PENGANTAR
Pada abad ke-18 dimulailah suatu jaman baru,
yang telah berakar pada Renaissance yang mewujudkan rasionalisme dan empirisme.
Abad ke-18 disebut juga sebagai abad pencerahan. Rousseau merupakan seorang
tokoh yang memainkan peranan penting dalam pemikiran filsafat pada abad itu. Ia
menentang pencerahan yang menyebarluaskan kesenian dan ilmu pengetahuan tanpa
adanya penilaian yang baik. Dia
lebih menekankan perasaan dan subyektifitas daripada akal. Akan tetapi didalam
menghambakan diri kepada perasaan itu akalnya yang tajam dipergunakan. Rousseau
menunjuk pada nilai batin dan perasaan serta meninggikan arti kepribadian atau
kodrat manusia. Dalam keadaan asali, manusia itu adalah baik, namun kultur dan
ilmu pengetahuan telah membusukkan keadaan asalinya. Rousseau menganggap
keadaan asali itu sebagai firdaus. Ia menentang kemewahan serta kompleksitas
yang terdapat dalam masyarakat dan menekankan bahwa kebahagiaan manusia akan
diperoleh dengan kembali kepada keadaan asali yang bersahaja itu.
Pokok-pokok
pikiran Rousseau yang terkenal adalah pendidikan, kebudayaan, kontrak sosial,
agama dan romantisme. Semua ajarannya ini menekankan satu hal yakni, kembali
kepada keadaan asali (back to nature).
RIWAYAT HIDUP[1]
Jean Jacques
Rousseau lahir di Geneva
(Jenewa), Swiss tahun 1712 dalam keluarga Perancis Protestan. Ayahnya seorang
tukang arloji. Ibunya meninggal dunia sewaktu ia baru lahir. Sewaktu kecil dia
seorang Kalvinis. Dia berkenalan dengan seorang tokoh yang sangat mempengaruhi
hidupnya yaitu Baronne de Warens yang membuatnya bertobat menjadi Katolik. Dikemudian
hari ia berbalik lagi menjadi Kalvinis, sampai akhirnya membuat agamanya
sendiri, yakni sebuah campuran deisme dan romantisme yang disebutnya “agama
sipil”. Filsuf ini juga berkelana kemana-mana mulai dari kehidupanya di Turin sebagai
katolik saleh, lalu ke Paris dan ke Venesia sebagai sekretaris duta besar
Perancis. Di Jenewa ia kembali menjadi Kalvinis dan ia berencana melarikan diri
ke Berlin dan London karena karya-karyanya yang membuat dia dicurigai
dimana-mana. Rousseau mempunyai watak yang tidak stabil, gampang menangis dan
mudah curiga. Kisah cinta Rousseau juga unik. Dia bercinta dengan banyak
perempuan, antara lain dengan Madame de Warens, seorang yang lebih tua daripada
dirinya dan melahirkan anak-anak dari Therese Le Vasseur, seorang perempuan
yang tidak begitu cantik dan kurang cerdas. Anak-anaknya dimasukkan semua ke
panti asuhan. Rousseau mengunjungi Inggris bersama David Hume, tahun 1766.
Tahun-tahun terakhir hidupnya, ia tinggal di Ermenonville (Swis) sampai kematianya
tahun 1778.
POKOK-POKOK PIKIRANYA
1.
KEBUDAYAAN
Pada kodratnya manusia itu adalah baik. Kejahatan
manusia disebabkan oleh kebudayaan yang terbentuk dalam masyarakat karena
dengan kebudayaan manusia membebaskan
diri dari keadaan alamiah yang membahagiakan. Rousseau menentang perang antar
sesama karena perang adalah bukan bawaan alam tetapi lahir dari kebersamaan
dalam masyarakat. Dalam diri manusia ada dua kekuatan yang saling mempengaruhi
yaitu kekuatan rohani dan badani.
Rousseau mengatakan bahwa hidup bersama dalam
masyarakat sangat perlu sebab manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan
dari orang lain (no man is island). Rousseau
hanya menginginkan agar manusia sedapat
mungkin memelihara hal-hal alamiah. Sebab jikalau tidak demikian, perang dan
berbagai kejahatan lainya akan timbul. Disamping itu penetapan hak milik
pribadi dalam masyarakat akan menghilangkan keadaan asali dan sekaligus
menimbulkan ketidaksamaan sosial.[2]
Hal ini sangat memungkinkan adanya persaingan dan perselisihan yang tidak sehat
yang pada akhirnya melahirkan perang.
2.
AGAMA
Agama bagi Rousseau adalah urusan setiap pribadi dengan tuhannya
masing-masing sesuai dengan apa yang diyakini. Rousseau berbeda dengan para
tokoh rasionalisme yang lebih menekankan rasio. Ia mempunyai rasa hormat
terhadap misteri dan hati nurani. Ada
ungkapan Rousseau tentang hati nurani yang dibicarakanya dengan penuh hormat.
Hati nurani, hati nurani, Insting Allah, suara abadi surgawi, pemandu
terpercaya bagi makhluk yang kurang pengetahuanya serta terbatas, tetapi
berakal serta bebas. Engkaulah hakim yang tidak biasa sesat dalam menilai
segala sesuatu, baik yang buruk maupun yang baik, yang menyamakan manusia
dengan Allah yang secitra dengan-Nya. Engkaulah yang menghasilkan keunggulan
kodratnya dan kesusilaan perbuatanya. Selain itu Rousseau juga tidak percaya
bahwa adanya kebakaan jiwa, namun ia tidak mengerti bagaiman hal itu bisa
terjadi. Ia tidak dapat membayangkan bahwa jiwa akan mati.[3]
Menurut Rousseau dalam beragama yang dibutuhkan adalah kitab alam dan bukan
kitab-kitab yang berisi tentang wahyu, sebab wahyu tidak dapat dikenal secara
umum. Dari kitab itulah manusia dapat belajar tentang adanya Allah, mencintai
dan mengasihi Dia serta karya-karya-Nya. Selain itu manusia juga harus
melakukan yang baik sebagai suatu kewajiban di dunia ini demi menyenangkan
hati-Nya. Dalam hidupnya Rousseau tidak pernah tanpa agama. Ia menjelaskan
agama dengan caranya sendiri. Ia tidak suka mengucapkan doanya dalam ruangan
tertutup tetapi lebih senang sembahyang di alam yang penuh pesona.[4]
Menurut dia, pembinaan agama dapat diberikan kepada anak-anak yang berusia
diatas delapan tahun. Pembinaan agama mempunyai metodenya sendiri dan bukan dengan cara
menghapal.
3. PENDIDIKAN
Sistem pendidikan yang otoritatif, disiplin
ketat, mekanis dan menuntut kepatuhan luar biasa dari siswa tidak disetujui
olah Rousseau.[5] Dalam pendidikan tidak ada
terdapat istilah penguasa yang memberi perintah dan yang harus dihormati.
Pendidikan merupakan hal mendasar dalam membentuk kepribadian manusia.
Pendidikan harus membebaskan anak-anak dari pengaruh kebudayaan. Pendidikan harus
memberi kesempatan bagi anak untuk mengembangkan segala kebaikan yang ada pada
dirinya. Tugas para pendidik sebenarnya adalah meninggalkan kebiasaan yang
telah berlaku sebelumnya yakni dengan otoritatif dan disiplin yang sangat
ketat. Seorang pendidik harus memegang prinsip bahwa segala sesuatu yang
merupakan kecondongan kodrati, itulah yang paling benar. Pendidik tidak boleh
bertolak pada dirinya sendiri, namun sebaliknya bertolak dari kodrat si anak
atau anak didik. Seorang pendidik hendaknya memberi kebebasan kepada si anak
agar biasa mandiri dan tidak perlu berbuat banyak. Pendidik hanya bertindak
sebagai pengamat dan sekaligus pengoreksi atas diri si anak. Cara terbaik untuk
mencapai kemajuan si anak adalah membiasakan dia untuk menghendaki
segala-galanya menjadi miliknya.[6] Anak didik harus dibiarkan
untuk bersenang-senang dan tidak bisa diganggu dengan ajaran moral, karena
mereka belum siap untuk itu. Anak harus dipersiapkan secara benar untuk siap
menghadapi masa yang akan datang, sebab pada dirinya ada gudang potensi yang
harus dikembangkan. Selanjutnya tugas pendidik adalah mengarahkan si anak agar
dapat mengenali potensinya dan dapat menggunakanya secara efektif. Oleh karena
itu, pribadi si anak harus dibentuk melalui sensasi dan perasaan dan bukan
melalui kata-kata dan abstraksi.[7] Naluri-naluri alamiah dan rasa
cinta yang ada pada diri si anak harus dikembangkan dan tidak boleh dibendung
agar si anak benar-benar berkembang dan mengenali potensi yang ada pada diri
mereka.
4. SOSIAL
Ajaran Rousseau tentang kontrak sosial adalah
mengharapkan suatu susunan yang bebas, bahagia dan manusiawi dan berdasar pada asas-asas kodrati manusia bukan dengan rasio
melainkan dengan kehendak dan perasaan. Dengan ini Rousseau bertujuan agar
manusia menjadi tuan atas dirinya sendiri, bebas seperti keadaan asali. Kembali
kepada keadaan asali sangat ditekankanya agar masyarakat atau manusia tetap
berada dalam keadaan asali itu sendiri. Kebaikan-kebaikan yang sudah ada dalam
keadaan alamiah harus dipelihara agar persekutuan, kebebasan dan kesamaan yang
dinikmati orang pada jaman alamiah tetap terjaga. Pada keadaan alamiah orang
tidak terikat pada sesamanya ataupun kepada barang tertentu.[8]
Dengan adanya suatu persekutuan , maka terbentuklah
suatu negara. Dalam negara kehendak personal harus tunduk kepada kehendak umum
atau dengan kata lain, kewajiban harus didahulukan baru dituntut hak pribadi.
Undang-undang harus ditentukan dan disahkan oleh masyarakat. Selain
undang-undang, pendapat atau kehendak umum adalah suatu cara terbaik dalam
menentukan suatu keputusan sebab tidak diragukan lagi kebenaranya. Dengan
demikian negara yang didirikan itu dapat mempertahankan kebebasan bersama. Rousseau
adalah seorang pendukung kedaulatan rakyat dan sistem demokrasi.[9]
Sebab dengan demokrasi semua warga negara ambil bagian dan keputusan bersama
adalah kesimpulan umum yang tidak bisa lagi diganggu gugat.
5.
ROMANTISME
Rousseau dikenal sebagai
seorang Bapak romantisme. Romantisme merupakan suatu tantangan baru bagi
rasionalisme. Romantisme lebih menonjolkan perasaan,sentimen, nafsu,
kesederhanaan, kemurnian ,alam dan suara hati. Dalam ajaranya Rousseau hanya
bertitik tolak pada suatu pandangan dasar, yaitu bahwa alam murni itu baik dan
indah, sehingga segala sesuatu yang dekat dengan alam murni, baik dan indah
adanya.[10]
Aliran ini merupakan suatu pukulan besar bagi para filsuf yang menekankan rasio.
Bukunya Du Contract Social
menggambarkan semangat kembali ke alam pedesaaan yang asri, dengan meninggalkan
perkotaan, perdagangan, industri, uang dan kemewahan.
REFLEKSI
KRITIS ATAS AJARAN J. J. ROUSSEAU
Rousseau merupakan filsuf yang sangat terkenal di Perancis. Semboyanya back to nature membawa suatu terobosan baru tentang pokok-pokok yang
dibicarakan para filsuf termasuk mengenai budaya, manusia, kontrak sosial,
negara dan lain-lain. Pokok pikiran Rousseau ada yang diterima menjadi suatu
tatanan baru dan ada juga yang menimbulkan reaksi para filsuf yang lain.
Kontrak sosial sangat dibutuhkan dalam pendirian negara. Ia menghendaki
bentuk negara, dimana kekuasaanya ada ditangan rakyat atau demokrasi mutlak.
Hal ini bertentangan dengan John Locke yang membagi kekuasaan negara kedalam
tiga bentuk (trias politika). Menurut Rousseau badan legislatif (The Legislator) sama sekali tidak
memiliki kekuasaan memerintah orang. Kekuasaan legislatif harus ada ditangan
rakyat dan kekuasaan eksekutif dan federatif harus berdasar pada kemauan
bersama. Rousseau juga tidak membenarkan adanya persekutuan termasuk partai
yang menurutnya hanya berakhir pada penyelewengan. Selain itu, ia juga
mengusulkan agar negara jangan terlalu besar atau terlalu kecil, cukup sebesar
polis seperti pada jaman Yunani kuno. Pendapat ini juga bertentangan dengan
John Locke yang membutuhkan negara sebagai badan pengawas, karena negara yang
dibayangkanya luas dan besar. Menurut Rousseau, negara yang demikian akan
mempengaruhi terwujudnya pemerintahan yang diktator dan totaliter.
Keadaan asali akan membuat manusia hidup damai. Segala sesuatu merupakan
milik bersama dan tidak ada yang berniat untuk mencari suatu kekuasaan. Hal ini
sangat bertentangan dengan Hobbes yang mengatakan bahwa setiap manusia memiliki
keinginan yang sangat untuk memiliki kekuasaan demi kekuasaan, dan keinginanya
hanya akan diberhentikan oleh ajal. Jika setiap anggota masyarakat mempunyai
prisip demikian, maka cenderung akan timbul perang, perselisihan dan kekerasan,
sebab masing-masing akan mempertahankan kekuasaanya. Rousseau tidak setuju dalam
hal demikian. Perang dan perselisihan tidak akan terjadi jika segala sesuatu
dikehendaki bersama dan bukan tergantung pada pribadi tertentu.
Pemikiranya tentang negara sangat aneh. Ia menolak protestan dalam
negaranya, karena protestan mementingkan isolasi diri dan berpotensi memecah
belah negara. Hal ini akan menimbulkan pertentangan dalam negaranya, sebab pada
jamanya protestan sedang berkembang. Dalam bidang pendidikan, pendapatnya menduduki
tempat penting karena ia melontarkan sebuah kritik bukan atas dogmatisme
religius dan metafisika tadisional, melainkan atas apa yang diyakini sebagai
kemajuan pada saat itu.
PENUTUP
Kodrat manusia menurut Rousseau pada dasarnya adalah baik. Ia mengatakan
bahwa segalanya adalah baik ketika keluar dari tangan Sang Pencipta dan
segalanya menjadi buruk ketika sampai ditangan manusia. Dalam hal ini, ia
mengkritik institusi-institusi kultural yang cenderung membusukkan kodrat
manusia. Dengan mengikuti gagasan-gagasan Rousseau, kita menemukan sebuah gerak
balik dari pencerahan. Dalam hal ini pemikiran Rousseau memiliki kedudukan yang
penting dalam sejarah filsafat modern sejak kemajuan ilmiah terjadi di Barat.
Demikianlah Rousseau melontarkan pemikiran-pemikiranya atas kemajuan yang
terjadi pada saat itu.
DAFTAR PUSTAKA
Edwards, Paul (ed.).. The Encyclopedia of Philosophy, vol. 7 dan 8. USA: Macmilan Inc,
1967
Hamersma, Harry. Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern. Jakarta: PT. Gramedia, 1983
Hardiman, F. Budi. Filsafat
Moderen dari Machiavelli Sampai Nietzsche: Suatu Pengantar dengan Teks dan
Gambar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004
Hadiwijono, Harun. Sari
Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius, 1980
Hartoko, Dick. Manusia dan Seni, Yogyakarta:
Kanisius, 1984
Weij, P. A. van der. Filsuf-Filsuf Besar tentang
Manusia. Yogyakarta: Kanisius, 2000
[1] Harry
Hamersma, Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern ( Jakarta: PT.
Gramedia, 1983), hlm. 23-24.
[2] F. Budi Hardiman, Filsafat Modern dari Machielli sampai
Nietzsche: Suatu Pengantar dengan Teks dan Gambar (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2004), hlm. 116-117.
[3] P. A. Van der Weij, Filsuf-Filsuf Besar tentang Manusia (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm.85-86.
[5] F. Budi Hardiman, Filsafat Modern dari Machielli….hlm120.
[7] Paul Edwards (ed), The Encyclopedia of Philosophy, vol 7 dan 8 (USA:
Macmilan Inc, 1967), hlm 221.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar