Sabtu, 18 Juni 2016

Kewajiban Terhadap Orangtua (Sirakh 3:1-16)

1.     Pengantar
Kitab kebijaksanaan bin Sirakh atau amsal-amsal bin Sirakh ditulis sekitar tahun 180 SM (abad II SM), oleh Yesus bin Sirakh bin Eleazar (Sir 50:27). Dalam Gereja Katolik kitab ini termasuk dalam kitab deuterokanonika, sementara Protestan menyebutnya apokrip. Kitab Yesus bin Sirakh merupakan suatu kitab kebijaksanaan yang mempertahankan hukum Taurat karena pada masa itu budaya helenisme berkembang di Israel. Takut akan Tuhan adalah sumber kebijaksanaan. Takut akan Tuhan berarti menjalankan hukum Tuhan sebagaimana yang tertulis dalam Taurat. Takut akan Tuhan juga berarti menjalin hubungan yang baik dengan sesama. Takut akan Tuhan juga berarti menjalin relasi yang baik dengan orangtua dan menghormati serta melayani mereka sebagai tuan.

2.     Struktur Sirakh 3:1-16
Sirakh 3:1-16 (kewajiban terhadap orangtua) ditempatkan setelah Sirakh 2:1-18 (kewajiban terhadap Tuhan). Perikop ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama berbicara mengenai penghormatan seorang anak kepada orangtua secara positif (1-9). Kedua, berbicara mengenai penghormatan seorang anak kepada orangtua dengan cara menghindarkan hal-hal yang negatif (10-16).[1]
2.1.    Sirakh 3:1-9
Sirakh 3:1-9 ini dibuka dengan sapaan “anak-anakku” (1). Sapaan semacam ini lazim digunakan dalam kitab kebijaksanaan sebagai bentuk pengajaran seorang bapak kepada anak-anaknya atau seorang guru kepada murid-muridnya (Sir 6:18; 11:10 ; 15:24; Ams 1:8; 2:1; 3:1; 4:1; 5:1 dan lain-lain).
Sirakh 3:1-9 dibuka dengan pengajaran seorang bapak kepada anak-anaknya, “anak-anakku dengarkanlah aku bapamu dan hendaklah berlaku sesuai dengan apa yang kamu dengar supaya selamat”. Pengajaran ini ditujukan kepada anak yang sudah dewasa. Seorang anak harus menghormati orangtua, baik ayah maupun ibunya (Im 19:3; Mal 1:16, Kel 20:12; Ul 5:16). Menurut Sirakh alasan seorang anak menghormati orangtua tidak didasarkan pada tatanan sosial masyarakat yang menanamkan nilai-nilai moral dan etika tetapi didasarkan pada kehendak Allah sendiri. “memang Tuhan telah memuliakan bapa pada anak-anaknya dan hak ibu atas para anaknya diteguhkan-Nya (3:2; bdk. Ef 6:1).[2]
Sirakh 3:1-9 ini dikatakan bernada positif karena dalam perikop ini terdapat beberapa berkat bagi anak-anak yang mau mendengarkan dan mematuhi orangtua (3-6). Berkat yang diperoleh seorang anak dalam menghormati bapa-ibunya adalah pemulihan dari dosa, mengumpulkan harta, akan mendapat kesukaan pada anak-anaknya kelak, doanya dikabulkan dan akan memperoleh umur yang panjang. Berkat yang akan diterima ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara perbuatan baik kepada orangtua dengan berkat.[3] Sirakh 3:1-9 ini ditutup dengan berkat dan kutuk orangtua (3:9).
2.2. Sirakh 3:10-16
Sirakh 3:10-16 berisi larangan-larangan yang harus dilakukan seorang anak dalam menjalin relasi dengan orangtua. Seorang anak tidak boleh membanggakan nista bapa dan ibu sebab malu orangtua juga malu anak (10-11).[4] Seorang anak tidak boleh menyakiti hati bapa, tidak boleh menelantarkan orangtua pada masa tuanya dan harus memaklumi keadaan mereka. Siapa yang mengabaikan dan melupakan orangtuanya dianggap sama dengan penghujat dan mereka akan dikutuk oleh Allah (Kel 21:17; Im 20:9; Ul 27:16; Ams 20:20; Mat 15:4; Mrk 7:10).[5]  

3.     Poin Teologis
3.1. Takut akan Tuhan adalah sumber Kebijaksanaan
Takut akan Tuhan adalah suatu tema yang sangat ditekankan oleh Yesus bin Sirakh dalam kitabnya secara keseluruhan. Takut akan Tuhan selalu dihubungkan dengan kebijaksanaan. Takut akan Tuhan adalah sumber kebijaksanaan. Kebijaksanaan disamakan dengan Taurat Musa. Kebijaksanaan hanya bisa diperoleh oleh orang-orang yang takut akan Tuhan. Seseorang dapat dikatakan takut akan Tuhan kalau ia memelihara Taurat dan perintah-perintah Tuhan dalam hidupnya.[6] Allah memberikan kebijaksanaan kepada orang yang cinta pada-Nya (1:10) dan yang memelihara perintah-Nya (1:26) sebab hanya Dialah yang bisa mencurahkannya (1:9). Takut akan Tuhan berarti berlaku bijaksana, mengasihi Allah, menepati perintah-perintah-Nya dan menempuh jalan Tuhan. Takut akan Tuhan nampak dalam relasi seseorang kepada Tuhan dan sesama.[7] Dalam konteks Sirakh 3:1-16, Takut akan Tuhan ditunjukkan dengan menghormati orangtua sebagaimana yang diinginkan Tuhan dalam titah-Nya (Kel 20:2-3, 12; Ul 5:6-7, 16).
3.2.    Orangtua adalah “Allah” yang Kelihatan
Dalam Sirakh 3:7 dikatakan bahwa seorang anak harus melayani orangtuanya sebagai majikan. Dalam konteks ini ada konsep hamba dan majikan atau budak dengan tuan. Gelar majikan merupakan salah satu gelar Allah dalam Septuaginta (Sir 23:1; 34:29).[8] Dalam Sirakh 3:1-16, Sirakh menyejajarkan Allah dengan orangtua dalam konteks pelayanan. Oleh karena itu, kualitas pelayanan seorang anak kepada orangtuanya harus seperti pelayanan seorang hamba kepada Tuhan. Allah adalah sumber dan pemberi hidup. Orangtua adalah representasi dari Allah, sebab melalui orangtua atau leluhur, seseorang memperoleh hidup dan berkat dari Tuhan.[9]
3.3.Pembalasan
Putera Sirakh tetap mempertahankan ajaran pembalasan sebagaimana dalam relasi perjanjian antara Allah dengan bangsa Israel. Kalau bangsa Israel setia kepada Allah, maka mereka akan mendapat berkat, akan tetapi kalau mereka tidak setia maka mereka akan binasa. Secara umum kalau dilihat kitab Sirakh terdapat beberapa janji-janji kepada orang yang saleh misalnya, hidup/umur panjang (1:12), kesehatan yang baik (1:18), perkawinan yang bahagia (26:3), sukacita karena anak-anak (25:7) dan nama baik yang tahan lama (37:26; 39:11). Namun Allah juga akan memberikan pembalasan kepada orang-orang jahat atau orang-orang fasik. Pembalasan kepada orang-orang jahat atau orang-orang fasik tidak dikatakan secara eksplisit terjadi dalam hidup. Namun yang pasti akan ada pembalasan, mungkin pada saat terakhir hidup mereka.[10] Demikian juga halnya dalam membangun relasi dengan orangtua, siapa yang menghormati orangtua akan memperoleh berkat tetapi siapa yang tidak menghormati akan terkutuk (3:16).

4.     Pesan
4.1. Pembaca pada Zaman Sirakh
Kitab Sirakh, khususnya Sirakh 3:1-16 bisa dikatakan sebagai suatu apologia umat Israel untuk menentang kehadiran budaya helenisme. Masuknya budaya helenisme ke tanah Israel membawa pengaruh yang negatif bagi orang-orang muda Yahudi. Oleh karena itu Sirakh membuat pengajaran yang kental dengan Taurat dan budaya Yahudi. Sirakh 3:1-16 juga didasarkan pada hukum Taurat dan juga budaya Yahudi. Dalam hukum Taurat jelas dikatakan bahwa orangtua harus dihormati sebagaimana tertulis dalam dekalog. Dalam budaya Yahudi penghormatan terhadap orangtua didasarkan pada situasi bangsa Yahudi  pada saat mengembara. Bapak keluarga adalah raja yang harus bertanggung jawab membela dan memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan demikian bapak ataupun ibu pantas mendapatkan penghormatan.
4.2.Pembaca Real

Setiap budaya mempunyai latar belakang tersendiri untuk menghormati orangtua. Penghormatan terhadap orangtua memiliki aneka bentuk. Setiap orang mempunyai cara tersendiri untuk menghormati orangtua. Tidak ada bentuk penghormatan formal yang berlaku bagi setiap orang, usia dan zaman. Di berbagai daerah atau budaya misalnya budaya Batak Toba, penghormatan terhadap orangtua mendapatkan bentuk tertentu, karena masyarakat Batak Toba menganggap orangtua sebagai raja. Orangtua harus dilayani secara baik, baik waktu hidup maupun setelah meninggal. Orang yang tidak menghormati orangtua, biasanya hidupnya akan susah atau terkutuk (Bdk. Kisah si Mardan yang tidak menghormati ibunya dan juga kisah sangkuriang dalam budaya Sunda).
Penghormatan terhadap orangtua sangat ditekankan baik oleh  budaya maupun oleh agama. Budaya mengajarkan seseorang untuk menghormati orangtua demi alasan moral dan adat-istiadat sementara agama berdasarkan perintah Tuhan yakni pada salah satu isi dari dekalog “hormatilah ayah dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan oleh Tuhan Allahmu kepadamu. Rasul Paulus juga menekankan agar setiap orang menaati orangtua di dalam Tuhan, karena haruslah demikian (Ef 6:1). Oleh karena itu, setiap anak harus menghormati orangtua berdasarkan situasi sosial, budaya dan agama. Siapa yang menghormati dan memperlakukan orangtua dengan baik akan memperoleh berkat. Akan tetapi siapa yang tidak menghormati orangtua akan terkutuk.

5.   Penutup
Penghormatan kepada orangtua merupakan salah satu bentuk takut akan Tuhan. Orang yang takut akan Tuhan pasti berlaku dengan bijaksana. Orangtua harus dilayani dan diabdi dengan baik sebagaimana seorang hamba mengabdi Tuhan. Orangtua adalah Debata natarida (“Allah” yang kelihatan). Orangtua menjadi representasi Allah di dunia sebab melalui mereka seseorang memperoleh hidup.










Daftar Referensi
Bergant-Robert. J. Karris (ed.), Dianne. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (Judul Asli: The Collegeville Bible Commentary), diterjemahkan oleh A. S. Hadiwiyata dan Lembaga Biblika Indonesia. Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Konferensi Waligereja Indonesia. Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius, 1996.

Noel Freedman, David. The Anchor Bible Dictionary Volume 6 Si-Z. New York: Doubleday, 1992.

Weiden,Win van der. Seni Hidup: Sastra kebijaksanaan Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius, 1994.




[1] Dianne Bergant-Robert. J. Karris (ed.), Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (Judul Asli: The Collegeville Bible Commentary), diterjemahkan oleh A. S. Hadiwiyata dan Lembaga Biblika Indonesia (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 788.

[2] “Menghormati Orangtua” dalam pendalaman Kitab Suci, Vol. 25, No. 6. November-Desember 2010. Hlm. 286.
[3] “Menghormati orangtua…, hlm. 287.
[4] Dianne Bergant-Robert. J. Karris (ed.), Tafsir…, hlm. 789.
[5] “Menghormati orangtua…, hlm. 287.

[6] David Noel Freedman, The Anchor Bible Dictionary Volume 6 Si-Z (New York: Doubleday, 1992), hlm. 941.
[7] Win van der Weiden, Seni Hidup: Sastra kebijaksanaan Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 1994). Hlm. 301.
[8] “Menghormati orangtua…, hlm. 287.
[9] Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi (Yogyakarta: Kanisius, 1996), hlm. 52.
[10] Win van der Weiden, Seni Hidup…, hlm. 301.

Tidak ada komentar:

SEDEKAH MENURUT AGAMA ISLAM

1.PENGANTAR Sedekah merupakan ibadah sosial bagi umat Islam. Sedekah mempunyai kaitan yang erat dengan orang lain. Adapun alasan umat Isl...