Saudara-saudari
terkasih, Yesus dalam karya pelayanan-Nya kerap disuguhi pertanyaan oleh para
murid, orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat, orang banyak dan bahkan orang yang
tidak dikenal atau orang yang tidak disebutkan namanya. Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan kepada Yesus kerap juga tidak dijawab-Nya secara langsung. Yesus
sering menampilkan perumpamaan-perumpamaan, metafora bahkan mengajukan
pertanyaan balasan. Dalam bacaan Injil hari ini, seseorang yang tidak disebut
namanya bertanya kepada Yesus, “Tuhan, sedikit sajakah orang yang
diselamatkan?” Yesus tidak menjawab secara langsung, tetapi menampilkan empat
metafora: “pintu yang sesak” (ay. 24), “pintu yang ditutup” (ay. 25-27) , “perjamuan
Kerajaan Allah” (ay. 28-29) dan “yang terakhir menjadi yang terdahulu” (ay.
30).
Saudara-saudari terkasih, untuk dapat memperoleh
keselamatan atau hidup kekal seseorang harus berjuang melalui “pintu yang sesak”.
Kiasan “pintu yang sesak” menggambarkan jalan masuk yang tidak gampang dilalui
tetapi sulit, butuh perjuangan dan pengorbanan. Keselamatan atau hidup kekal
akan diperoleh oleh seseorang kalau dia mempunyai daya juang dan mau berkorban.
Inilah jalan yang ditawarkan oleh Yesus. Selain berjuang, seseorang juga sangat
membutuhkan rahmat Allah, sebab keselamatan tidak hanya diperoleh dari
perjuangan pribadi tetapi juga rahmat dan belas kasih Allah sendiri. Kiasan “pintu
yang ditutup” menggambarkan peran Allah dalam menentukan siapa yang akan
diselamatkan atau dimasukkan ke dalam kehidupan kekal. Banyak orang berjuang
masuk melalui pintu yang sempit, tetapi mereka tidak akan dapat, sebab Allah
sendiri yang membukakan dan menutup pintu Kerajaan Allah. Ia akan membukakan
pintu bagi orang yang berkenan kepada-Nya dan menutup pintu bagi mereka yang
melakukan kejahatan. Barang siapa yang mengenal dan melaksanakan perintah Allah
akan memperoleh keselamatan, tetapi barang siapa yang hanya mengenal dan
mendengarkan perintah Allah tetapi tidak melakukannya akan dicampakkan ke dalam
nereka.
Suasana Kerajaan Allah dilukiskan dengan “perjamuan
kerajaan”. Di sana orang-orang yang telah diizinkan masuk akan bersuka cita. Sementar
suasana neraka dilukiskan dengan ratapan dan kertak gigi. Di sana, orang-orang
yang tidak dizinkan masuk ke dalam Kerajaan Surga menerima hukuman kekal.
Ratapan melukiskan kesedihan dan kertak gigi menggambarkan kemarahan dan
kebencian. Dalam perjamuan surgawi, setiap orang akan duduk dan makan bersama.
Mereka yang duduk dan makan bersama berasal dari seluruh dunia. Hal ini juga
sudah dinubuatkan oleh Yesaya dalam bacaan pertama (Yes 66:19-21). Sifat
universalitas perjamuan surgawi dilukiskan oleh mereka yang datang dari empat
penjuru bumi (Timur, Barat, Utara dan Selatan). Perjamuan surgawi terbuka bagi
setiap orang bukan hanya kepada orang Yahudi dan orang yang menganggap diri
paling suci, unggul, utama dari orang-orang lain, melainkan juga bagi orang
yang dianggap hina, dinomor duakan dan najis. Barang siapa meninggikan dan
menyombongkan diri akan direndahkan, tetapi siapa yang merendahkan diri akan
ditinggikan. Itulah yang dimaksud dengan “yang terakhir menjadii yang
terdahulu”.
Saudara-saudari terkasih, pertanyaan, “Tuhan, sedikit
sajakah orang diselamatkan?” dapat kita ganti dengan pertanyaan, “Tuhan,
ikutkah saya diselamatkan?” Keselamatan kekal adalah urusan personal bukan
komunal, tidak tergantung kepada orang tua, keluarga, suku atau budaya tertentu
bahkan agama tertentu. Supaya saya selamat, saya harus berjuang, bekerja keras,
berkorban bahkan sampai terluka dan menderita. Allah akan memperingatkan,
menghajar dan menguji orang yang dikasihi-Nya dan menyesah orang yang
diakui-Nya sebagai anak (Ibr 12:6). Ujian, peringatan atau penderitaan pada
waktu diberikan akan mendatangkan dukacita, tetapi kemudian ia akan
menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih
olehnya (Ibr 12:11). Oleh karena itu, saya harus kuat dan gigih supaya tidak putus
asa dan jatuh (bdk. Ibr 12:12-13). Selain berjuang, saya juga harus menyadari
diri sebagai makhluk yang lemah di hadapan Tuhan, yang senantiasa membutuhkan
rahmat dan belas kasih. Usaha manusia saja pasti tidak cukup, sebab keselamatan
itu tergantung pada rahmat dan belas kasih Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar