Saudara-saudari terkasih, dalam bacaan hari
ini kita akan mendengar kisah pembangkitan orang mati. Adalah menarik
memperhatikan bacaan hari ini. Bacaan I mengisahkan bagaimana nabi Elia
membangkitkan anak seorang janda dari Sarfat dekat Sidon (1Raj 17:20-24). Kisah
ini mempunyai kemiripan dengan kisah nabi Elisa yang menghidupkan kembali anak
seorang perempuan di kota Sunem yang terletak di bagian selatan Galilea (2Raj
4:8-37). Bacaan II mengisahkan bagaimana Paulus bangkit dari penganiaya menjadi
pewarta iman akan Yesus Kristus. Sementara Injil menceritakan bagaimana Yesus
membangkitkan anak seorang janda di kota Nain.
Saudara-saudari terkasih, ketiga bacaan di
atas berkisah tentang kebangkitan. Dua kisah mengenai kebangkitan fisik (bacaan
I dan Injil) dan satu lagi berbicara mengenai kebangkitan rohani (bacaan II).
Mukzijat pembangkitan dari orang mati dalam bacaan I dan Injil kedengarannya
sama tetapi kalau kita lihat secara seksama khususnya dari tokoh pembuat
mukzijat nampak perbedaan. Tokoh dalam bacaan I adalah nabi Elia. Ia
membangkitkan anak laki-laki dari seorang janda yang terbaring dalam sebuah
ruangan dan tidak sedang dibawa dalam kubur. Elia sendirian di ruangan itu,
lalu ia berdoa kepada Allah kemudian membaringkan badannya tiga kali di atas
tubuh anak yang mati itu. Anak itu hidup kembali. Tokoh dalam Injil adalah
Yesus. Motivasi Yesus dalam membangkitkan anak janda di Nain ini bukan karena
iman si janda sebagaimana kisah pembangkitan hamba dari seorang perwira Romawi
melainkan karena belas kasih. Yesus menaruh belas kasihan kepada si janda yang
tidak mempunyai apa-apa lagi dalam hidupnya. Yesus mendekati usungan dari anak
yang meninggal itu dan menyentuhnya. Dalam arti tertentu Yesus sudah melanggar
peraturan dan adat Yahudi (bdk. Bil 19:11,16). Hal ini dilakukan-Nya karena
rasa belas kasihan sebab Dia adalah Tuhan atas peraturan-peraturan. Penyelamatan
Yesus terbuka bagi semua orang karena rasa belas kasihan-Nya. Kemudian Yesus
memerintahkan anak itu untuk bangkit: “Hai, anak muda, Aku berkata kepadamu,
bangkitlah! Kemudian anak itu bangun dan duduk serta mulai berkata-kata untuk
menunjukkan kepada orang bahwa ia benar-benar hidup. Yesus membangkitkan dengan
sabda-Nya, Ia tidak berdoa dan memohon kepada Tuhan sebagaimana dilakukan oleh
nabi Elia. Hal ini mau menunjukkan bahwa Yesus jauh lebih berkuasa dari nabi
Elia. Bacaan II mengisahkan Paulus yang bangkit dari seorang penganiaya jemaat
Kristen menjadi pewarta Yesus. Dalam hal ini Paulus mengalami kebangkitan
rohani, bangkit dari yang jahat kepada hidup yang lebih baik. Kisah
pembangkitan ini membawa sukacita, damai bagi mereka yang mengalaminya.
Saudara-saudari terkasih, ketiga bacaan di
atas mau menunjukkan kuasa Allah yang
menyelamatkan. Allah menyelamatkan melalui nabi Elia. Allah menyelamatkan
melalui Yesus. Allah menyelamatkan umat-Nya melalui pewartaan rasul-Nya Paulus.
Kita juga dipanggil oleh Allah untuk menyelamatkan sesama manusia melalui
perkataan dan tindakan. Kita juga dipanggil untuk membangkitan orang secara
fisik (bukan harus membangkitakn orang mati tetapi membantu orang yang
kesusahan dari segi materi, memberi makan orang lapar, memberi tumpangan kepada
gelandangan dan lain-lain) dan rohani (membangkitkan pengharapan orang yang
putus asa, menghibur orang yang berada dalam kesedihan, mengunjungi orang sakit
dan lain-lain). Semoga kita menjadi alat Tuhan dalam menyelamtakan umat-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar