Saudara-saudari
terkasih, siapakah Yesus?
Dalam Injil
Lukas, orang banyak kerap mempertanyakan identitas Yesus misalnya, orang Farisi
mempertanyakan identitas Yesus ketika Dia mengampuni seorang perempuan berdosa
(Luk 7:49). Para murid mempertanyakan identitas Yesus ketika Dia meredakan
angin topan dan menenangkan amukan ombak di danau (Luk 8:25). Yohanes pembaptis
juga mengutus dua muridnya untuk mempertanyakan identitas Yesus apakah Dia yang
dinanti-nantikan oleh orang banyak (Luk 7:18-23). Herodes juga bertanya tentang
identitas Yesus ketika ia mendengar ada seorang yang begitu berpengaruh di
wilayahnya (Luk 9:7-). Dan Yesus sendiri juga bertanya kepada murid-murid-Nya
tentang identitas diri-Nya menurut anggapan orang dan menurut mereka sendiri
(Luk 9:18-20). Dari pertanyaan-pertanyaan di atas ada banyak jawaban mengenai
identitas yang dikenakan kepada Yesus. Ada yang mengatakan bahwa Yesus adalah
Yohanes Pembaptis yang bangkit. Ada pula yang mengira bahwa Yesus adalah nabi
Elia dan ada pula yang menganggap diri-Nya sebagai nabi yang lain. Ketika Yesus
menanyakan siapa diri-Nya kepada murid-murid-Nya Petrus tampil sebagai juru
bicara dan mengakui bahwa Yesus adalah Mesias dari Allah. Dengan jawaban ini,
Petrus menolak pemahaman dan pengakuan bahwa Yesus hanyalah seorang nabi meski
dianggap sebagai nabi yang paling besar di antara para nabi. Sebaliknya Petrus
percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan oleh Allah dalam Perjanjian
Lama.
Mesias yang dari Allah itu
dihubungkan dengan Anak Manusia yang harus banyak menanggung pnderitaan dan
ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahlii Taurat, lalu dibunuh dan
dibangkitkan pada hari ketiga. Dan inilah yang dinubuatkan dalam bacaan I
sebagaimana dilukiskan dalam kitab Zakharia. Kematian Yesus membawa pembasuhan
dosa dan menjadikan kita anak-anak Allah. Dengan demikian tidak ada lagi
pembedaan di antara kita sebagaimana dikatakan oleh rasul Paulus dalam suratnya
kepada jemaat di Galatia yang kita dengar dalam bacaan II. Kalau kita sudah
menjadi satu dengan Kristus kita dituntut supaya menyangkal diri, memikul salib
dan mengikutinya. Menyangkal diri berarti melupakan kepentingan diri sendiri,
tidak mau mengikuti keinginan sendiri dan tidak boleh menjadikan diri sendiri
sebagai pusat hidup. Siapa pun yang ingin menjadi murid Yesus harus rela
melepaskan kepentingannya sendiri, gengsinya dan jaminan hidup lainnya. Memikul
salib setiap hari dapat diartikan bahwa setiap orang yang mau menjadi pengikut
Yesus harus rela mengalami penderitaan bahkan sampai mati karena menyerahkan
diri sepenuhnya kepada kehendak Yesus. Kata setiap hari mengisyaratkan bahwa
penyerahan diri kepada kehendak Yesus harus diperbaharui setiap hari, bukan
hanya dalam situasi tertentu saja.
Mengikuti Yesus berarti kita berjalan di belakang Yesus untuk melihat
apa yang dibuat, mendengar pengajaran-Nya, memahami pemikiran dan
keprihatinan-Nya serta meniru tindakan-Nya tanpa malu, sebab kepada kita telah
dijanjikan hidup yang kekal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar