Israel kerap menyanjung
puji tanah yang diberikan Tuhan kepadanya (Ul 8:7-9). Tanah ini dikatakan
sebagai kebun-kebun di tepi sungai, sebagai pohon tarbantin yang ditanam Tuhan,
sebagai pohon aras di tepi air (Bil 24:6).
Tanah ini adalah tanah kebun-kebun artinya tanah yang
subur (bdk. Yer 2:7). Tanah ini dihancurkan oleh Babel pada tahun 586 SM dan
ditinggalkan tandus. Akan tetapi, di zaman yang akan datang Tuhan akan membuat
tanah ini dikerjakan kembali dan akan menjadi seperti kebun Eden (Yeh 36:35).
Sungguh Tuhan akan membuat padang gurunnya seperti kebun Eden dan padang
belantaranya seperti kebun Tuhan. Di situ terdapat kegirangan dan sukacita,
nyanyian syukur dan lagu yang nyaring (Yes 51:3).
Lukisan kebun Eden dengan airnya yang berlimpah dan kebun
buah-buahnya (Kej 2:9, 10-14) adalah impian setiap petani Israel. Kebun yang
ditanam oleh Tuhan yang juga menjadi pemiliknya ini kemudian hari mendapat
sebutan kebun Tuhan atau kebun Allah, tetapi pada umumnya sudah dengan arti
atau latar belakang mitos. Memang jarak antara impian dan mitos sebenarnya
tidak jauh.
Demikian pula halnya dengan kebun yang digunakan dalam
bahasa cinta. Kebun menjadi lambang si jelita. Cinta melihat yang dicintainya
(si jelita) sebagai hanya bagi dirinya, yang paling indah dan memiliki segala
keharuman. Kita dengarkan nyanyian cinta berikut ini dari Kidung Agung:
Dinda,
pengantinku, kebun tertutup engkau, kebun tertutup dan mata air termeterai;
tunas-tunasmu merupakan kebun pohon-pohon delima dengan buah-buahnya yang
lezat; narwastu dan kunyit, tebu dan kayu manis dengan segala macam pohon
kemenyan, mur dan gaharu, beserta berbagai rempah yang terpilih; o mata air di
kebun, sumber air hidup, yang mengalir dari gunung Libanon.
Disadur dari Alkitab
dan Ketanahannya (Berthold Anton Pareira O.Carm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar