Saudara-saudari
terkasih, kita tahu bahwa Yesus adalah orang Yahudi. Sebagai orang Yahudi, Ia
taat melaksanakan hukum Taurat. Selain taat, Ia juga kerap mengkritik
pelaksanaan hukum Taurat. Pada mulanya, hukum Taurat adalah pernyataan cinta
Allah kepada bangsa Israel. Akan tetapi sejak pembuangan ke Babilonia, para
rabi sering membuat aturan tambahan yang tidak kalah penting dengan hukum
Taurat. Peraturan tambahan ini sering tidak menghantar orang kepada kebebasan
dan kesejahteraan, malah menjadi suatu beban yang sulit ditanggung. Inilah yang
sering dikritik oleh Yesus. Ia tidak pernah meniadakan hukum Taurat, melainkan
untuk mengembalikannya kepada makna yang semula atau menggenapinya.
Saudara-saudarai
terkasih, Yesus adalah tanda pernyatan cinta Allah kepada kita orang-orang
Kristen. Sebagaimana hukum Taurat menjadi tanda perjanjian antara bangsa Israel
dengan Tuhan, Demikian juga Yesus menjadi tanda perjanjian antara kita dengan
Allah. Hukum Taurat tidak berlaku bagi kita. Hukum kita adalah Yesus sendiri.
Hukum ini jauh melampaui hukum Taurat. Hukum kita tidak hanya hukum yang
tertulis seperti hukum Taurat. Kita harus mampu melampaui hukum yang tertulis
demi kesejahteraan kita dan sesama manusia. Apa itu hukum Yesus? Hukum Yesus
adalah hukum kasih yakni, kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Bagaimana
kita mengasihi Allah? Kita sungguh-sungguh mengasihi Allah kalau kita mengasihi
sesama. Kasih kepada sesama adalah ukuran kasih kepada Allah.
Saudara-saudari
terkasih, hukum kasih menutut suatu tindakan dan bukan hanya sekedar kata.
Janganlah kita pintar berteori tetapi lamban dan enggan untuk bertindak,
sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.
Kalau kita mengakui Allah, Tuhan, marilah kita mengikuti Dia dan tidak berlaku
timpang dan bercabang hati, sebagaimana yang telah dikatakan oleh nabi Elia
kepada orang-orang Israel. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar