Gereja adalah misteri dan sakramen. Kata
misteri dan sakramen kalau ditinjau dari sudut pandang teologis memuat arti
yang sama. Kedua kata ini mengungkapkan suatu rahasia. Kedua kata ini dipakai
untuk menunjukkan rencana Allah yang menyelamatkan manusia. Selain itu, kata
misteri dan sakramen juga dipergunakan untuk
mengacu kepada upacara liturgi yang mengungkapkan dan menghadirkan karya
Allah yang menyelamatkan. Dalam perkembangan teologi selanjutnya kata misteri
dan sakramen dipakai untuk menunjukkan karya Allah yang mewahyukan diri dalam
bentuk manusiawi, tetapi terdapat perbedaan tekanan antara keduanya. Kata misteri
mau menekankan segi tersembunyi, ilahi dan tak tampak sedangkan kata sakramen
mau menonjolkan segi pengungkapan, insan dan tampak.
Selain
kedua hal di atas, Gereja juga disebut sebagai umat Allah. Gereja disebut
sebagai umat Allah mau menunjukkan dimensi historis maupun dimensi sosial yang
ada pada Gereja sebagai misteri keselamatan. Hal ini nyata terungkap dalam
Kitab Suci dan juga pada zaman Israel, serta pada zaman Gereja perdana. Banyak
pendapat dan para ahli berbicara mengenai Gereja dan ada empat hal yang menonjol
menjadi sifat Gereja: Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik. Gereja itu kudus
karena berkat Roh Kudus yang menjiwainya. Gereja bersatu dengan Tuhan,
satu-satunya yang dari diri-Nya sendiri kudus. Gereja itu disebut katolik
karena menyeluruh dan tersebar di seluruh dunia sehingga mencakup semua. Gereja
itu satu karena Roh Kudus juga mempersatukan para anggota jemaat satu sama
lain, dan juga dengan kepala jemaat yang kelihatan yakni uskup; lagi pula
mempersatukan uskup satu sama lain maupun dengan pusatnya di Roma. Gereja itu
apostolik karena warganya dikatakan anggota umat Allah jika bersatu dengan
pusat-pusat Gereja yang mengakui diri takhta para rasul.
Karya
keselamatan Allah bagi umat manusia dan Gereja direncanakan dan dilaksanakan
dalam Kristus sehingga misteri Allah adalah Kristus. Dengan mencurahkan Roh
Kudus atas orang yang percaya kepada-Nya, Kristus menganugerahkan hidup ilahi
kepada mereka berupa ajakan yang memberi kuasa (Yoh 1:12) untuk tetap tinggal
dalam kasih Allah. Persekutuan orang-orang yang bersatu dengan Kristus yakni
Gereja, itu pun misteri yang besar. Kesatuan kaum beriman dengan Kristus itulah
adalah kesatuan dengan Kristus Imam, Raja dan Nabi sehingga Gereja sendiri pun
berpartisipasi dalam trifungsi Kristus. Akhirnya kesatuan itu pulalah yang
menjadikan Gereja itu persekutuan orang-orang kudus.
Gereja
sebagai tubuh dan Kristus sebagai kepala hadir dalam ruang dan waktu sebagai
realitas ilahi-insani yang dipimpin oleh hirarki yang berdasar pada hidup Yesus
sebagaimana yang telah diteruskan oleh para rasul. Sejak semula pimpinan Gereja
bersifat kolegial (collegium). Para
anggota dewan tidak semua menjalankan tugas yang sama. Ciri khas tugas hirarkis
tak perlu kentara dalam setiap anggota hirarki. Tugas hirarkis diberikan
berdasarkan susunan fungsional hirarkis sendiri yang terdiri atas dua golongan
pokok yakni para uskup dengan paus sebagai kepala dan para pembantu para uskup
yang dibedakan lagi antara imam dan diakon. Inti hirarki adalah dewan para
uskup yang merupakan subyek kuasa tertinggi dan penuh atas seluruh Gereja.
Sebagai pimpinan Gereja dewan para uskup sekarang menggantikan dewan para rasul
yang diketuai oleh paus sebagai pengganti Petrus. Adapun dewan atau badan para
uskup hanyalah berwibawa bila bersatu dengan imam agung di Roma, pengganti
Petrus, sebagai kepalanya, dan selama kekuasaan primatnya terhadap semua, baik
para gembala maupun kaum beriman tetap berlaku seutuhnya. Sebab imam agung di
Roma berdasarkan tugasnya, yakni sebagai wakil Kristus dan gembala Gereja
semesta, mempunyai kuasa penuh, tertinggi dan universal terhadap Gereja dan
kuasa itu selalu dapat dijalankannya dengan bebas. Sementara badan para uskup,
yang menggantikan dewan para rasul dalam tugas mengajar dan bimbingan pastoral,
bahkan yang melestarikan badan para rasul, bersama dengan imam agung di Roma
selaku kepalanya, dan tidak pernah tanpa kepala itu, merupakan subyek kuasa
tertinggi dan penuh juga terhadap Gereja tetapi kuasa itu hanyalah dapat
dijalankan dengan persetujuan imam agung di Roma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar