Kamis, 20 Oktober 2016

Persembahan yang Tulus (1 Raj 17: 10-16 Ibr 9: 24-28 Mrk 12: 38-44 (41-44)

Saudara saudari yang terkasih dalam nama Kristus.
 Ada sebuah cerita.  Dahulu kala ada seorang raja yang baik dan bijaksana. Sebagai raja yang bijaksana,ia selalu pergi mengunjungi masyarakatnya. Suatu hari, ia pergi mengunjungi masyarakatnya dengan mengenakan pakain pengemis,sehingga masyarakat tidak mengenal dia. Di tengah jalan dia banyak mendapat cemoohan dan perlakuan kasar dari masyarakat. Ia singgah di rumah seorang kaya. Ia meminta sesuatu untuk dimakan, namun ia diperlakukan secara kasar dan hanya mendapat sisa-sia makanan, itu pun dilemparkan kepadanya. Kemudian sang raja berjalan-jalan dan singgah di sebuah gubuk yang kecil. Pemilik gubuk ini adalah seorang janda tua yang miskin. Ketika sang janda melihat ada orang di depan rumahnya, ia dengan senang hati mempersilahkan orang itu masuk dan memberinya makan. Makanan yang diberinya itu adalah jatah makanannya untuk tiga hari. Walaupun demikian ia memberi pengemis itu makan dengan sepuasnya dan ala kadarnya. Tergeraklah hati sang raja oleh belas kasihan, lalu ia pulang. Beberapa hari kemudian si janda mendapat banyak makanan dan uang. Ia pun tahu bahwa pengemis yang diberinya makan itu adalah raja mereka.
Saudara-saudari yang terkasih dalam nama Kristus.
Apa dan siapakah janda? Dalam Perjanjian lama, maupun dalam Perjanjian Baru, janda sering digambarkan sebagai orang yang miskin dan tidak mempunyai apa-apa. Di Sarfat, nabi Elia menyuruh seorang janda untuk mengambil sedikit air dan sepotong roti. Si janda menjawab nabi itu dan berkata: “Demi Tuhan Allahmu yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikit pun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya maka kami akan mati.”
Si janda menggambarkan  bagaimana perjuangan hidupnya yang sangat menyedihkan. Perbekalan makanannya tinggal sedikit dan setelah itu habis, dia tidak akan makan apa-apa lagi, berarti dia akan mati. Tetapi apakah yang terjadi? Si janda tidak menolak permintaan nabi Elia. Ia mengikuti apa yang dikatakan nabi Elia dan memberikan apa yang dimintanya. Si janda pasrah dan menaruh kepercayaan secara total kepada penyelenggaraan Ilahi. Ia percaya bahwa Allah akan senantiasa memelihara hidupnya.
Saudara-sadari yang terkasih dalam nama Kristus.
Dalam Injil, kita telah mendengarkan bagaimana Yesus memperhatikan orang banyak dalam memberikan persembahan di Bait Allah.  Yesus memperhatikan tiap-tiap orang dan si janda pun tidak luput dari perhatian-Nya. Dapat kita bayangkan bagaimana si janda memberikan persembahannya di atas peti persembahan. Ia hanya memberikan dua peser atau satu duit. Orang lain disekitarnya mungkin memberikan seratus kali lipat dari apa yang diberikan si janda. Tetapi manakah yang dikehendaki Tuhan?
Tuhan menghendaki persembahan yang tulus dan ikhlas. Yesus memuji tindakan si janda dan berkata kepada murid-murid-Nya: “ Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahanya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.
Saudara-saudari yang terkasih. 
Adakah Tuhan tidak menghendaki persembahan yang banyak? Tidak. Tuhan menghendaki semua persembahan yang kita berikan tetapi dengan syarat yaitu kita harus mempersembahkanya dengan hati yang tulus dan ikhlas dan senantiasa berharap kepada penyelenggaraan Tuhan. Kita bisa melihat pengalaman hidup kita selama ini. Bagaimanakah kita memberikan persembahan kalau kita di gereja? Pernahkah kita berikan dengan tulus dan ikhlas? Pernahkah kita sadari bahwa apa yang kita berikan itu sebenarnya tidak sebanding dengan apa yang diberikan oleh Tuhan kepada kita? Sungguhkah yang kita berikan itu merupakan ucapan syukur kita kepada Tuhan, atau hanya sekedar pamer saja supaya kita dilihat dan dipuji orang? Pernahkah kita persiapkan persembahan yang kita bawa ke gereja? Kalau dipersiapkan berarti serius, tulus dan ikhlas tetapi kalau tidak, berarti kita tidak serius mempersembahkanya kepada Tuhan, sebab ada orang, baru waktu kolekte mencari-cari persembahanya. Adakah orang demikian di antara kita?
            Saudara-saudari yang terkasih dalam nama Kristus.
Persembahan bukan hanya urusan kolekte, uang dan hal-hal materi. Persembahan lebih merupakan pemberian diri. Meberi diri berarti berani berkorban demi orang lain. Banyak hal yang ada pada kita yang dapat kita persembahkan kepada Tuhan dan sesama. Misalnya: kita dapat menyumbangkan pemikiran , kata-kata, tenaga dan lain sebagainya. Kita harus saling memberi dan saling melengkapi satu sama lain. Yang menjadi pertanyaan adalah: Maukah kita meniru si janda yaitu meberikan persembahan dengan hati yang tulus dan ikhlas dan senantisasa menaruh kepercayaan kepada Tuhan? Percayalah Tuhan akan senantiasa menyelenggarakan hidup kita. Amin.

Tidak ada komentar:

SEDEKAH MENURUT AGAMA ISLAM

1.PENGANTAR Sedekah merupakan ibadah sosial bagi umat Islam. Sedekah mempunyai kaitan yang erat dengan orang lain. Adapun alasan umat Isl...