BagianPertama
(Kis 17:22-25)
Paulus sangat terkesan dengan orang-orang Atena. Ia
berkata “Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat
beribadah kepada dewa-dewa” (Kis 17:22). Orang Atena dikatakanya sebagai orang
yang sangat religius karena mereka memiliki banyak kuil dan dewa-dewa.[1] Paulus terkesan melihat kota Atena dan kereligiusan
dari orang-orangnya.[2] Ketika Paulus berjalan-jalan di kota Atena, ia
melihat barang-barang pujaaan orang Atena dan menjumpai sebuah mesbah dengan
tulisan: “Kepada allah yang tidak dikenal (Unknown
God/ Agnostos Theos)”(Kis 17:23). Paulus dengan mudah mewartakan Allah
kepada orang-orang Atena karena mereka sudah mempunyai paham tentang Allah
sebelumnya. Allah orang Atena adalah dewa-dewi.Banyak penulis mengatakan bahwa
Paulus mengubah allah plural (allah orang Atena) menjadi Allah Singular.[3] Allah Singular inilah yang diwartakan oleh Paulus
kepada orang-orang Atena.
Dalam
ayat 24, Paulus mengajarkan mereka tentang Allah yang benar. Allah adalah pencipta alam semesta dan segala sesuatu
yang ada di dalamnya. Dia adalah Tuhan
langit dan bumi. Allah pencipta itu dinyatakan dalam Kitab Suci, khususnya
dalam kitab Kejadian. Allah bukanlah buatan tangan manusia.[4] Allah itu tidak kekurangan suatupun karena Dialah
yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang,
sebagaimana terungkap dalam Mazmur 50: 9-12, ( Tidak usah Aku mengambil lembu
dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu, sebab punyaKulah segala
binatang hutan dan beribu-ribu hewan di gunung. Aku kenal segala burung di
udara, dan apa yang bergerak di padang adalah dalam kuasaKu. Jika Aku lapar,
tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punyaKulah dunia dan segala isinya).
Bagian
Kedua (Kis 17: 26-28)
Dalam ayat 26, Paulus mencoba menjelaskan bahwa Allah pencipta
alam semesta itu juga menciptakan manusia. Manusia pertama yang diciptakan Allah
adalah Adam. Seluruh bumi menjadi didiami oleh manusia. Bumi yang telah
diciptakan oleh Tuhan diberikan kepada manusia sebagai tempat kediaman dan bumi
dipenuhi oleh semua bangsa. Menurut kitab Kejadian, bumi yang telah dibentuk
dan diciptakan itu menjadi tempat tinggal manusia karena untuk itulah bumi
diciptakan.
Dalam
ayat 27, Paulus menjelaskan keberadaaan manusia di hadapan Tuhan atau bagaiman
hubungan Allah dengan manusia. Tuhan
telah menciptakan semuanya untuk manusia sehingga manusia boleh mencari-Nya. Pencarian
Tuhan bersifat aksiomatis berdasarkan tradisi biblis.[5]Dalam
pencarian Allah, orang Atena mencoba menghadirkan kekuatan alam (teologi naturalis) melalui patung-patung
atau gambar-gambar yang bersifat material. Mereka memujanya di atas altar atau
di rumah atau dalam kuil. Betapa dekatnya Tuhan bagi mereka yang
sungguh-sungguh mencariNya. Tuhan tidak jauh dari setiap orang di antara kita.[6]
Dalam ayat
28 dijelaskan bahwa di dalam Allah itulah kita hidup, bergerak dan ada.Paulus
berusaha mendekati pikiran orang Atena. Orang Atena menjadi tertarik mendengarkan
pengajarannya, karena Paulus mengutip perkataan pujangga –pujangga mereka yaitu
Aratus (pujangga Stoa yang lahir tahun 310 sebelum masehi).[7] Dengan cara tersebut, Paulus menjadi lebih
gampang dalam menyampaikan ajarannya. Zeus yang dikatakan oleh Aratus disamakan
Paulus dengan Tuhan. Hal ini dilakukannya agar orang-orang Atena bisa menangkap
apa yang dia wartakan.
BagianKetiga
(Kis 17:29-32)
Dalam ayat 29, Paulus menegaskan bahwa kita berasal dari keturunan
Allah. Kita tidak boleh berpikir bahwa keadaan Ilahi sama seperti emas atau perak
atau batu ciptaan kesenian dan keahlian manusia. Tuhan bukanlah hasil fantasi manusia,
tetapi berdasarkan pengalaman dan ajaran doktrinal biblis, manusia bisa mengenal
Allah. Tuhan telah menciptakan manusia menurut rupaNya. Paulus menambahkan,
bahwa dalam Perjanjian Baru, manusia menjadi ciptaan yang baru, yaitu sebagai putera-Puteri
Allah dalam Kristus (Gal 3:26). Paulus mulai memperkenalkan Yesus.
Dalam
ayat 30, Paulus menekankan agar tidak melihat masa kebodohan dan ketidaktahuan.
Kebodohan dan ketidaktahuan yang dimaksud adalah ketika orang-orang Yahudi menolak
Yesus (Kis 3:17; 13:27). Peristiwa ini merupakan suatu kesalahan kosep mengenai
hal yang Ilahi dalam dunia Yahudi.[8]
Paulus mulai menjelaskan kesalahan manusia dalam mengerti konsep tentang Allah.
Dengan demikian, ia mulai menyerukan pertobatan. Istilah pertobatan dalam dunia
Yunani dikenal dalam dua kata yaitu metanoia
(perubahan dalam hati/ perubahan total) dan epistrophe (perubahan sikap hidup). Kata pertobatan yang digunakan Paulus
dalam kotbahnya adalah metanoia. Metanoia lebih menyentuh dan eksplisit sebagaimana
diserukan dalam Luk 24: 49.[9]
Dalam
ayat 3, Paulus kembali menegaskan bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu. Ia
telah menetapkan suatu hari pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia
oleh seorang yang telah ditentukanNya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang
suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati. Ide
tentang kebangkitan orang mati itu ditujukan kepada Yesus. Dengan pernyataan bahwa
Dia yang dibangkitkan itu akan menghakimi dunia, kotbah diakhiri.[10]
Ayat
32 merupakan reaksi orang Atena atas kotbah Paulus. Ketika mereka mendengar kebangkitan
orang mati, maka ada yang mengejek, dan yang lain berkata: “ Lain kali saja
kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu”. Setiap aksi akan menghasilkan
reaksi. Dalam dunia Yunani, ada dua aliran yang menolak adanya kekekalan jiwa. Aliran
ini adalah para kaum Stoa dan Epikuros. Kemungkinan besar, para pendengar Paulus berasal dari kedua aliran tersebut.
Maka, ketika Paulus berbicara tentang kebangkitan,
mereka langsung mengejek dan menolak.
Penutup dan
Kesimpulan
Aeropagus
merupakan sebuah bukit Mars yang disebut juga sebagai bukit pemujaan. Selain itu
Aeropagus juga menunjuk kepada wali-wali kota. Kemungkinan besar, Paulus tidak berkotbah
di atas Aeropagus, tetapi di depan oleh wali-wali kota dan orang banyak.
Tokoh atau pembicara utama dalam Kis 17: 22-31 adalah
Paulus, dan para pendengarnya adalah orang-orang Atena. Orang- orang Atena dikenal
sebagai orang yang berpendidikan dan mempunyai pemahaman filosofis tentang hal-hal
yang transenden. Paulus pertama-tama merasa sedih ( Kis 17: 16), tetapi kemudian
ia menyebut mereka begitu religius. Allah
yang tidak dikenal yang mereka puja disamakan Paulus dengan Allah yang hendak ia
wartakan. Allah yang diwartakan Paulus adalah Tuhan, Allah semesta alam yang
menciptakan langit dan segala isinya, yaitu Allah yang telah mewahyukan diri kepada
umatNya. Puncak dari pewahyuan itu ada dalam diri Yesus. Paulus sangat menekankan
bahwa, hanya di dalam Allahlah manusia hidup, bergerak dan ada (Kis 17: 28). Paulus
juga sangat menekankan pertobatan. Pertobatan harus diwartakan kepada seluruh dunia,
agar semua orang bertobat dan berbalik kepada Allah. Selain itu, Paulus juga mewartakan
Yesus sebagai hakim terakhir dan jalan satu-satunya menuju keselamatan. Yesus
yang telah bangkit dari mati itu merupakan suatu jaminan bahwa Ia akan membangkitkan
semua orang yang percaya kepadaNya. Dengan kebangkitan, pintu keselamatan menjadi
terbuka. Oleh karena itu keselamatan yang dari Tuhan itu harus disampaikan kepada
semua bangsa (Kis 28: 28; Luk 3: 6).
Kotbah
Paulus di Atena boleh dikatakan berhasil dan tidak berhasil. Keberhasilan
Paulus terletak pada usahanya untuk memperkenalkan Allah yang benar. Ia juga berhasil mengubah atau memperbaiki konsep dan pemahaman orang Atena
mengenai Allah. Ketidakberhasilan Paulus terletak pada saat ia mewartakan kebangkitan
orang mati. Orang Atena tidak mengakui adanya
ide kebangkitan dan kekekalan jiwa. Ide kebangkitan yang diwartakan oleh Paulus
berakhir dengan cemoohan dan ejekan (Kis 17: 32). (John D)
DaftarPustaka
Bruce, F. F. The
Books of The Acts: The New International Commentary on The New Testament.
Michigan: Grand Rapids, 1989.
Johnson, Luke Timothy. The Acts of The Apostles: Sacra Pagina Series Vol 5. Minnesota:
Collegeville, 1992.
[1] Ernst,
Haenchen, The acts of the Apostles (Philadelphia:
The Westminster Press, 1971), hlm. 520.
[2] He
starts by mentioning that what he has seen in their city has impressed him with
the Athenians extraordinary religiosity (an impression made on many other
people in antiquity, some of whom considered the Athenians to be most religious
of all human beings). This characterization of the Athenians by Paul was not
necessarily meant to be complimentary. (F. F Bruce, The Book of the Acts: The New International Commentary of the New
Testament (Michigan: Grand Rapids, 1989), hlm. 335.)
[3] Other
writers say that altars to “ unknown gods” were to be seen at Athens: Didymus
of Alexandria and Jerome probably had such statements in mind when they said
that Paul changed the plural ‘gods” into the Singular. (F. F. Bruce, The Book of the Acts: The New International
…, hlm. 335.)
[4] He then
begins to tell them about the true god. He it is created the universe and
everything in it. He is Lord of heaven and earth. Here is the God of biblical
revelation; no distinction is pressed between a supreme being and a deminige
who fassioned the material world. The God who is creator of all and universal
Lord is introduced in language strongly reminiscent of the Old Testament
Scriptures. Equally remiscent of those Scriptures is the language in which Paul
describes the true God as not inhabiting sanctuaries built by human hands. (F.
F Bruce, The Book of the Acts: The New
International …, hlm. 336.)
[5] God has
done all this for human precisely so that they might seek him. The idea of “seeking God”, is axiomatic for the biblical
tradition. Luke Timothy, Johnson, The
acts of the Apostles (Minnesota: Colleqeuille, 1992), hlm. 315.)
[6] Not far
from each one of us: if the construction of the previous clause emphasized more
possibility, this one expresses stronger confidence. Since God not only makes
thing, but sustains them in existence at every moment. God is always near to
every creature. (Luke Timothy, Johnson, The
acts …,hlm. 316.)
[7] Aratus
born 310 B. C, which opens with the words:
let us begins with Zeus. Never, o men, let us leave him unmentioned. All
the ways are full of Zeus, and all the market-places of human beings. The sea
are full of him. In every way we have an to do with Zeus, for we are truly his
offspring (F. F Bruce, The Book of the
Acts: The New International Commentary of…, hlm. 339.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar