1.
Pengantar
Kristen
identik dengan kasih. Kekristenan bukanlah hanya masalah pengetahuan.
Kekristenan menuntut suatu hidup yang sesuai dengan Allah yang adalah kasih.
Kasih itu diwujudkan Allah dalam sejarah keselamatan manusia dan berpuncak
dalam diri Yesus. Yesus adalah penyataan kasih Allah. Perintah Allah untuk
saling mengasihi dalam Perjanjian Lama diulangi dan dibaharui oleh Yesus dalam
Perjanjian Baru. Perintah inilah yang ddituliskan oleh pengarang surat surat
pertama Yohanes untuk meneguhkan
kehidupan beriman orang-orang kristen.
2.
Struktur
Surat 1 Yohanes dan Skema 1 Yoh 2:3-11
Secara
umum surat 1 Yohanes dibagi ke dalam lima bagian besar. Oleh karena itu
struktur surat 1 Yohanes dapat dilukiskan sebagai berikut:[1]
I. Prolog
(1:1-4)
II. Berjalan
dalam Terang (1:5-2:29). Bagian kedua ini dibagi menjadi dua bagian besar
yakni:
A. Dua
Jalan Eksortasi (1:5-2:17)
-
Allah adalah Terang
(1:5)
-
Bebas dari Dosa
(1:6-2:2)
-
Menuruti Perintah
(2:3-11)
-
Dialamatkan kepada Tiga
Kelompok (2:12-14)
-
Menolak Dunia (2:15-17)
B. Menolak
Anti Kristus (2:18-29)
-
Perpecahan Sebagai
Suatu Tanda Pada Saat Terakhir (2:18-19)
-
Pengurapan bagi Mereka
yang Memelihara Iman yang Benar (2:20-25)
-
Pengurapan bagi
Guru-guru Komunitas (2:26-27)
-
Kepercayaan pada Saat
Penghakiman (2:28-29)
III.
Cinta adalah Suatu
Tanda Anak-anak Allah (3:1-24). Bagian ketiga ini dibagi menjadi tiga bagian
besar yakni:
A. Bapa
Menjadikan Kita Anak-anak-Nya (3:1-10)
-
Kita sekarang adalah
Anak-anak Allah (3:1-3)
-
Mereka yang Dilahirkan
dari Allah Tidak melakukan Dosa (3:4-10)
B. Orang
Kristen Harus Mencintai Satu Sama lain (3:11-18)
-
Kain: Kebencian
Merupakan Kematian (3:111-15)
-
Kematian Kristus: Model
dari Cinta (3:16-18)
C. Kepercayaan
Kita Dihadapan Allah (3:19-24)
-
Tuhan Lebih Besar dari
pada Hati Kita (3:19-22)
-
Tuhan Berdiam dalam
Mereka yang Menuruti Perintah-Nya (3:23-24).
IV.
Perintah untuk
Mencintai dan Beriman (4:1-5:12). Bagian ke empat ini dibagi menjadi tiga
bagian besar yakni:
A. Menolak
Anti Kristus (4:1-6)
-
Mereka Tidak Mengakui
Yesus (4:1-3)
-
Mereka Tidak
Mengalahkan Dunia (4:4-6)
B. Tuhan
adalah Cinta (4:7-21)
-
Kristus adalah
Perwujudan Cinta Allah kepada Kita (4:7-12)
-
Kita Mengenal Cinta
Tuhan melalui Roh Kudus (4:13-16a)
-
Kepercayaan Kita:
Berdiam dalam Cinta Tuhan (4:16b-21)
C. Percaya
dalam Putera (5:1-12)
-
Iman Mengalahkan Dunia
(5:1-5)
-
Kesaksian: Putera
berasal dari air dan Darah (5:6-12)
V.
Epilog. Bagian kelima ini
dibagi ke dalam tiga bagian:
A. Kepercayaan
dalam Doa (5:14-17)
B. Tiga
Ungkapan kepercayaan (5:18-20)
C. Peliharalah
Dirimu dari Berhala (5:21)
Dari
struktur di atas dapat kita lihat bahwa 1 Yoh 2:3-11 berada dalam bagian kedua
yakni berjalan dalam terang (1:5-2:29). Bagian kedua ini dibagi lagi menjadi
dua bagian yakni 1:5-2:17 dan 2:18-19. Oleh karena itu 1 Yoh 2:3-11 terdapat
dalam 1 Yoh:5-2:17. Untuk dapat mengetahui dengan baik apa yang dimuat dalam 1
Yoh 2:3-11, penulis membagi skema perikop ini berdasarkan pembagian yang dibuat
oleh Rudolf Schnackenburg. Oleh karena itu skema dari 1 Yoh 2:3-11 adalah
sebagai berikut:[2]
-
Pengetahuan atau
pengenalah akan Tuhan meharuskan kita untuk memelihara perintah-perintah-Nya
dan berrjalan seturut teladan Yesus (1 Yoh 2:3-6).
-
Perintah Tua dan Baru (
1 Yoh 2:7-8).
-
Hanya orang yang
menuruti perintah yang saling mencintai, mempunyai jaminan dalam terang dan
bersekutu dengan Allah (1 Yoh 2:9-11).
3.
Ulasan
Eksegese atas 1 Yoh 2:3-11
3.1.
Pengetahuan
atau pengenalah akan Tuhan meharuskan kita untuk memelihara
perintah-perintah-Nya dan berrjalan seturut teladan Yesus (1 Yoh 2:3-6).
Dan
inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti
perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak
menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada
kebenaran. Tetapi barangssiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh
sudah sempurna kasih Allah: dengan inilah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam
Dia. Barangsiapa mengatakan bahwa ia ada di dalam dia, ia wajib hidup sama
seperti Kristus telah hidup.
Mengenal
Allah bukanlah pertama-tama dimaksudkan secara intelektual melainkan secara
aktual. Tanda seseorang mengenal Allah adalah ia melakukan atau menuruti
perintah-perintah Allah. Perintah allah yang dimaksud di sini disimpulkan dalam
perintah kasih. Barangsiapa mengenal Allah berarti melakukan tindakan kasih.
Mengenal Allah berarti mengenal kasih dan mengenal kebenaran. Barangsiapa
mengenal kebenaran hidup di dalam kebenaran (2 Yoh 1:3), kebenaran ada di dalam
mereka (1 Yoh 1:8), mereka melakukan apa yang benar (1 Yoh 1:6; Yoh 3:21).
Kriteria seseorang dikatakan mengenal Allah dan hidup dalam kebenaran adalah
melakukan tindakan yang benar.[3]
Barangsiapa
berkata: Aku mengenal Dia tetapi ia tidak mengikuti perintah-Nya ia adalah
seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Mengenal allah bukanlah
suatu pengetahuan teoritis dan spekulatif melainkan suatu relasi dengan Allah.
Seseorang yang mengenal Aallah akan menggantungkan diri kepada Allah dan
berjalan menurut rencana-Nya. Itulah sebabnya mengapa dikatakan bahwa seseorang
yang tidak menggantungkan diri dan keberadaannya kepada Allah adalah seorang
pendusta. Pendusta yang dimaksud bukan
hanya mau menunjukkan seseorang yang mengatakan sesuatu yang tidak benar
tetapi lebih menunjukkan bahwa pendusta itu sendiri tidak ada atau tidak
berarti apa-apa seejak kebenaran menjadi suatu kenyataan.[4]
Barangsiapa
tidak menuruti perintah Allah addalah seorang pembohong tetapi barangsiapa
menuruti perintah-Nya di dalamnya sudah sempurna kasih Allah dan dengan itulah
kita ketahhui bahwa kita ada di dalam Dia. Kasih sempurna yang dimaksud adalah
kasih ilahi (agape ilahi) misalnya, menuruti perkataan Tuhan, perintah-perintah
Tuhan. Meelaksanakan kasih ilahi merupakan suatu kriteria bukan hanya untuk
mengenal Allah tetapi juga untuk beradda dalam Allah.[5]
Barangsiapa mengatakan bahwa ia ada di dalam Allah, ia wajib hidup sama seperti
Kristus telah hidup. Ia ada di dalam Dia bisa juga diartikan bahwa ia hidup di
dalam Allah atau allah hidup di dalam dia. Allah adalah kasih dan kasih Allah
itu nyata dalam diri Yesus. Barangsiapa berada dalam kasih berarti ia juga
berada dalam kristus dan hidup seperti Kristus sebagai model dari kasih Allah.[6]
3.2.
Perintah
Tua dan Baru (1 Yoh 2:7-8)
Saudara-saudara
yang kekasih bukan perintah baru yang kutuliskan kepada kamu, melainkan
perintah lama yang ada padamu dari mulanya. Perintah lama itu adalah firman
yang kamu dengar. Namun perintah baru juga yang kutuliskan kepadamu telah
ternyata benar di dalam Dia dan di dalam kamu: sebab kegelapan telah lenyap dan
terang yang benar telah bercahaya.
Ayat
7-8 ini dimuali dengan sapaan saudara-saudara yang kekasih. Hal ini lazim dalam
penulisan surat. Dalam ayat ini sepertinya ada ditemukan dua perintah yakni,
perintah lama dan perintah baru. Perintah itu dikatakan lama karena orang-orang
kristen sejak permulaan sudah mendengar perintah kasih, sementara perintah itu
dikatakan baru karena Yesus telah memberikan kepada kita suatu kebaruan dan
teladan-Nya sendiri, yang membarui dalam diri kita. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa perintah lama dan perintah baru isisnya adalah sama. Namjun
perintah lama didengarkan dalam bentuk sabda dan perkataan sementara perintah
baru nyata dalam bentuk pribadi yakni Yesus sendiri. Dialah yang menghalau
kegelapan saat ini dan pada saat yang akan datang. Dia adalah terang yang benar
dan yang bercahaya. Iktulah sebabnya ia dikatakan benar dan baru.[7]
3.3.
Hanya
orang yang menuruti perintah Allahlah yang saling mengasihi, mempunyai jaminan
dalam terang dan bersekutu dengan Allah (1 Yoh 2:9-11)
Barangsiapa
berkata bahwa ia ada ddi dalam terang, tetapi ia membanci saudaranya, ia berada
di dalam kegelapan sampai sekrang. Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap
berada ddi dalam terang dan di dalam dia tidak ada penyesatan. Tetapi
barangsiapa membenci saudaranya ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam
kegelapan. Ia tidak tahu kemana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan
matanya.
Dalam
ayat 9-11 terdapat dua kekuatan yang tarik-menarik yakni terang dan kegelapan.
Membenci dan mengasihi sudara-saudarra menjadi suatu persyaratan apak seseorang
itu hidup dalam terang atau hidup dalam kegelapan. Barangsiapa hidup dalam
terang harus mengasihi saudara-saudaranya. Barangsiapa hidup dalam kegelapan
pasti membenci saudara-saudaranya. Barangsiapa berkata bahwa ia ada di dalam
terang, tetapi ia membanci saudaranya, ia berada dalam kegelapan (9). Ayat 9
ini diulangi dan ditekankan lagi dalam ayat 11. Selain itu ayat 9 ini merupakan
suatu pengulangan dari ayat 4. Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia
tidak menuruti perintah-Nya ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak
ada kebenaran. Barangsiapa yang hidup di dalam terang pasti mengenal Allah dan
menuruti perintah-perintah-Nya dan Allah hidup di dalam dia sebagai kebenaran.
Barangsiapa hidup di dalam kegelapan tidak akan mengenal Allah. Ia tidak akan
menuruti perintah-perintah Allah bahkan akan membenci saudaranya, sebab kebenaran
dan terang tidak ada di dalam dia. Kegelapan telah menguasainya dan ia tidak
tahu kemana ia akan pergi karena kegelapan itu telah membutakan matanya, ia
tidak mampu lagi melihat terang.[8]
4.
Poin
Teologis dari 1 Yoh 2:3-11
4.1.
Allah
adalah kasih
Sudah
sejak dari awal sejarah keselamatan manusia, Allah memerpekenalkan diri sebagai
kasih. Kasih Allah dinyatakan dalam perbuatan-perbuatan-Nya yang menyelamatkan
dan membebaskan umat-Nya. Sudah sejak semula juga umat Israel diminta untuk
mengasihi Tuhan dan juga sesama manusia. Semua perintah dan peraturan-peraturan
Tuhan berpuncak pada perintah kasih sebab Dia sendiri adalah kasih. Barangsiapa
mengenal Allah pasti akan mengenal kasih dan menghidupi kasih. Barangsiapa
menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sempurna kasih Allah; dan
dengan itulah kita ketahui bahwa kita ada di dalam Dia sama seperti Anak-Nya
yang ada bersama-sama dengan Dia (Yoh 1:2). Allah tidak pernah berhenti
mengasihi manusia. Sebagai penyataan kasih Allah yang paling tinggi ia
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal yakni Yesus sendiri sehingga setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh
3:16). Perintah kasih yang dari semula ada dalam bentuk sabda sekarang nyta
dalam diri Yesus yang menjelma menjadi manusia. Oleh karena itu, barangsiapa
mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah
hidup (1 Yoh 2:6). Perintah untuk saling mengasihi mendapat tekanan dalam surat
1 Yohanes ini. Hal ini terungkap dalam suratnya kepada jemaat orang kristen
supaya mereka tetap saling mengasihi sebagai saudara sebagaimana yang telah
mereka dengar dalam perintah lamadan yang telah dibaharui oleh Yesus dalam
perintah baru. Barangsiapa megasihi Allah yang adalah kasih ia akan menuruti
perintah-perintah-Nya dan hidup dalam kebenaran. Barangsiapa tinggal dalam
Allah, Allah juga tinggal dan diam di dalam dia.[9]
4.2.
Allah
adalah Terang
Terang
dan gelap adalah dua kekutan yang selalu dipertentangkan dan ssaling
tarik-menarik. Terang diidentikkan dengan kasih sementara gelap dengan
kebencian. Barangsiapa hidup di dalam terang di dalam dia tidak ada penyesatan
tetapi barangsiapa hidup dalam kegelapan ia tidak tahu kemana ia pergi, karena
kegelapan itu telah membutakan matanya (1 Yoh 2:9-11). Orang yang hidup di
dalam terang pasti akan mengasihi saudara-saudaranya sementara orang yang hidup
di dalam kegelapan membenci saudara-saudaranya. Terang identik dengan Allah dan
terang itu adalah Yesus sendiri. Oleh karena itu, setiap orang kristen harus
berjalan menurut terang itu sendiri dan menelaan Yesus Sang Terang Sejati (1
Yoh 2:6).
5.
Penutup
Kasih
tidak bisa lepas dari hidup seorang kristen. Pengetahuan tidak boleh
mengalahkan kasih. Kasih adalah ciri orang kristen dana bukan pengetahuan.
Barangsiapa mengasihi berarti dia mengenal Allah dan Allah diam dalam dia.
Kasih yang dimiliki oleh seorang kristen haruslah seperti kasih Yesus sebagai
perwujudan kasih Allah kepada manusia. Selain itu, orang kristen juga
diharapkan mampu menjadi terang yang menghalau kegelapan bagi sesama sehingga
setiap orang mampu berjalan dan mengikuti Yesus sang Terang Sejati. Dengan
demikian orang kristen sudah memenuhi panggilan hidup mereka sebagai orang
kristen.
Daftar
Pustaka
Bultmann, Rudolf. The Johannine Epistles: A Commentary on The Johannine Epistles. Philadelphia:
Fortress Press, 1973.
E.
Brown, Raymond. The New Jerome Biblical
Commentary. Great Britain: Bath Press, 1989.
Schnackenburg, Rudolf. The Johannine Epistles: A Commentary. New
York: Cross Road, 1992.
Strecker, Georg. The Johannine Letters: A Commentary on 1,2,and 3 John. Minneapolis:
Fortrees Press, 1996.
[1] Raymond E. Brown, The New Jerome Biblical Commentary (Great
Britain: Bath Press, 1989), hlm. 988-989.
[2] Rudolf Schnackenburg, The Johannine Epistles: A Commentary (New
York: Cross Road, 1992), hlm. 89-107.
[3] Georg Strecker, The Johannine Letters: A Commentary on
1,2,and 3 John (Minneapolis: Fortrees Press, 1996), hlm. 40.
[4] Rudolf Bultmann, The Johannine Epistles: A Commentary on The
Johannine Epistles Philadelphia: Fortress Press, 1973), hlm. 25.
[5] Georg Strecker, The Johannine Letters... , hlm. 42.
[6] Rudolf Bultmann, The Johannine Epistles... , hlm. 26.
[8] Georg Strecker, The Johannine Letters... , hlm. 48.
[9] Rudolf Bultmann, The Johannine Epistles... , hlm. 26.