murid untuk mengusir roh itu. Hal ini mengundang reaksi Yesus.  Yesus pun berkata kepada muridNya: ”Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu dan sabar terhadap kamu (40)?” Perkataan Yesus ini mengandung kemarahan.
Lukas bermaksud mengatakan, bahwa Yesus tidak sabar lagi akan ” angkatan yang tidak perrcaya dan sesat”, yang mencapai keselamatanya bukan dalam imannya kepada Yesus, melainkan dalam perbuatan-perbuatan manusiawi yang dilakukan tanpa iman.[14] Para murid telah memulai missi mereka dengan kuasa untuk mengalahkan ” semua roh” (bab 9:1), tetapi mereka tidak mampu mengusir roh dari anak itu. Mereka tetap memerlukan pertolongan. Pelayanan mereka bukan bersifat magis, melainkan tergantung kepada iman.[15] Dengan sengaja Lukas menghilangkan ucapan Yesus: ”dengan doa dan puasa”. Kerajaan setan hanya dapat dihancurkan oleh iman, sebaliknya kerajaan Mesias yang mulia hanya dapat didirikan oleh iman yang memberikan tempat untuk penderitaan, sebab Yesus adalah mesias yang menderita.[16]

III. Ciri Khas Ketiga Injil ( Matius, Markus dan Lukas).
1.  Matius 17:14-21
            Cerita Matius mengenai penyembuhan anak yang kerasukan jauh lebih singkat daripada Markus. Intinya bukan kekuasaan Yesus untuk menyembuhkan, melainkan kegagalan para murid untuk menyembuhkan karena kurang percaya (20).[17] Sementara si ayah digambarkan sebagai orang yang benar-benar percaya. Matius menghilangkan dialog Yesus dengan si ayah, padahal si ayah sudah menyembah Yesus dan menyapa Dia sebagai ”Kyrie” (14b-15). Si ayah yang percaya tidak menemukan pada murid-murid Yesus kepercayaan yang sepadan, sebab mereka ternyata tidak mampu mengusir roh jahat (16,19). Seperti nyata dalam sapaan oleh si ayah, Matius berpikir kepada Tuhan jemaat (murid-murid Yesus). Murid-murid Yesus atau jemaat ditegur oleh Tuhan yang bangkit karena kurang percaya. Dalam hal ini, Matius mau mengatakan bahwa kepercayaan yang mutlak perlu untuk menjadi murid Yesus. Si ayah dalam ceritanya menjadi contoh yang membuat para murid Yesus menjadi malu.
2.  Luk 9: 37-43
            Lukas juga mempersingkat ceritanya dan mengambil cara yang berbeda dengan Matius dalam cerita anak yang sakit itu. Ia menonjolkan pengusiran roh jahat (tidak lagi bisu) dari si anak. Si ayah langsung mengajukan permohonanya kepada Yesus, tetapi dia tidak menyapa Dia sebagai ”Kyrie”, tetapi sebagai ”Guru” atau ”Rabbi” (38). Si ayah nampaknya sebagai seseorang yang sejak awal mula percaya dengan secukupnya. Lukas juga menekankan bahwa hadirin atau orang banyak takjub karena kebesaran Allah yang menyatakan diri dalam pengusiran roh jahat oleh Yesus.
3.  Markus 9:14-29
            Markus mempunyai cerita yang panjang dan sangat terperinci. Dalam cerita Markus sesungguhnya ada dua pokok atau tema yang diceritakan. Yang pertama (ayat 14-17, 18b-20a,25, 28-29) mengenai murid-murid Yesus yang tidak mampu mengusir roh jahat yang membuat anak itu menjadi bisu (17) dan tuli (25). Yang kedua, (ayat 18, 20b-24, 26-27) adalah penyembuhan seorang anak yang sakit ayan. Boleh diterima bahwa dalam Markus 9:14-19 bercampur dua cerita yang aslinya berdiri sendiri dan berbeda sekali. Cerita yang satu mengenai suatu tema yang cukup lazim dalam karangan Yunani, yaitu: murid-murid seorang eksorsis (pembuat mukjizat) tidak mampu mengerjakan apa yag diharapkan. Kemudian gurunya tampil ke depan dan gampang saja berhasil mengadakan mukjizat. Pusat cerita Markus terdapat dalam perkataa-keluhan Yesus tentang kurang percaya (19). Dalam ayat ini, Yesus membedakan diri-Nya dengan angkatan yang tidak percaya, yaitu, baik orang banyak maupun para murid, yang karena kurang percaya gagal dalam usahanya mengusir roh jahat. Dalam ayat 23 Yesus berkata: ” segala-galanya mungkin bagi orang yang percaya” maka kurang jelas siapa orang yang kurang percaya itu. Yesus sendiri atau orang lain. Menurut keterangan si ayah (24) Yesuslah yang dapat dan mesti menambah kepercayaan si ayah yang sudah percaya tetapi yakin bahwa kepercayaanya tidak memadai. Dalam penutup, Yesus menandaskan bahwa jenis roh jahat ini tidak dapat diusir kecuali dengan doa.  Doa itu kiranya diartikan sebagai pengungkapan kepercayaan kepada Allah dan kepada Tuhan.

