Pengantar
Nubuat Kehancuran Yerusalem
Nubuat kehancuran Yerusalem dalam
Mika 3:9-12 ini ditujukan kepada para kepala kaum Yakub, para pemimpin kaum
Israel (ayat 9), yang mendirikan Sion dan Yerusalem (ayat 10), para imam dan
para nabi (ayat 11). Adapun alasan dari nubuat kehancuran ini adalah karena
pemimpin kaum Israel dan kepala kaum Yakub muak terhadap keadilan dan
membengkokkan segala yang lurus (ayat 9). Mereka mendirikan Sion dengan darah
dan Yerusalem dengan kelaliman (ayat 10). Para kepalanya memutuskan hukum
karena suap dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran serta para
nabinya menenung karena uang (ayat 11). Karena tindakan ketidakadilan di atas,
maka Mika menubuatkan bahwa Sion akan dibajak seperti ladang dan Yerusalem akan
menjadi timbunan puing dan gunung Bait Suci akan menjadi bukit yang berhutan.
Nubuat tentang kehancuran Yerusalem
ini disampaikan oleh Mika di kerajaan selatan. Pewartaan nabi Mika sezaman juga
dengan pewartaan nabi Yesaya. Pewartaan nabi Mika dan Yesaya di kerajaan
selatan sezaman juga dengan pewartaan nabi Amos dan Hosea di kerajaan utara.
Dalam hal konteks historis apa yang ditentang oleh Mika dan Yesaya di kerajaan
selatan berlaku juga dengan apa yang ditentang oleh nabi Amos dan Hosea di
kerajaan utara.
Dalam nubuatnya, nabi Mika menempatkan
Sion dan Yerusalem sebagai tujuan karena Sion adalah pusat religius dan
Yerusalem sebagai pusat pemerintahan. Yerusalem dan Sion berkaitan erat dengan
dinasti Daud (davidis). Aparat dan perangkat dinasti ini tidak sepadan dengan
Tuhan yang benar karena tidak menegakkan keadilan dan melakukan penindasan.
Dalam konteks Mika 3:9-12 aparat dan perangkat dinasti Daud yang dimaksud
adalah penatua kampung yang tidak becus. Mika mungkin juga seorang dari penatua
yang ditinggikan, bukan hanya di kampungnya di Moresyet tetapi juga di
Yerusalem (Mik 1:1). Ada 2 tuduhan yang dilontarkan oleh nabi Mika kepada para koleganya sebagai penatua yakni
merobek kulit dari tulang (Mika 3:2-3; bdk 1Raj
9:15-24; 12:6-16) dan rakus akan uang (membangun Sion dengan darah dan
Yerusalem dengan kelaliman. Merobek kulit binatang dari tulangnya berarti kerja
paksa atau penghisapan. Praktek kerja paksa
merupakan sesuatu yang dibenci di Yehuda (bdk. 1Raj 9:15-24; 12:6-16). Sebelum
nabi Mika mewarta raja Uzia juga membuat kerja paksa untuk memperkuat
pertahanan negeri (bdk. 2Taw 26: 1-15). Pada masa Mika sendiri Raja Hizkia
membuat proyek besar saluran air (Bdk. 2Raj 20:20; 2Taw 32:2-4, 30). Sementara
rakus akan uang atau korupsi jelas sekali dalam Mika 3:9-12.
Para pemimpin di Yerusalem merasa yakin bahwa
mereka akan selamat karena kota suci Yerusalem, Sion. Oleh karena itu, kritik
yang dilontarkan oleh nabi Mika bukan hanya sekedar mengkritik ketidakadilan
melainkan terhadap suatu teologi penindasan. Para pemimpin mereka terlalu
mengandalkan “dogma Sion” (bukankah Tuhan ada di tengah-tengah kita! Tidak akan
datang malapetaka menimpa kita!). Akan tetapi “dogma Sion” ini juga akan runtuh
apabila tidak dibarengi dengan tindakan atau perilaku moral yang benar.
Pemimpin yang seharusnya menjadi teladan, panutan dan pelindung bagi orang
kecil menjadi orang yang menentang keadilan dan membengkokkan segala yang
lurus. Yerusalem sebelumnya dilihat sebagai kota yang penuh keadilan, kebenaran
dan damai diubah menjadi kota yang penuh darah dan kelaliman. Kota yang penuh
darah bukan harus berarti dimengerti sebagai pembunuhan yang menumpahkan darah
melainkan akibat dari ketidakadilan, penipuan, sumpah palsu yang sering membawa
orang miskin dan orang kecil menuju penderitaan dan kematian. Dalam konteks ini
Tuhan berhadapan dengan bangsa Israel yang nazis, jahat, penuh kebohongan,
pencurian, penindasan, penipuan dan pembunuhan (bdk. Yes1:4, 21-23; 5:20 dan
30:12). Keadilan dan kebenaran etis menjadi hilang (Mika
3:11; bdk. Yes 5:23). Para imam dan para nabi yang seharusnya mencari dan
membawa damai bagi rakyat berubah menjadi imam dan nabi yang mengejar uang dan
bayaran. Tindakan yang mereka buat tidak menggambarkan suatu tindakan yang
mencintai Tuhan. Siapa yang tidak mencintai Tuhan pada akhirnya akan melahirkan
ketidakadilan sosial (bdk. Yer. 23:13-14; Yeh 16:47-52; Am 2:6-8; Hos 4:1-14
Mika 3: 9-11).
Karena
ketidakadilan sosial di atas, Yerusalem akan dibajak, diratakan, dihancurkan
dan dibumihanguskan. Yerusalem akan tinggal sebagai puing. Yerusalem dan Sion
sebagai kota suci, tempat Tuhan bertakhta dan tempat raja yang dipilih-Nya akan
hancur. Kota suci tersebut tidak dapat diandalkan tanpa perilaku yang benar.
Kehancuran Yerusalem memang tidak terjadi pada zaman Mika. Kehancuran tentang
Yerusalem terjadi pada tahun 587/6 SM. Kota Yerusalem dan Bait Allah
dihancurkan dan sisa-sisa penduduknya dibawa ke pembuangan. Dengan demikian
tamatlah riwayat kerajaan Yehuda (selatan) dan tamat jugalah riwayat Bait Allah
dari sejarah.
Penutup dan Kesimpulan
Nabi Mika dikenal sebagai nabi
keadilan di kerajaan selatan. Ia seorang penatua di kampungnya dan juga di
Yerusalem. Tugas seorang penatua adalah menjaga keadilan (bdk. Ul 19:12;
21:1-4, 6-20; Rut4:1-12; 1Sam 30:26; 1Raj 8:1; 2Raj 13:1; 2Taw 19:5-8). Oleh
karena itu, Mika sangat dihormati di kampungnya sebagai penasihat dan hakim.
Dalam konteks ini ia membela warga kampungnya yang diperlakukan secara tidak
adil oleh pemimpin-pemimpin Yerusalem sendiri. Selain itu, ia juga menubuatkan
kehancuran Yerusalem sebagai konsekuensi dari tindakan ketidakadilan yang
merejalela di Yerusalem. Nubuat itu terjadi sebagai hukuman dan peringatan akan
Yerusalem dari Tuhan pada tahun 587/6 SM. Tuhan menghukum Israel dan
menghancurkan Yerusalem tetapi tidak membinasakannya. Ia sayang kepada bangsa
pilihan-Nya dan Ia tetap menunggu perubahan dari umat yang dikasihi-Nya. Ia
memukul umat-Nya tetapi Ia tetap menyembuhkan juga.
Daftar Referensi
L. Mays, James. Micah : A Commentary. London: SCM Press
LTD, 1976.
R.
Hillers, Delbert. Micah: A Commentary of
The Prophet Micah. Philadelphia: Fortress Press, 1984.
Simamora,
S. Tano. Bibel: Warisan Iman, Sejarah dan
Budaya. Jakarta: Obor, 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar