Kamis, 20 Oktober 2016

AMOS DIUSIR (AM 7:10-17) Suatu Analisis Naratif



1.    Pengantar

Kitab Suci merupakan sebuah buku berisi sabda Allah yang ditulis dalam bahasa manusia. Dalam membaca Kitab Suci kita perlu memperhatikan gaya bahasa atau jenis sastra yang digunakan lalu menyelidiki apa yang disampaikan oleh para penulis dan apa yang disampaikan Allah melalui mereka. Banyak metode dan pendekatan yang ditawarkan oleh para ahli Kitab Suci dalam menggali isi Kitab Suci misalnya: pendekatan literer (literature approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan teologis (teological approach), seni bercerita (narrative art/criticism) dan lain sebagainya. Di bawah ini penulis mencoba menguraikan Amos 7:10-17 dengan memakai seni atau analisis naratif. Agar dapat memahami cerita dengan baik, kita harus memahami unsur-unsur dari sebuah cerita Kitab Suci.
1.      Desain Literer/Struktur
Ada beberapa komposisi yang terdapat dalam narasi Amos 7:10-17. Komposisi ini didasarkan pada pendapat David Bauer yang telah menyimpulkan 15 kategori hubungan komposisi yang terdapat dalam narasi Alkitab.[1]

1.1. Kausal dan Substansiasi
Kausal adalah pergerakan dari sebab kepada akibat sedangkan substansiasi adalah kebalikannya.  Kausal dalam Amos 7:10-17 dapat ditemukan dalam ayat 10 dan 11, “Amazia mengatakan bahwa Amos melakukan persepakatan untuk membunuh raja Yerobeam dan Israel pasti pergi dari tanahnya sendiri sebagai orang buangan”. Akibatnya Amos diusir oleh Amazia dan ia dilarang bernubuat di Betel[2] (12-13). Sementara substansiasi ditemukan dalam ayat 16 dan 17. Kedua ayat ini merupakan akibat yang akan diterima oleh Amazia dan juga bangsa Israel karena Amazia menghambat Amos untuk berbicara kepada orang Israel (keturunan Isak).
1.2. Repetisi (Pengulangan)
Repetisi adalah pengulangan suatu istilah, frase atau ide yang sama. Repetisi dipakai dalam narasi Alkitab untuk menekankan suatu konsep tertentu. Dalam Amos 7:10-17, repetisi ditemukan dalam ayat 11 dan 17 yakni nubuat pembuangan: “Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan”. Ini merupakan konsekuensi dari kedegilan hati Israel yang melakukan ketidakadilan baik secara sosial dan religius.[3]
1.3. Interogasi
Interogasi adalah pemakaian bentuk tanya jawab atas masalah-solusi. Dalam Amos 7:10-17 terdapat 2 interogasi yang terjadi antara Amazia dan Amos (12-17).
Amazia: Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda, carilah makananmu dan bernubuatlah di sana, tetapi jangan lagi bernubuat di Betel, sebab inilah tempat kudus raja, inilah Bait Suci kerajaan.
Amos : Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan. Tetapi Tuhan mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan Tuhan berfirman kepadaku: “pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel.
Amazia: Janganlah bernubuat menentang Israel dan janganlah ucapkan perkataan menentang keturunan Isak.
Amos : Isterimu akan bersundal di kota dan anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan tewas oleh pedang, tanahmu akan dibagi-bagikan dengan memakai tali pengukur, engkau sendiri akan mati di tanah yang najis dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan.
1.4. Klimaks
Klimaks adalah pergerakan dari argumentasi seperti anak tangga, dari hal sederhana ke arah hal pokok. Klimaks dalam Amos 7:10-17 dapat digambarkan sebagai berikut:


 







                                                                                                                                                            
Ket: Amazia menyuruh seseorang (tokoh anonim) untuk menyampaikan pesan kepada raja Yerobeam bahwa Amos akan melawan keluarga Yerobeam. Amazia belum mendapat balasan pesan dari raja, namun ia langsung mengusir Amos. Kemudian Amos membela diri atas pengusiran Amazia dan ia menubuatkan kehancuran Amazia dan juga pembuangan bangsa Israel.
1.5. Perbandingan
Perbandingan adalah penjajaran ide yang senada. Ide utama yang mau disampaikan dalam Amos 7:10-17 adalah nubuat kehancuran dan pembuangan bangsa Israel (ayat 11 dan 17). Ide yang sama juga dapat ditemukan dalam Amos 2:5 (Aku akan melepas api ke Yehuda, sehingga puri Yerusalem dimakan habis), Amos 2:13 (sesungguhnya Aku akan mengguncangkan tempat kamu berpijak seperti goncangan kereta yang sarat dengan berkas gandum), Amos 3:11, 14; 4:2-3, 7-11; 5: 2-3, 16-17; 6: 7-8, 14; 8:9-14; 9: 1-6, 9-10.
2.      Latar

2.1.Latar Geografis atau Ruang
Dalam narasi Amos 7:10-17 tidak ada dikatakan secara eksplisit latar geografis. Akan tetapi secara implisit dapat kita tebak bahwa kisah ini terjadi di Kerajaan Utara.
2.2. Latar Waktu
Kisah ini terjadi ketika raja Yerobeam II berkuasa di Kerjaan Utara.[4] Amos berteriak keras dengan tajam untuk mengkritik ketidakadilan yang merajalela dalam Kerajaan Utara. Kisah ini (pengusiran Amos) ditempatkan di antara penglihatan-penglihatan Amos yakni setelah penglihatan ketiga.
2.3. Latar Sosio-Kultus
Kisah ini terjadi ketika ketidakadilan merajalela di Kerajaan Utara. Ketidakadilan ini, baik secara sosial dan religius disebabkan oleh kaum elit Israel baik karena otoritas maupun karena kekayaan. Otoritas dan kekayaan membuat mereka tamak dan lupa akan nilai-nilai luhur yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Kaum elit bangsa Israel menjadi kaya raya. Mereka menjadikan orang miskin dan kecil menjadi taruhan dan obyek penindasan.[5]

3.      Tokoh-Penokohan

3.1. Tokoh
1.      Amos
Tokoh utama (protagonist) dalam narasi Amos 7:10-17 adalah Amos. Ia dilukiskan sebagai nabi untuk mengkritik dan mengingatkan ketidakadilan yang terjadi di Kerajaan Utara. Namun dalam narasi ini, Amos tidak mengakui diri sebagai nabi melainkan sebagai peternak domba dari Tekoa dan pemungut buah ara hutan. Akan tetapi Allah mengambil dia dari penggiring kambing domba menjadi penyambung suara Tuhan (14-15). 
2.      Amazia
Amazia dilukiskan sebagai tokoh pengganggu atau oposisi. Ia adalah pemimpin yang bertanggung jawab di Betel yakni Bait Suci Negara yang telah diresmikan oleh raja Yerobeam I (1Raj 12:26-30). Dalam narasi ini dilukiskan bahwa Amazia mencoba mengadukan Amos kepada pemerintah, yakni raja Yerobeam II. Akan tetapi, Amazia tidak menunggu tindakan raja terhadap Amos, ia langsung mengambil inisiatif untuk mengusir Amos.[6]

3.2.Penokohan

3.2.1. Pendekatan Psikologis
1.      Amos
Amos dilukiskan sebagai pribadi yang ditolak. Ia tidak diakui sebagai nabi. Walaupun demikian ia tetap menyuarakan suara Tuhan melalui nubuat-nubuat dan penglihatan-penglihatan.
2.      Amazia
Amazia dilukiskan sebagai seorang imam yang berkuasa di Betel. Ia mengusir Amos demi alasan politis (1Raj 12:27). Pada wktu itu pemerintah membangun kerja sama dengan pemimpin agama. Amazia takut kalau ia tidak dipercayai oleh pemerintah karena kehadiran Amos. Oleh karena itu, ia membuat tuduhan-tuduhan yang tidak benar supaya ia dapat mengusir Amos.[7]
3.2.2.   Pendekatan Aktansial (Actantial Approach)[8]
Pendekatan aktansial ini dipinjam dari pendekatan untuk memahami Injil Yohanes. Pendekatan ini bisa juga diterapkan kepada narasi Amos 7:10-17. Pada umumnya pendekatan ini mengklasifikasikan tokoh ke dalam 6 fungsi:
1.      Pengutus (sender)     : Allah
2.      Penerima (receiver)  : Amos
3.      Obyek (object)          : Bangsa Israel
4.      Subyek (subject)       : Amos
5.      Penolong (helper)     : Allah
6.      Musuh (opponenet)   : Amazia

4.      Plot
Plot (alur cerita) merupakan interaksi antara tokoh, peristiwa dan latar. Ciri utama suatu plot adalah unsur-unsur urutan (order), kausalitas, kesatuan dan daya afektif suatu narasi. Plot beroperasi pada 2 level yakni keseluruhan isi kitab dan unit narasi. Plot dipergunakan oleh pengarang untuk membawa pembaca pada efek yang diinginkan. Efek dari Amos, khususnya Amos 7;10-17 adalah mengkritik ketidakadilan yang terjadi di Kerajaan utara. Untuk mempermudah pembaca dalam memahami narasi Amos 7;10-17, penulis mencoba membaginya ke dalam 2 episode:
4.1. Episode I: Tuduhan Amazia (10-11)
Dalam episode I ini, Amazia menyuruh seseorang untuk menghadap raja Yerobeam dengan pesan: “Amos telah mengadakan persepakatan melawan tuanku di tengah-tengah kaum Israel, negeri ini tidak dapat lagi menahan perkataannya. Sebab beginilah dikatakan Amos: Yerobeam akan mati terbunuh oleh pedang dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan”. Tindakan Amazia kepada Amos bernada politis bukan religius karena menyangkut keamanan dan ketertiban. Bukti dari tuduhan Amazia terhadap Amos dilanjutkan dalam ayat 11. Akan tetapi, tuduhan Amazia ini tidak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Amos sebelumnya (Amos 7:9). Amos tidak mengatakan secara personal tetapi lebih kepada komunal yakni keluarga Yerobeam bukan Yerobeam. Dalam hal ini tuduhan yang dibuat oleh Amazia tidak akurat.[9]
4.2. Episode II: Percakapan Amazia dengan Amos
Dalam episode II ini, Amazia langsung mengusir Amos tanpa menunggu keputusan dari raja. Amazia berkata: “Enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah makananmu di sana”! Amazia menyindir seolah-olah Amos bernubuat untuk mencari makan sebagaimana yang dilakukan oleh pelihat-pelihat dalam kerajaan (1Sam 9: 7-9; 2Raj 5:5, 15, 22-27; Mi 3:5). Akan tetapi dengan tegas Amos membantah bahwa ia bukan nabi melainkan seorang peternak dan pemungut buah ara hutan.[10]
Kata nabi dalam zaman Amos, pada umumnya dikaitkan dengan jabatan atau pekerjaan sehari-hari. Mereka biasanya membuat keajaiban, bisa menenung, meramal dan menasihati (Ul 13:1; 1Raj 22:15). Biasanya mereka hidup bersama dalam golongan atau persekutuan misalnya di Betel (2Raj 2:3), di Gilgal (2Raj 4:38), di pegunungan Efraim (2Raj 5:22). Mereka biasanya hidup dari pemberian dan sedekah atau mendapat bayaran dari ramalan-ramalan yang mereka lakukan (1Sam 9:6; 2Raj 5:20-23) juga dibayar dari kas negara (1Raj 18:19). Akan tetapi Amos menegaskan bahwa ia tidak ada hubungannya dengan nabi-nabi bayaran semacam di atas. Ia tidak pernah hidup dari bernubuat sebab ia seorang peternak dan petani. Akan tetapi Tuhan mengambil dia dari pekerjaan menggiring kambing domba untuk bernubuat terhadap umat Israel.[11]
Bagian penutup dari episode II ini adalah hukuman-hukuman yang akan diterima oleh Amazia dan bangsa Israel. Isteri Amzia akan menjadi seorang pelacur dan anak-anaknya akan mati terbunuh. Kemudian yang lebih buruk,, ia akan kehilangan harta milik keluarganya. Dan hal yang paling buruk lagi bagi seorang imam, ia akan mati terbunuh dan dikuburkan di tanah yang najis tanpa pemberkatan yang layak di pemakaman. Sementara bangsa Israel akan jatuh ke pembuangan.[12]
5.      Pesan yang mau Disampaikan
5.1.    Pembaca Zaman Amos
Amos adalah seorang juru bicara Allah yang mengkritik ketidakadilan di bangsa Israel baik secara religius maupun secara sosial. Ketidakadilan secara religius nampak dalam tindakan para imam yang terlalu “kompak”/ “tunduk” kepada pemerintah. Akibatnya umat Israel tunduk kepada agama yang didirikan oleh kerajaan bukan kepada Yahwe Allah nenek moyang mereka. Ketidakadilan secara sosial nampak dalam praktek penindasan, pemerasan, penyuapan, saksi dusta dan lain-lain. Hal di ataslah yang hendak dikritik oleh Amos.

5.2. Pembaca Real
Amos 7:10-17 berisi pertentangan antara para imam dan para nabi. Hal semacam ini sering ditemukan dalam Perjanjian Lama, misalnya pertentangan antara nabi Elia dengan imam-imam baal di gunung Karmel (1Raj 18). Para imam bertindak dalam peribadatan dan kebaktian sementara para nabi menyuarakan suara Tuhan. Peribadatan sering dikaitkan dengan pemerintahan atau politik, sementara pemberitaan suara Tuhan dilakukan dengan bebas. Persoalan seperti ini sampai zaman sekarang masih aktual. Gereja atau agama sering terikat kepada politik negara sehingga dalam arti tertentu Gereja atau agama menjadi terkungkung dan tergantung kepada politik negara. Gereja atau agama harus bisa mengambil sikap dan tidak menjerumuskan diri dalam politik negara, supaya Gereja atau agama hidup berkat firman dan Roh Allah, bukan karena pertimbangan-pertimbangan politik. Dengan demikian Gereja bebas mengkritik ketidakadilan dalam negara dan menyuarakan damai dan kesejahteraan bagi negara.
6.      Penutup
Amos 7:10-17 merupakan salah satu kisah pertentangan antara imam dan nabi dalam Perjanjian Lama. Kisah ini telah diuraikan dalam bentuk narasi dengan menekankan beberapa aspek pembentuk sebuah cerita. Amos sebagai tokoh utama (protagonis) berhadapan dengan tuduhan Amazia sebagai tokoh musuh (antagonis). Amos bertindak atas nama Allah, sementara Amazia bertindak atas nama negara. Menurut nabi Amos, imam yang benar kepada Yahwe harus terungkap dalam tatanan hidup sosial yang benar pula.


Daftar Referensi
Bauer, David. The Structure of Mathew’s Gospel: A Study in Literary Design. Sheffield: Almond, 1988.

Bergant-Robert. J. Karris (ed.), Dianne. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (Judul Asli: The Collegeville Bible Commentary), diterjemahkan oleh A. S. Hadiwiyata dan Lembaga Biblika Indonesia. Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Boland, DS. B. J. dan P. S. Naipospos, Tafsiran Amos. Bandung: Grafika, 1996.

Doorly J, William. Prophet of Justice: Understanding the book of Amos. New York: Paulist Press, 1989.

Rainey Harper, William. Critical dan Exegital Commentary on Amos and Hosea. Edinburgh: T&T. Clark, 1979.

Simamora, S. Tano. Bibel: Warisan Iman, Sejarah dan Budaya. Jakarta: Obor, 2013.
Stibbe, Mark. Return to Sender: A Structure Approach to John’s Gospel. Cambridge: CUP, 1993.



[1] David Bauer, The Structure of Mathew’s Gospel: A Study in Literary Design (Sheffield: Almond, 1988), hlm. 13-20.
[2] Betel (beth mamlakah) adalah rumah Tuhan. Tempat kudus Betel sudah ada sebelum zaman bapa-bapa bangsa (Kej 12:8; 13:3). Tempat ini dikaitkan dengan mimpi Yakub tentang tangga antara surga dan bumi (Kej 28:10-22). Yerobeam I membangun kembali Betel sebagai tempat penting untuk perkumpulan dan ibadat (1Raj 12: 26-33). Imamat Betel muncul tersendiri berbeda dengan imamat Lewi dari Musa. Mereka berasal dari keturunan Zadok. Pada zaman Amos, Amazia menjadi imam kepala di Betel (Lih. Dianne Bergant-Robert. J. Karris (ed.), Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (Judul Asli: The Collegeville Bible Commentary), diterjemahkan oleh A. S. Hadiwiyata dan Lembaga Biblika Indonesia (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 661.
[3] S. Tano Simamora, Bibel: Warisan Iman, Sejarah dan Budaya (Jakarta: Obor, 2013), hlm. 146.
[4] Dianne Bergant-Robert. J. Karris (ed.), Tafsir… , hlm. 657.
[5] William J. Doorly, Prophet of Justice: Understanding the book of Amos (New York: Paulist Press, 1989), hlm. 23.
[6] DS. B. J. Boland dan P. S. Naipospos, Tafsiran Amos (Bandung: Grafika, 1996), hlm. 90-91.
[7] DS. B. J. Boland dan P. S. Naipospos, Tafsiran… , hlm. 93.
[8] Mark. Stibbe, Return to Sender: A Structure Approach to John’s Gospel (Cambridge: CUP, 1993), hlm. 189-206.
[9] William Rainey Harper, Critical dan Exegital Commentary on Amos and Hosea (Edinburgh: T&T. Clark, 1979), hlm. 169.
[10] Dianne Bergant-Robert. J. Karris (ed.), Tafsir… , hlm. 661.
[11] DS. B. J. Boland dan P. S. Naipospos, Tafsiran… , hlm. 93. Bdk. Shalom  M. Paul, Amos (Minneapolis: Fortress Press, 1991), hlm. 244-245.
[12] Dianne Bergant-Robert. J. Karris (ed.), Tafsir… , hlm. 662.

Tidak ada komentar:

SEDEKAH MENURUT AGAMA ISLAM

1.PENGANTAR Sedekah merupakan ibadah sosial bagi umat Islam. Sedekah mempunyai kaitan yang erat dengan orang lain. Adapun alasan umat Isl...