Sabtu, 18 Juni 2016

Nubuat Kehancuran Yerusalem (Mika 3:9-12)

Pengantar
           
          Mika 3:9-12 merupakan bagian dari perikop 3:1-12. Perikop ini dibagi menjadi tiga bagian yakni, Mika 3:1-4, Mika 3:5-8 dan Mika 3:9-12. Pembagian perikop ini didasarkan pada pembagian yang telah dibuat oleh James L. Mays dan Delbert R. Hillers. Dalam paper ini penulis hanya membahas bagian ketiga yakni Mika 3:9-12 (nubuat tentang kehancuran Yerusalem).

Nubuat Kehancuran Yerusalem
            Nubuat kehancuran Yerusalem dalam Mika 3:9-12 ini ditujukan kepada para kepala kaum Yakub, para pemimpin kaum Israel (ayat 9), yang mendirikan Sion dan Yerusalem (ayat 10), para imam dan para nabi (ayat 11). Adapun alasan dari nubuat kehancuran ini adalah karena pemimpin kaum Israel dan kepala kaum Yakub muak terhadap keadilan dan membengkokkan segala yang lurus (ayat 9). Mereka mendirikan Sion dengan darah dan Yerusalem dengan kelaliman (ayat 10). Para kepalanya memutuskan hukum karena suap dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran serta para nabinya menenung karena uang (ayat 11). Karena tindakan ketidakadilan di atas, maka Mika menubuatkan bahwa Sion akan dibajak seperti ladang dan Yerusalem akan menjadi timbunan puing dan gunung Bait Suci akan menjadi bukit yang berhutan.
            Nubuat tentang kehancuran Yerusalem ini disampaikan oleh Mika di kerajaan selatan. Pewartaan nabi Mika sezaman juga dengan pewartaan nabi Yesaya. Pewartaan nabi Mika dan Yesaya di kerajaan selatan sezaman juga dengan pewartaan nabi Amos dan Hosea di kerajaan utara. Dalam hal konteks historis apa yang ditentang oleh Mika dan Yesaya di kerajaan selatan berlaku juga dengan apa yang ditentang oleh nabi Amos dan Hosea di kerajaan utara.
            Dalam nubuatnya, nabi Mika menempatkan Sion dan Yerusalem sebagai tujuan karena Sion adalah pusat religius dan Yerusalem sebagai pusat pemerintahan. Yerusalem dan Sion berkaitan erat dengan dinasti Daud (davidis). Aparat dan perangkat dinasti ini tidak sepadan dengan Tuhan yang benar karena tidak menegakkan keadilan dan melakukan penindasan. Dalam konteks Mika 3:9-12 aparat dan perangkat dinasti Daud yang dimaksud adalah penatua kampung yang tidak becus. Mika mungkin juga seorang dari penatua yang ditinggikan, bukan hanya di kampungnya di Moresyet tetapi juga di Yerusalem (Mik 1:1). Ada 2 tuduhan yang dilontarkan oleh nabi Mika kepada para koleganya sebagai penatua yakni merobek kulit dari tulang (Mika 3:2-3; bdk 1Raj 9:15-24; 12:6-16) dan rakus akan uang (membangun Sion dengan darah dan Yerusalem dengan kelaliman. Merobek kulit binatang dari tulangnya berarti kerja paksa atau penghisapan. Praktek kerja paksa merupakan sesuatu yang dibenci di Yehuda (bdk. 1Raj 9:15-24; 12:6-16). Sebelum nabi Mika mewarta raja Uzia juga membuat kerja paksa untuk memperkuat pertahanan negeri (bdk. 2Taw 26: 1-15). Pada masa Mika sendiri Raja Hizkia membuat proyek besar saluran air (Bdk. 2Raj 20:20; 2Taw 32:2-4, 30). Sementara rakus akan uang atau korupsi jelas sekali dalam Mika 3:9-12.
 Para pemimpin di Yerusalem merasa yakin bahwa mereka akan selamat karena kota suci Yerusalem, Sion. Oleh karena itu, kritik yang dilontarkan oleh nabi Mika bukan hanya sekedar mengkritik ketidakadilan melainkan terhadap suatu teologi penindasan. Para pemimpin mereka terlalu mengandalkan “dogma Sion” (bukankah Tuhan ada di tengah-tengah kita! Tidak akan datang malapetaka menimpa kita!). Akan tetapi “dogma Sion” ini juga akan runtuh apabila tidak dibarengi dengan tindakan atau perilaku moral yang benar. Pemimpin yang seharusnya menjadi teladan, panutan dan pelindung bagi orang kecil menjadi orang yang menentang keadilan dan membengkokkan segala yang lurus. Yerusalem sebelumnya dilihat sebagai kota yang penuh keadilan, kebenaran dan damai diubah menjadi kota yang penuh darah dan kelaliman. Kota yang penuh darah bukan harus berarti dimengerti sebagai pembunuhan yang menumpahkan darah melainkan akibat dari ketidakadilan, penipuan, sumpah palsu yang sering membawa orang miskin dan orang kecil menuju penderitaan dan kematian. Dalam konteks ini Tuhan berhadapan dengan bangsa Israel yang nazis, jahat, penuh kebohongan, pencurian, penindasan, penipuan dan pembunuhan (bdk. Yes1:4, 21-23; 5:20 dan 30:12). Keadilan dan kebenaran etis menjadi hilang (Mika 3:11; bdk. Yes 5:23). Para imam dan para nabi yang seharusnya mencari dan membawa damai bagi rakyat berubah menjadi imam dan nabi yang mengejar uang dan bayaran. Tindakan yang mereka buat tidak menggambarkan suatu tindakan yang mencintai Tuhan. Siapa yang tidak mencintai Tuhan pada akhirnya akan melahirkan ketidakadilan sosial (bdk. Yer. 23:13-14; Yeh 16:47-52; Am 2:6-8; Hos 4:1-14 Mika 3: 9-11).
Karena ketidakadilan sosial di atas, Yerusalem akan dibajak, diratakan, dihancurkan dan dibumihanguskan. Yerusalem akan tinggal sebagai puing. Yerusalem dan Sion sebagai kota suci, tempat Tuhan bertakhta dan tempat raja yang dipilih-Nya akan hancur. Kota suci tersebut tidak dapat diandalkan tanpa perilaku yang benar. Kehancuran Yerusalem memang tidak terjadi pada zaman Mika. Kehancuran tentang Yerusalem terjadi pada tahun 587/6 SM. Kota Yerusalem dan Bait Allah dihancurkan dan sisa-sisa penduduknya dibawa ke pembuangan. Dengan demikian tamatlah riwayat kerajaan Yehuda (selatan) dan tamat jugalah riwayat Bait Allah dari sejarah.

Penutup dan Kesimpulan
            Nabi Mika dikenal sebagai nabi keadilan di kerajaan selatan. Ia seorang penatua di kampungnya dan juga di Yerusalem. Tugas seorang penatua adalah menjaga keadilan (bdk. Ul 19:12; 21:1-4, 6-20; Rut4:1-12; 1Sam 30:26; 1Raj 8:1; 2Raj 13:1; 2Taw 19:5-8). Oleh karena itu, Mika sangat dihormati di kampungnya sebagai penasihat dan hakim. Dalam konteks ini ia membela warga kampungnya yang diperlakukan secara tidak adil oleh pemimpin-pemimpin Yerusalem sendiri. Selain itu, ia juga menubuatkan kehancuran Yerusalem sebagai konsekuensi dari tindakan ketidakadilan yang merejalela di Yerusalem. Nubuat itu terjadi sebagai hukuman dan peringatan akan Yerusalem dari Tuhan pada tahun 587/6 SM. Tuhan menghukum Israel dan menghancurkan Yerusalem tetapi tidak membinasakannya. Ia sayang kepada bangsa pilihan-Nya dan Ia tetap menunggu perubahan dari umat yang dikasihi-Nya. Ia memukul umat-Nya tetapi Ia tetap menyembuhkan juga.

Daftar Referensi
L. Mays, James. Micah : A Commentary. London: SCM Press LTD, 1976.
R. Hillers, Delbert. Micah: A Commentary of The Prophet Micah. Philadelphia: Fortress Press, 1984.

Simamora, S. Tano. Bibel: Warisan Iman, Sejarah dan Budaya. Jakarta: Obor, 2013.

Tidak ada komentar:

SEDEKAH MENURUT AGAMA ISLAM

1.PENGANTAR Sedekah merupakan ibadah sosial bagi umat Islam. Sedekah mempunyai kaitan yang erat dengan orang lain. Adapun alasan umat Isl...