Saudara-saudari yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Iman
adalah jawaban manusia atas penyataan Allah. Melalui iman, manusia mempercayakan
segala sesuatu yang dialaminya kepada penyelenggaraan Ilahi. Dengan mengimani
Allah, manusia secara tidak langsung sudah mengikat perjanjian dengan Dia.
Beriman kepada Allah berarti setia kepada Allah.
Dalam Bacaan Pertama dikisahkan bahwa Salomo adalah seorang yang beriman
kepada Allah. Pada mulanya, ia taat dan setia melaksankan perintah Allah tetapi
pada akhirnya ia mulai tidak setia. Ia meninggalkan Allah dan menyembah dewa
lain, sehingga membawa kehancuran dalam kerajaannya.
Dalam Injil, diceritakan sebuah kisah yang berbanding terbalik dengan
Salomo, yakni seorang perempuan Siro-Fenesia yang adalah seorang kafir yang
tidak percaya kepada Allah. Ketika perempuan itu mendengar tentang Yesus, ia
percaya, lalu ia membawa anaknya yang kerasukan setan dengan harapan agar Yesus
menyembuhkannya. Yesus menguji iman si wanita itu dengan berkata:” Biarlah
anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi
anak-anak dan melemparkannya kepada anjing”. Tetapi perempuan itu menjawab:
Benar Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang
dijatuhkan anak-anak. Mendengar jawaban si perempuan, Yesus tahu bahwa
perempuan itu adalah seorang beriman, maka ia juga mendapatkan keselamatan.
Dengan demikian, anaknya menjadi sembuh.
Saudara-saudari terkasih, kita adalah orang beriman. Pertanyaan sekarang
bagaimanakah iman itu kita hayati dalam hidup sehari-hari? Adakah kita
menunjukkan bahwa kita adalah seorang beriman, atau jangan-jangan orang lain
yang kita anggap tidak beriman lebih setia kepada Allah dibanding dengan kita?
Keselamatan yang dari Tuhan akan diterima oleh semua orang yang percaya
kepada-Nya, tanpa memandang muka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar