Kamis, 05 November 2015

KISAH PENCIPTAAN MENURUT KEJADIAN 1: 1-2:7 DAN MITOS PENCIPTAAN MENURUT BUDAYA BATAK TOBA

PENGANTAR
            Setiap suku dan daerah di belahan dunia ini pasti mempunyai mitos bagaimana terjadinya alam semesta ini, darimana muncul manusia, hewan dan tumbuhan serta segala sesuatu yang ada di dalamnya. Pada awalnya, semua itu dapat diketahui dalam mitos-mitos penciptaan. Mitos penciptaan dari suatu daerah berbeda dengan daerah lain, dan mempunyai ciri khas masing-masing sesuai dengan konteks budayanya. Di bawah ini akan dilukiskan kisah penciptaan biblis dan mitos penciptaan Batak Toba. Keduanya mempunyai kemiripan, tetapi berbeda secara mendasar. Persamaan dan perbedaan kedua kisah itu akan dibahas lebih lanjut dalam paper ini.
MITOS BORU DEAK PARUJAR
           
Si Boru Deak Parujar adalah putri Batara Guru, aspek pertama dari Mulajadi Na Bolon sebagai Trimurti.[1] Di langit, putri itu dikenal sebagai ahli tenun, bergelar Si Partonun Na Utusan (Maha Ahli Tenun). Setelah dewasa, oleh Batara Guru ia dicalonkan menjadi isteri putera Mangalabulan. Karena rupa laki-laki tersebut jelek, Deak Parujar menolak. Penolakan tersebut tercatat sebagai pembangkangan pertama di langit terhadap wibawa sang bapak. Karena Deak Parujar merasa tidak mungkin mematuhi perintah ayahnya, ia memutuskan saja keluar dari langit.
            Jagad raya terdiri dari tiga lapis, yaitu Langit, tempat Deak Parujar, disebut Banua Ginjang (Benua Atas). Di bawahnya adalah Banua Tonga (Benua Tengah) dan terakhir Banua Toru (Benua Bawah). Kedua benua terakhir masih misteri bagi Deak Parujar. Jika keluar meninggalkan langit, berarti Deak Parujar harus berusaha turun ke Banua Tonga. Ketika menenun, Deak Parujar melemparkan turak berisi gelondong benang ke bawah, benangnya terus terjulur menggantung di ruang gelap gulita.
            Deak Parujar lalu meluncurkan diri ke bawah, bergantung pada benang. Setelah beberapa waktu meluncur turun dalam gelap gulita, akhirnya kaki Deak Parujar terantuk pada turak, yang ternyata terombang-ambing di atas permukaan air yang berkelocak dahsyat ditimpa badai dan gelombang besar. Deak Parujar yang ketakutan, sejenak timbul niatnya pulang ke langit, namun ia membulatkan hati dan bertekad tetap bertahan tidak akan pulang. Mulajadi Na Bolon (Maha Pencipta) mendengar jeritan Deak Parujar minta tolong. Mulajadi Na Bolon kemudian membujuknya agar pulang, tetapi tidak berhasil. Mulajadi Na Bolon akhirnya mengirim sekepal tanah liat kepada Deak Parujuar. Ia memberi petunjuk, “Bentuklah tanah liat ini menjadi landasan tempatmu berpijak di atas samudera”. Deak Parujar merasa lega, lalu mulai menempa sebidang pijakan dari sekepal tanah liat itu, yang lama kelamaan semakin luas.
            Deak Parujar sampai harus mengulang tujuh kali menempa tanah pijakanya. Hal ini terjadi karena Raja Padoha, Naga pemikul Jagad Raya, sampai enam kali menggoncangkan jagad raya dengan dahsyat, sehingga setiap kali tempaannya selesai terbentuk, pijakan itu hancur ditelan samudera.
            Ketika pada keenam kalinya tanah tempaan Deak Parujar lebur, ia kembali meminta pertolongan Mulajadi na Bolon yang kemudian mengirim sebilah keris dan rantai. Dengan keris itu Deak Parujar menikam Naga pemikul jagad raya, namun tidak sampai mati. Deak Parujar kemudian berhasil merantainya, sehingga sang naga tidak leluasa lagi bergerak mengguncangkan jagad raya. Sesudah naga dirantai, Deak Parujar kembali membentuk tanah pijakan. Naga tidak lagi mengganggunya.
            Tanah itu akhirnya berkembang menjadi bumi, tetapi bumi itu masih kosong. Deak Parujar lalu meminta Mulajadi Na Bolon untuk mengirim bibit tanaman dan hewan. Mulajadi Na Bolon meluluskan permintaanya. Bersamaan dengan itu tejadilah perbedaan antara gelap dan terang. Deak Parujar menebarkan bibit tanaman dan menebarkan anak-anak hewan hingga berkembang biak. Bumi yang tadinya kosong sudah berisi dan indah sekali.
            Melihat keindahan itu Deak Parujar bernyanyi dan menari kegirangan, tetapi tiba-tiba merasa kesepian karena tidak memiliki teman. Mulajadi Na Bolon mengamati keadaannya segera memerintah putra Mangalabulan, bekas tunangan yang ditolak oleh Deak Parujar, supaya turun ke bumi untuk bergabung dengan Deak Parujar. Putera langit itu patuh. Ia turun ke bumi menjumpai Deak Parujar.
            Deak Parujar melupakan ketidaksukaanya kepada putra Mangalabulan. Mereka menjadi pasangan suami isteri pertama di bumi. Mereka berdua dan tujuh keturunanya hingga tujuh generasi berikutnuya masih tergolong manusia langit, belum menjadi manusia biasa (Jolma). Sebagai manusia langit, Deak Parujar dan suaminya teratur menerima kunjungan Mulajadi Na Bolon, yang dari waktu ke waktu sengaja turun dari langit untuk menemui Deak Parujar dan keturunanya, memberi pedoman hidup dan petunjuk lainya.
            Pada suatu waktu, masa itu pun berakhir. Mulajadi Na Bolon merasa sudah tiba waktunya Deak Parujar kembali ke tempat asalnya, yaitu langit. Mulajadi Na Bolon menentukan tempat kembali Deak Parujar, yaitu di bulan, bertenun seperti sedia kala. Sejak saat itu, Deak Parujar telihat di sana sedang menenun saat bulan purnama. Bumi tempaanya, yang ditenunnya ibarat kain tenunan (ulos) dari bahan kiriman Mulajadi Na Bolon, diwariskan kepada keturunanya bersama seluruh isi alam. Bumi itu berpusat di huta pertama Sianjurmulamula di kaki Pusuk Buhit. Pusuk Buhit sendiri adalah tempat turunya Mulajadi Na Bolon ke bumi. Ketika Deak Parujar lenyap ke bulan, dari situpulalah ia berangkat.
            Setelah Deak Parujar pergi ke bulan, putuslah hubungan langsung antara langit dan bumi. Namun sebelumnya Mulajadi Na Bolon telah berpesan kepada Deak Parujar bahwa keturunanya akan dapat terus berhubungan dengan langit melalui doa-doa dan upacara persembahan. Altar bagi doa-doa dan persembahan itu adalah gunung Pusuk Buhit, sekaligus kiblat (alamat) penghormatan keturunanya kepada roh-roh persemayaman para leluhur.
PERSAMAAN KEJADIAN 1: 1-2: 7 DAN MITOS PENCIPTAAN MENURUT BUDAYA BATAK TOBA
            Allah Tinggi orang Batak Toba disebut Mulajadi Na Bolon. Mulajadi Na Bolon menciptakan segala sesuatu.[2] Hal ini sejajar dengan penciptaan biblis, dimana Allah menciptakan segala sesuatu. Allah dan Mulajadi Na Bolon sama-sama memainkan peranan penting dan merupakan aktor utama dalam kisah penciptaan alam semesta dan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Menurut versi Batak, ternyata Sang Pencipta, Khalik, dan Sang Penjadi semesta alam adalah Mulajadi Na Bolon, Allah yang Esa. Sebagai pencipta, Dialah yang  menjadikan (creare, to create) seluruh alam semesta, baik alam materi, seperti bumi dan matahari, maupun alam flora atau segenap tumbuhan. Demikian juga penciptaan alam fauna (dunia binatang) dan manusia (antropologi), bahkan dewa-dewi, para hamba dan segala pembantu Allah, menuntut soverenitas dan kemahakuasaan-Nya.[3] Dalam penciptaan biblis juga dikisahkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu, baik bumi, matahari dan benda-benda luar angkasa, fauna, flora dan manusia. Allah mencipta melalui sabda-Nya.[4] Demikian halnya dengan Mulajadi Na Bolon. Dari segi transendensi, kemuliaan Mulajadi Na Bolon memang sangat Luhur, Mulia dan Mahakuasa. Ia sanggup mengadakan segala sesuatu yang dikehendakinya menjadi ada, hanya melalui sabdanya.[5] Ia memang cukup sempurna dan melampaui segala ciptaan. Kepadanya bukan saja dapat diatribusikan kemahakuasaan dan keabadian (tanpa mula dan tanpa akhir), tetapi secara analisis dapat juga disifatkan “Yang Sama Sekali Lain”, (dari alam ciptaan).[6] Mulajadi Na Bolon juga dikatakan sebagai Trimurti, yaitu bahwa Mulajadi Na Bolon sendiri mencakup Tritunggal yaitu (dewa) Batara Guru, (dewa) Soripada, dan  (dewa) Mangalabulan.[7] Allah dalam penciptaan biblis juga merupakan Trimurti yaitu Bapa, Putera dan Roh Kudus, namun tidak secara eksplisit dikatakan dalam kitab Kejadian. Segala sesuatu yang diciptakan Allah diserahkan kepada manusia, agar manusia berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata dan merayap di bumi.[8] Demikian juga bumi dan seluruh isi alam semesta diserahkan oleh Mulajadi Na Bolon kepada manusia (keturunan Si Raja Batak). Bumi itu berpusat di huta pertama Sianjurmulamula di kaki Pusuk Buhit.[9]
Dalam kisah biblis Allah menciptakan segala sesuatu yang ada dari ketiadaan (creatio et nihilo).[10] Mulajadi Na Bolon juga boleh dikatakan mencipta segala sesuatu dari ketiadaan. Namun hal ini tidak dikatakan secara eksplisit. Secara implisit, Mulajadi Na Bolon menciptakan segala sesuatu dari ketidak adaan (creatio et nihilo), karena ia dapat mengadakan yang tidak ada sebelumnya, hanya dengan bersabda (boi do bahenonna adong na so adong hian, holan marhite sian hatana).[11]

PERBEDAAN KEJADIAN 1: 1-2: 7 DAN MITOS PENCIPTAAN MENURUT BUDAYA BATAK TOBA
            Pada mulanya, sebelum bumi diciptakan, mitos penciptaan Batak Toba menjelaskan bahwa jagad raya sudah ada. Jagad raya terdiri dari tiga lapis, yaitu langit tempat Deak Parujar, disebut banua ginjang (benua atas). Di bawahnya adalah ­banua tonga (benua tengah) dan terakhir banua toru (benua bawah).[12] Sementara dalam penciptaan biblis tidak ada disebut lapisan jagad raya. Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong (formless and void), gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.[13] Penciptaan bumi dilakukan oleh Allah tanpa campur tangan pihak lain. Penciptaan bumi menurut mitos penciptaan Batak Toba terjadi karena pembangkangan Deak Parujar kepada Mulajadi Na Bolon. Penciptaan bumi seakan-akan dilakukan oleh Deak Parujar. Bumi tercipta karena Deak Parujar turun dari langit ke lautan yang luas. Disana, Deak Parujar tidak mempunyai tempat pijakan, oleh karena itu ia meminta sekepal tanah kepada Mulajadi Na Bolon. Mulajadi Na Bolon kemudian mengirimkanya kepada Deak Parujar untuk tempat pijakanya. Deak Parujar menempa tanah itu beberapa kali karena hancur diterjang ombak yang ganas. Ombak itu terjadi karena Raja Padoha, Naga pemikul jagad raya mengguncangkan jagad raya dengan dahsyat, yang membuat tanah tempaan Deak Parujar hancur ditelan samudera. Deak Parujar harus kembali membentuk tanah itu setelah ia menaklukkan Naga Padoha. Tanah itu akirnya berkembang menjadi bumi.[14]
            Setelah penciptaan bumi, kisah penciptaan biblis menjelaskan bahwa tindakan pertama dari Allah adalah penciptaan terang. Berfirmanlah Allah:”Jadilah terang”. Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang dan gelap itu malam.[15] Sementara dalam mitos penciptaan Batak Toba, setelah bumi ada, tindakan pertama yang dilakukan adalah meminta bibit tanaman dan hewan. Deak Parujar lalu meminta Mulajadi Na Bolon untuk mengirim bibit tanaman dan hewan. Mulajadi Na Bolon meluluskan permintaanya. Bersamaan dengan itu terjadilah perbedaaan antara gelap dan terang.[16] Pemisahan terang dan gelap disini tidak jelas faktornya karena apa. Bibit tanaman dan hewan yang diminta Deak Parujar kemudian ditebarkanya. Bibit tanaman itu tumbuh, dan anak-anak hewan pun berkembang biak. Bumi yang tadinya kosong sudah berisi dan indah sekali. Dalam penciptaan biblis dijelaskan bahwa penciptaan tumuh-tumbuhan terjadi pada hari kelima. Dalam menciptakan tumbuh-tumbuhan, Allah tidak menciptakanya secara langsung, tetapi Ia hanya berfirman saja. Berfirmanlah Allah:”Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi”. Dan jadilah demikian. Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.[17] Dalam menciptakan hewan, Allah menciptakanya secara langsung. Hewan yang diciptakan-Nya itu dibagi ke dalam dua jenis besar yaitu hewan yang hidup di air dan hewan yang hidup di darat. Berfirmanlah Allah:”Hendaklah dala air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakerawala”. Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya:” Berkembang biaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung –burung di bumi bertambah  banyak.[18] Kemudian Allah berfirman:” Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang –binatang melata dan segala jenis binatang liar”. Dan jadilah demikian.[19]
            Secara umum dapat dikatakan bahwa penciptaan biblis berbeda dari mitos penciptaan Batak Toba. Penciptaan biblis lebih bersifat monoteis, sementara mitos penciptaan Batak Toba bersifat politeis. Allah dalam menciptakan segala sesuatu, cukup hanya dengan bersabda maka segala sesuatunya akan terjadi. Penciptaan dalam hal ini berkelanjutan. Mitos penciptaan Batak Toba menggambarkan bahwa Allah (Mulajadi Na Bolon) menciptakan segala sesuatu melalui perantaraan. Bumi yang diciptakan nampaknya karena ketidak sengajaan, karena bermula dari pembangkangan Deak Parujar kepada Mulajadi Na Bolon. Walaupun demikian dapat dikatakan bahwa Mulajadi Na Bolonlah yang menciptakan segala sesuatu, namun dalam menciptakan bumi, dunia hewan (fauna), dunia tumbuhan (flora) di bumi dia dibantu oleh Deak Parujar.[20]
PENUTUP
            Kisah penciptaan dari suatu daerah bisa jadi mirip dengan daerah lain tetapi tidak boleh dikatakan sama. Setiap daerah atau suku berdiri sendiri dan mempunyai ciri khas tertentu. Demikian juga kisah penciptaan biblis dan mitos penciptaan Batak Toba. Keduanya mempunyai kemiripan dan juga mempunyai perbedaaan. Kedua kisah ini tidak saling mempengaruhi tetapi sama-sama menggambarkan bagaimana terjadinya alam semesta dan segala sesuatu yang ada di dalamnya. (John D)


BUKU REFERENSI
Sinaga, Anicetus. Dendang Bakti (Inkulturasi Teologi dalam Budaya Batak). Medan: Bina Media. 2004.
Sinaga, Anicetus. Martutuaek sebagai Permandian Orang Batak Toba. Pematangsiantar: Jalan Medan. 1979.
Sinaga, Anicetus. The Toba Batak High God . West Germany: St. Augustinian. 1981.
Simamora, Serpulus. Pengantar ke dalam Pentateukh. STFT St. Yohanes Pematangsiantar . 2001.
Situmorang, Sitor. Toba Na Sae. Jakarta: Komunitas Bambu. 2009.





                [1] Mulajadi Na Bolon sendiri mencakup tritunggal, yaitu Batara Guru, Soripada dan Mangala bulan.
[2] Anicetus Sinaga, Martutuaek sebagai Permandian Orang Batak (Pematangsiantar: S. T. Theologi Katolik ,1979), hlm. 5.
[3] Anicetus Sinaga, Dendang Bakti, Inkulturasi Teologi dalam Budaya Batak (Medan: Bina Media, 2004), hlm. 1.
[4] Kejadian 1: 3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, 29.
[5] Anicetus Sinaga, Dendang Bakti, Inkulturasi Teologi dalam Budaya Batak …, hlm. 1.
[6] Anicetus Sinaga, Dendang Bakti, Inkulturasi Teologi dalam Budaya Batak…, hlm. 2.

[7] Sitor  Situmorang, Toba Na Sae (Jakarta: Komunitas Bambu, 2009), hlm. 21.
[8] Kejadian 1: 26.
[9] Sitor  Situmorang, Toba Na Sae…, hlm. 23.
[10] Serpulus Simamora, Pengantar ke dalam Pentateukh (STFT St. Yohanes Pematangsiantar ,2001) ,hlm 61.
[11] Anicetus Sinaga, Martutuaek sebagai Permandian Orang Batak…, hlm. 56.

[12] Sitor  Situmorang, Toba Na Sae…, hlm. 21.
[13] Kejadian 1: 1-2.
[14] Bdk.Though the initiative in creating the middleworld sometimes is not attributed to the High God but to Sideang Parujar, the ultimate creatorship and divine authority at the High God is never questioned. When Sideang Parujar descended to the infinite  sea in the first and third versions, and was being tossed by violent waves, she begged Mulajadi Na Bolon to send a handful earth to make her a dwelling place. The High God sent it to Sideang Parujar, ordering her to form the middleworld. When this first earth was destroyed by Naga Padoha, Sideang Parujar asked once again for earth from the High God in order to remake the middleworld.
Anicetus Sinaga, The Toba Batak High God (West Germany: St. Augustinian, 1981), hlm . 80.
[15] Kejadian 1: 3, 4, 5a.
[16] Sitor  Situmorang, Toba Na Sae…, hlm. 22.
[17] Kejadian 1: 11-12.
 [18] Kejadian1 : 20-22.
[19] Kejadian 1: 24.
               
[20] Bdk. Then there is the creation of middleworld (cosmogony). The High God with the help of Sideang Parujar called the middleworld into existence. The middleworld was founded after a victory against Naga Padoha, the primordial dragon and the king of the chaotic primordial sea.
Anicetus Sinaga, The Toba Batak High God…, hlm. 22.

Tidak ada komentar:

SEDEKAH MENURUT AGAMA ISLAM

1.PENGANTAR Sedekah merupakan ibadah sosial bagi umat Islam. Sedekah mempunyai kaitan yang erat dengan orang lain. Adapun alasan umat Isl...