Minggu, 30 Oktober 2016

Keledai



Keledai termasuk hewan piaran yang utama pula dan cukup kerap disebut bersama dengan kambing domba dan/atau lembu sapi. Dalam Alkitab PL keledai disebut kurang lebih 150 kali (95 kali keledai jantan, 34 kali keledai betina dan 8 kali anak keledai). Keleai aalah binatang serba guna, tetapi pertama-tama dipakai sebagai binatang beban (Kej 22:3; Kel 23:5) dan tunggang. Keledai digunakan pula untuk membajak (Ul 22:10: “Janganlah engkau membajak dengan lembu dan keledai bersama-sama”), mengirik dan bahkan sebagai keledai tunggang dalam perang (Yes 21:7, yang menyebut pasukan keledai). Dari sebab itu, kita dapat mengerti bahwa dalam firman yang kesepuluh dari dekalog keledai disebut bersama lembu sebagai hewan yang tidak boleh dirampas secara paksa (Kel 20:14; bdk. Bil 16:15; Ayb 24:3). Orang yang menang perang pasti akan menjarah keledai pula (bdk. Kej 34:28). Keledai itu begitu penting sampai hampir disamakan dengan anak sulung: tetapi setiap anak keledai yang lahir terdahulu kau tebuslah dengan seekor domba; atau jika engkau tidak menebusnya, engkau harus mematahkan batang lehernya. Tetapi mengenai anak manusia, setiap anak sulung di antara anak-anakmu lelaki, haruslah kautebus (Kel 13:13; bdk 34:20).
            Keledai sangat kuat memikul beban. Saudara-saudara Yusuf pergi pulang (turun naik) Mesir-Kanaan dengan menggunakan keleai sebagai keledai beban (Kej 42:27; 43:18 et passim). Keledai dikatakan mempunyai tulang punggung yang kuat. Demikian pula suku Isakhar yang menjadi budak orang Kanaan dikatakan: adalah seperti keledai yang kuat tulang punggungnya, yang meniarap diapit bebannya (Kej 49:14).
            Keledai juga digunakan sebagai keledai tunggang (Hak 19:10; 1Sam 25; 1Raj 13:1-29). Rupanya apabila suatu keluarga bepergian bersama-sama, ibu dan anak menunggang keledai, sedang bapa menuntunnya dengan berjalan kaki (Kel 4:20; Bil 22:22; 2Raj 4:24).
            Keledi tidak digunakan sebagai binatang kurban (Kel 34:20; 13:13). Apa persis alasannya tidak diketahui (dalam Im 11 dan Ul 15 keledai tidak disebut di antara binatang yang tahir dan najis). Pada saat kritis daging keledai boleh dimakan (2Raj 6:25).
Keledai menjadi termasyhur karena fabel Bileam (Bil 22:21-35) dan karena gambaran raja damai yang akan datang yang diberikan dalam Za 9:9. Dia adil dan jaya, lemah lembut dan mengendarai keledai, seekor keledai beban yang muda (bdk. Mat 21:5; Yoh 12:15). Dalam konteks ini keledai menjadi lambang perdamaian. Gambaran lembu dan keledai pada kandang Natal mungkin berilham pada Yes 1:3: lembu mengenal pemiliknya, keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi Israel tidak. Umat-Ku tidak mempunyai pengertian.
            Dengan demikian gambaran keledai Natal berbeda dengan gambaran gambaran keledai hari Minggu Palem. Yang satu merupakan tanda peringatan, yang lain menjadi lambang perdamaian. Keledai yang disayangi itu (bdk. 1Sam 9) tidak pernah menjadi kiasan untuk kebodohan (seperti keledai atau keledai hendak dijadikan kuda).

Disadur dari Alkitab dan Ketanahannya (Berthold Anton Pareira O.Carm)

Kuda



Kuda disebut 138 kali dalam Alkitab Ibrani (137 kali kuda jantan dan hanya sekali kuda betina dalam Kid 1:9) dan sebagian terbesar dalam konteks perang atau yang ada hubungannya dengan perang. Kuda dalam Alkitab dapat dikatakan kuda perang. Frasa “ kuda dan kereta perang atau kereta kuda perang” cukup kerap ditemukan (kurang lebih 30 kali). Kuda pos disebut hanya dua kali (Est 8:10,14), sedang kuda pacu tidak pernah. Dalam kitab-kitab yang aslinya ditulis langsung dalam bahasa Yunani kuda disebut 38 kali.
            Kuda adalah binatang yang gagah rupanya dan kuat, tetapi juga mahal karena makanannya adalah “jelai dan jerami” (1Raj 5:8/4:28). Kuda juga tidak mudah dijinakkan. Perlu seni tersendiri (Mzm 32:10). Kekaguman paraa pengarang Alkitab terhadapa kuda perang khususnya terhadap kuda perang Asyur dan Mesir diungkapkan di beberpa tempat dengan cukup tajam. Dengus dan ringkusnya membuat gemetar (Yer 6:22-26; 8:16). Kecepatannya berlari bisa lebih tinggi dari pada kecepatan macan tutul (Hab 1:8; bdk. Yer 12:5, Yl 2:4) dan keganasannya lebih dari serigala di waktu malam (Hab 1:8). Nah 3:1-3 adalah suatu lukisan tentang kedahsyatan pasukan berkuda Asyur. Demikian pula Yes 5:26-30! Keganasan seekor kuda perang yang terlatih dilukiskan secara sempurna oleh Ayb 39:19-25/22-28). Lukisan besar ini pantas dinikmati: Engkaukah yang memberi tenaga kepada kuda? Engkaukah yang mengankan surai kepada tengkuknya? Engkaukah yang membuat dia melompat seperti belalang? Ringkiknya yang dahsyat mengerikan. Ia menggaruk tanah lembah dengan gembira, dengan kekuatan ia maju menghadapai senjata. Kedahsyatan ditertawakannya, ia tidak pernah kecut hati, dan ia pantang mundur menghadapai pedang. Di atas dia tabung panah gemerincing. Tombak dan lembing gemerlapan; dengan garang dan galak dilulurnya tanah, dan ia meronta-ronta kalau kedengaran bunyi sangkakala; Ia meringkik setiap kali sangkakala ditiup; dan dari jauh sudah diciumnya perang gertak para panglima dan pekik.         
Akan tetapi, nabi Yeremia (627-586 SM) dalam kejengkelannya terhadap orang Israel karena nafsu mereka yang tak terkendalikan dalam hal dosa membandingkan mereka dengan kuda yang menceburkan diri dalam perang (Yer 8:6). Yeremia memang tajam dalam memberikan perbandingan-perbandingan dari hidup kuda (Yer 5:8; 12:5).
            Memiliki pasukan berkuda yang kuat adalah dambaan setiap pemerintahan waktu itu. Kuda adalah gengsi dan pasukan berkuda adalah andalan dalam pertempuran. Orang pertama dalam sejarah Israel yang melakukan, politik kuda ialah Raja Salomo (1010?-930 SM). Beliau adalah salah seorang pengimpor dan pedagang kuda yang paling besar pada zamannya: kuda untuk Salomo didatangkan dari Misraim (Mesir) dan dari Kewe;saudagar-saudagar raja membelinya dari Kewe dengan harga pasarr. Sebuah kereta perang yang didatangkan dari Misraim berharga sampai enam ratus syikal perk dan seekor kuda sampai seratus lima pulus syikal; dan begitu juga melalui mereka dikeluarkan semuanya itu kepada semua raja orang Het dan kepada raja-raja Aram (1Raj 10:28-29).
Politik kuda ini berulang kali mendapat tantangan dari para nabi (Hos 1:7; 14:4; Mi 5:9). Kami berikan satu contoh dari kecaman nabi Yesaya (740-689) terhadap politik raja Hizkia:
Celakalah orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yag mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada yang Mahakudus Allah Israel dan tidak mencari Tuhan (Yes 31:12).
            Politik kuda ini ditentang karena orang lebih mengandalkan kekuatan duniawi dari pada percaya kepada Tuhan. Keselamatan tidak berasal dari kuda, tetapi dari tuhan (Mzm 20:8, 33:16-17, 18-19). Tuhan tidak senang kepada kegagahan kuda. Ia tidak senang kepada otot laki-laki (pasukan berkuda yang gagah) (Mzm 147:10). Kuda memang diperlangkapi untuk hari peperangan, tetapi kemenangan ada di tangan Tuhan (Ams 21:31). Raja damai yang datang dengan seekor keledai beban yang muda akan melenyapkan kereta-kereta dari Efraim dan kuda-kuda dari Yerusalem; busur perang akan dilenyapkan dan ia akan memberikan damai kepada bangsa-bangsa (Za 9:10).     
Meskipun politik kuda ini sewajarnya ditentang, tetapi ada tradisi yang menjuluki masing-masing nabi Elisa (2Raj 13:14) dan Elia (2Raj 2:12), kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda.
            Kita lihat sebentar tentang bagal (dari bahasa Arab) yakni peranakan kuda dengan keledai, bapa kuda induknya keledai. Bagal disebut 15 kali dalam Alkitab dan beberapa kali (6x) bersama-sama dengan kuda. Kendaraan pribadi Daud adalah seekor bagal dan bukan kuda (1Raj 1:33, 38,44). Demikian pula anak-anaknya memiliki seekor bagal (2Sam 13:29). Ada kemungkinan bagal menjadi kendaraan keluarga kerajaan. Akan tetapi, ketika Absalom mau merebut kekuasaan dari Daud bapanya, dia memecahkan kebiasaan ini dengan menyediakan baginya sebuah kereta serta kuda dan 50 orang yang berlari di depannya (2Sam 15:1).

Disadur dari Alkitab dan Ketanahannya (Berthold Anton Pareira O.Carm)


Lembu



Ternak ketiga yang sangat kerap disebut dalam Alktab (PL) ialah lembu atau sapi (kurang lebih 500 kali). Bahasa Ibrani mempunyai 9 kata untuk lembu buat membedakan jenis kelaminnya, induk dari anaknya, umr serta fungsinya. Di samping itu, masih ada nama umum (baqar) untuk jenis binatang ini. Hal ini benar-benar menyulitkan kita yang tidak memiliki pembedaan semacam itu.
            Lembu memainkan peranan yang sangat besar dalam perkembangan pertanian dan kebudayaan manusia. Ams 14:4 mengatakannya sebagai berikut: Kalau tidak ada lembu, juga tidak ada gandum, tetapi dengan kekuatan sapi banyaklah hasil.
            Lembu termasuk binatang yang kuat dan dapat merubuhkan mazbah Baal sebagaimana yang dilakukan Gideon dengan lembu jantan berumur tujuh tahun kepunyaan ayahnya (Hak 6:25). Bentuk tubuhnya indah (Kej 41:2) atau menurut Hosea tengkuknya indah atau elok (Hos 10:11). Untuk membajak tanah digunakan paling kurang sepasang lembu. Elisa termasuk seorang petani yang kaya karena membajak dengan dua belas pasang lembu (1Raj 19:19-21). Lembu mungkin digunakan pula untuk mengirik gandum (Hos 10:11).          
Lembu termasuk budaya yang disayangi karena air susu dan dagingnya. Lembu adalah ternak yang mahal. Tamu-tamu yang agung dijamu dengan daging anak lembu yang tambun dan empuk (Kej 18:7; 1Sam 28:24; Mat 22:1-14). Anak yang hilang dalam perumpamaan Yesus itu diperlakukan bapanya secara sangat istimewa karena untuk menyambut kembalinya ke rumah disembelih anak lembu yang gemuk itu (Luk 15:23). Tentu saja hanya orang kaya yang bisa mengadakan perjamuan semacam itu (bdk. Am 6:4). Pemimpin-pemimpin agama Yahudi di zaman Yesus sangat taat pada peraturan-peraturan hari Sabat, tetapi kalau lembu mereka terperosok ke dalam sumur, soalnya menjadi lain (Luk 14:5). Pencuri lembu harus membayar lima kali lipat dari jumlah yang dicurinya, sedang pencuri domba empat kali lipat (Kel 21:37/22:1).
            Lembu termasuk binatang kurban pula dan tentu saja hanya orang yang mampu saja yang dapat menyediakannya. Hana, ibu Samuel, termasuk orang-orang yang demikian (1Sam 1:23b-28).
Mengapa ada patung untuk menghormati anak lembu jantan (bdk. Kel 32; 1Raj 12:28, 32)? Ada kemungkinan karena lembu (di sini anak lembu jantan) dalam suatu kebudayaan aggraris dijadikan lambang dari dewa yang memberi kesuburan. Masih ada penafsiran lain. Anak lembu jantan atau lebih tepat banteng (lembu hutan atau liar) dengan tanduknya yang kuat adalah lambang dewa perang. Bagi orang Israel, Tuhan yang telah membawa mereka keluar dari Mesir adalah seperti tanduk kekuatan lembu hutan (Bil 23:23=24:8). Anak lembu jantan itu adalah lambang dari Allah perang. Tentu saja apa yang dilakukan Israel di zaman Yerobeam I (930-910 SM) ini adalah suatu dosa yang mengerikan meskipun patung itu dilihat hanya sebagai tumpuan kaki Allah atau sebagai pengganti ibadat di Yerusalem. Mengapa? Karena mereka dilarang menggambarkan Allah dalam bentuk atau rupa apa pun (Bdk. Kel 20:4-6). Nabi Hosea pada pertengahan abad ke 8 SM telah mengecamnya dengan keras (Hos 13:2).

Disadur dari Alkitab dan Ketanahannya (Berthold Anton Pareira O.Carm)

Macan



Macan (namer) disebut dalam Alkitab hanya 7 kali. Yang dikagumi ialah kecepatannya sehingga menjadi metafor untuk pasukan Kasdim yang terkenal bergerak cepat (Hab 1:8) dan untuk kemaharajaan Persia yang meluas begitu cepat  (Dan 7:6). Habitatnya ialah wilayah pegunungan Libabnon (Kid 4:8) dan Negeb. Macan tutul dikenal karena belangnya atau bulunya yang bercak-bercak hitam: “Dapatkah orang Etiopia mengganti kulitnya atau macan tutul mengubah belangnya? Masakan kamu dapat berbuat baik/ hai orang-orang yang membiasakan diri berbuat jahat? (Yer 13:23).
            Luar biasa perbandingan yang digunakan oleh nabi Yeremia ini. Sangat kena, tepat dan padat! Peribahasa Indonesia mengatakan “burung gagak itu jikalau dimandikan dengan air mawar sekalipun, tidak akan menjadi putih warnanya”. Orang yang suah bertabiat jahat tak dapat diperbaiki lagi.

Disadur dari Alkitab dan Ketanahannya (Berthold Anton Pareira O.Carm)

Negeri yang Berlimpah-limpah Susu dan Madu



Ungkapan yang cukup kerap digunakan untuk menyebut tanah perjanjian yakni “negeri yang berlimpah-limpah susu dan madu” (Kel 3:8,17; 13:5; 33:3; Im 20:24; Bil 13:27; 14:8; 16:13,14; Ul 6:3; 11:9; 26:9,15; 27:3; 31:20; Yos 5:6; Yer 11:5; 32:22; Yeh 20:6,15; Sir 46:8). Dapat dilihat bahwa ungkapan ini terdapat paling banyak dalam Pentateukh. Lalu dari mana asalnya ungkapan ini?
            Kemungkinan besar dari orang Kanaan dan mau mengatakan bahwa tanah itu baik dan memenuhi segala kebutuhan pokok manusia. Susu termasuk salah satu dari kesepuluh kebutuhan pokok manusia (Sir 39:26) dan Palestina menghasilkan banyak susu karena kaya akan kambing domba dan lembu. Susu adalah lambang kekayaan. Pengarang kitab Ayub menggambarkan kemakmran orang fasik dengan mengatakan bahwa “pinggangya gemuk oleh susu” (Ayb 21:24a). Yes 60:16 mengatakan bahwa pada suatu waktu di zaman yang akan datang Israel “akan mengisap susu bangsa-bangsa dan meminum susu kerajaan-kerajaan”. Demikian pula Yes 55:1 menyebut susu sebagai salah satu kebutuhan yang dapat diambil tanpa bayar. Susu termasuk pula salah satu istilah dalam bahasa cinta (Kid 4:11; 5:1).   
Karena warnanya yang putih susu adalah lambang keindahan dan kesemarakan khususnya apabila dilawankan dengan warna merah atau hitam. Israel yang meratapi keadaannya setelah penghancuran oleh kekuasaan Babel pada tahun 586 SM berkata: “Dahulu anak-anak mudanya lebih bersih dari salju dan lebih putih dari susu, tubuh mereka lebih merah dari pada merjan, seperti batu nilam rupa mereka. Sekarang rupa mereka lebih hitam dari gelaga, mereka tidak dikenal di jalan-jalan, kulit mereka berkerut pada tulang-tulangnya, mengering seperti kayu (Rat 4:7-8). Demikian pula si jelita memuji ketampanan kekasihnya dalam Kidung Agung dan berkata: “Matanya bagaikan merpati pada batang air, bermandi dalam susu, duduk dalam kolam yang penuh (Kid 5:12).
            Madu dihasilkan terutama dari pohon korma serta ara dan Palestina kaya akan kedua pohon itu. Tanah Perjanjian dengan demikian adalah suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Pernyataan ini dapat diterima meskipun ungkapan ini bernada pujian kepada Tuhan sang pemilik tanah itu seperti halnya gambaran tentang tanah perjanjian memang semuanya bernada demikian (bdk. Ul 11:9-15; 33:26-29; Mzm 65:10-14).

Disadur dari Alkitab dan Ketanahannya (Berthold Anton Pareira O.Carm)

SEDEKAH MENURUT AGAMA ISLAM

1.PENGANTAR Sedekah merupakan ibadah sosial bagi umat Islam. Sedekah mempunyai kaitan yang erat dengan orang lain. Adapun alasan umat Isl...