IV.  Persamaan dan Perbedaan Ketiga Injil Sinoptik (Mat, Mrk, Luk)
            Membandingkan cerita ketiga injil sinoptik ini, perbedaanya mencolok sekali. Lukas dan Matius sangat mempersingkat cerita. Kedua-duanya tidak memuat Markus 9:14b-16 mengenai perdebatan antara murid-murid Yesus dengan orang banyak dan ahli-ahli taurat. Matius dan Lukas juga menghilangkan dialog antara Yesus dengan  ayah anak yang sakit itu (Mrk 9:24) yang dalam Markus sesungguhnya bagian utama seluruh ceritanya. Perkataan ayah anak yang sakit yang dalam Markus 9:17 berupa pemberitahuan saja, dalam Lukas 9:33 dan Matius 17:15 berupa permohonan yang langsung diajukan kepada Yesus. Matius dalam ceritanya hampir saja menghilangkan bahwa anak itu kerasukan roh jahat, hal mana suatu unsur penting dalam Markus dan oleh Lukas bahkan sangat ditonjolkan. Perbedaan yang paling mencolok terletak dalam kata penutup. Dalam hal ini Matius 17:19 pada dasarnya sama dengan Markus 9:28, tetapi Matius 17:20 sangat menekankan kepercayaan, yang berbeda sekali dengan Markus 9:29. Lukas sama sekali tidak memuat suatu kata penutup yang serupa dengan Matius atau Markus, tetapi menyajikan penutup yang sangat berbeda sekali dalam Lukas 9:43a. Lukas juga sama sekali tidak memuat suatu pertanyaan murid-murid dan juga jawaban Yesus. Pada Lukas dan Matius anak itu tidak dikatakan bisu. Ketiga injil sinoptik ini menempatkan cerita penyembuhan dalam konteks yang pada umumnya sama, yaitu sesudah cerita tentang Yesus yang dimuliakan di sebuah gunung dan sebelum pemberitahuan kedua tentang penderitaan Anak Manusia.

V. Penutup
            Dengan melihat kisah penyembuhan di atas, dapat dikatakan bahwa dalam ketiga injil sinoptik terdapat kesejajaran (paralelisme). Walaupun demikian ada juga perbedaan yang sangat mencolok di dalamnya. Kisah penyembuhan ini disampaikan menurut versi masing-masing dari ketiga injil sinoptik. Tekanan utama atau inti dari cerita ini, bukanlah kisah penyembuhan yang dialami oleh si anak yang kerasukan setan, tetapi ketidak kesanggupan dan ketidakpercayaan para murid dalam mengusir roh jahat. Kuasa untuk menyembuhkan penyakit, dan kuasa untuk mengusir setan telah diberikan kepada para murid (Luk 9:1), tetapi mereka belum sanggup untuk melakukanya. Ketidaksanggupan para murid ini disebabkan, karena mereka kurang yakin, kurang percaya dan kurang berdoa, sebagaimana yang ditekankan oleh Yesus, bahwa roh jahat tertentu hanya dapat diusir dengan doa dan puasa. Dengan demikian tidak ada sesuatupun yang mustahil di dunia ini. (John D)



Buku Referensi

Bergant, Dianne. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: kanisius, 2002.

Delorme, J. Injil Markus. Yogyakarta: kanisius, 1981.

Edersheim, A. The life and Times of Jesus the Messiah. Grand Rapids, 1947.

Groenan, C. Tentang Segala Sesuatu yang Dikerjakan dan Diajarkan Yesus. Yogyakarta: Kanisius, 1977.

Gutzwiller, Richard. Renungan tentang Matius II. Flores: Arnoldus, 1968.

Lane, William. The Gospel of Mark. Michigan: Grand Rapids, 1989.

Leks, Stefan. Yesus Kristus menurut Keempat Injil. Yogyakarta: Kanisius,1987

Lembaga Biblika Indonesia. Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius,1981.

Riedel, K. Tafsir Injil Matius. Jakarta: Gita Karya, 1963.
















[1] Marinus Telaumbanua, ILmu Kateketik, (Jakarta: Obor, 1999), hlm 167.
[2] K.Riedel, Tafsiran Injil Matius, (Jakarta: Gita Karya, 1963), hlm 287.
[3] Epilepsy (epilepsi) merupakan penyakit pada suatu susunan saraf, yang timbul sewaktu-waktu berupa kekejangan disertai dengan pingsan dan perubahan gerak-gerik jiwa, sewaktu penyakit itu menyerang atau kambuh.
[4] Richard, Gutzwiller, Renungan tentang Matius II, (Flores: Arnoldus, 1968) hlm 18.
[5] A. Edersheim, The Life and Times of Jesus the Messiah, (Grand Rapids, 1947, Jilid II), hlm 105.
[6] K.Riedel, Tafsiran Injil Matius, (Jakarta: Gita Karya, 1963), hlm 287.
[7] Richard, Gutzwiller, Renungan tentang Matius II, (Flores: Arnoldus, 1968) hlm 18.
[8] Dianne, Bergant, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm 99.
[9] William L Lane, The Gospel of Mark, (Grand Rapids: Michigan, 1988), hlm 660.
[10] J. Delorme, Injil Markus, (Yogyakarta: Kanisius, 1973), hlm 140.
[11] Dianne, Bergant, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm 99.
[12] William L Lane, The Gospel of Mark, (Grand Rapids: Michigan, 1988), hlm 660.
[13] Lembaga Biblika Indonesia, Injil Lukas, (Yogyakarta: Kanisius,1981), hlm 133.
[14] Lembaga Biblika Indonesia, Injil Lukas, (Yogyakarta: Kanisius,1981), hlm 134.
[15] Dianne, Bergant, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm 133.
[16] Lembaga Biblika Indonesia, Injil Lukas, (Yogyakarta: Kanisius,1981), hlm 137.
[17] Dianne, Bergant, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm 59.

Tidak ada komentar:

SEDEKAH MENURUT AGAMA ISLAM

1.PENGANTAR Sedekah merupakan ibadah sosial bagi umat Islam. Sedekah mempunyai kaitan yang erat dengan orang lain. Adapun alasan umat Isl...