Manusia adalah makhluk paradoksal. Ia sekaligus rohaniah dan
jasmaniah. Dewasa ini, banyak orang sibuk untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan
kurang memberi minat untuk kebutuhan rohani. Orang terus mencari, mengusahakan,
berlomba-lomba, bekerja keras untuk mencapai prestasi dan kesejahteraan hidup. Time is money
menjadi semboyan dan pegangan hidup yang ampuh. Manusia sering lupa bahwa pada
dirinya, ia adalah makhluk rohaniah yang membutuhkan asupan rohani. Manusia
cenderung sibuk dan sibuk dalam mencari kebutuhan jasmani dan lupa untuk
berdiam diri, berdoa dan berkomunikasi kepada Allah penciptanya.
Sebagai
manusia, Yesus juga tergolong orang sibuk semasa hidup-Nya. Ia berkeliling dari
satu tempat ke tempat lain untuk mewartakan Kerajaan Allah, mengajar, menyembuhkan orang sakit dan juga mengurus
para murid-Nya. Meskipun demikian Ia tidak pernah melupakan doa (Luk 3:21;
5:16; 10:21). Atas permintaan para murid-Nya, Ia mengajar mereka doa Bapa Kami.
Doa ini disebut doa Tuhan karena berasal dari Yesus. Teks doa Bapa Kami dalam
Lukas lebih singkat dari yang dituliskan oleh Matius (Mat 6:9-13). Dalam Matius,
ada tujuh permohonan yang termuat dalam doa Bapa Kami, sementara dalam Lukas
ada lima permohonan, yakni dua permohonan menyangkut diri Bapa dan tiga
permohonan bagi si pendoa. Dalam doa ini, Yesus menyebut Tuhan sebagai Bapa. Tuhan
adalah Ayah-Nya. Ini adalah suatu tanda kedekatan-Nya dengan Tuhan. Sebagai
anak, Ia dapat meminta apa saja kepada Bapa. Para murid diajari-Nya juga untuk melihat Tuhan
sebagai Ayah. Tuhan tidak jauh, melainkan dekat.
Dua
permohonan pertama, menyangkut diri Bapa, yakni agar nama-Nya dikuduskan dan
kerajaan-Nya segera datang. Kita memohon agar Allah menguduskan nama-Nya dan
supaya pemerintahan-Nya yang meraja di bumi. Tiga permohonan kedua, menyangkut
makanan, pengampunan dosa dan pembebasan dari pencobaan. Permohonan akan makanan dipandang sebagai harapan agar Bapa
menjamin kelangsungan hidup dan menjaga hidup kita secara menyeluruh.
Permohonan akan pengampunan dosa menekankan agar semua pihak memiliki semangat
saling mengampuni. Dengan demikian, kehidupan bersama dapat berjalan dengan
damai dan tenteram, jauh dari rasa dendam dan kebencian. Permohonan akan
pembebasan dari pencobaan, berarti kita memohon agar Allah menghindarkan diri
kita dari pencobaan dan tidak membiarkan kita berjalan di jalan yang menuju
dosa. Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat dan Ia sendiri tidak mencobai
siapa pun (Yak 1:13). Ia selalu berusaha membebaskan kita dari yang jahat.
Doa
Bapa Kami sudah digunakan dalam liturgi sejak gereja awal dan sampai sekarang
ini. Doa ini bisa didoakan secara pribadi dan bersama. Dengan mendoakan doa
Tuhan ini, kita diajari Tuhan berdoa untuk saudara-saudari kita secara
bersama-sama, karena Ia tidak mengatakan:
“Bapa-Ku”, tetapi “Bapa Kami”. Dengan demikian doa kita berasal dari satu jiwa,
satu tubuh, yakni tubuh Gereja. Kita juga menjadi saudara dengan Yesus yang
sama-sama berseru Abba, ya Bapa.
Selain
mengajarkan rumusan doa, Yesus juga mengajar para murid-Nya bagaimana sikap
batin yang perlu dalam berdoa. Pertama, kita harus nekat, sebagaimana yang
dilukiskan dalam cerita tentang seorang yang didatangi temannya malam-malam
karena butuh roti. Orang itu saja bangun dan mengabulkan permohonan temannya
yang nekat, apalagi Bapa. Ia pasti mengabulkan permohonan kita, asal kita tidak
segan-segan memintanya. Kedua, kita harus percaya, bahwa Bapa itu
sungguh-sungguh baik. Ia tidak akan mengelabui dan mencelakakan kita
anak-anak-Nya. Seorang ayah tidak akan memberikan kalajengking kepada anaknya
ketika ia minta telur atau memberi ular ketika dia meminta ikan. Kalajengking
yang menggulung diri akan membentuk diri seperti telur, ular memiliki tubuh
yang licin seperti ikan. Seorang ayah tidak mungkin mengelabui anaknya dengan
memberikan barang-barang yang mirip, tapi berbahaya, apalagi Bapa yang di
surga.
Doa
adalah sebuah perjuangan. Doa menuntut suatu pengorbanan. Sebagai jaminan dari
perjuangan kita, Yesus bersabda: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
carilah, maka kamu akan mendapat;
ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta,
menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang
mengetok, baginya pintu dibukakan. Jangan segan untuk meminta dan yang paling
penting percayalah. Ia akan selalu mendengarkan dan menanggapi keluh kesah kita
sebagaimana yang dialami oleh Abraham. Allah mau mendengarkan Abraham dan
mengabulkan permohonannya. Ia membatalkan rencana-Nya mendatangkan musibah atas
permintaan Abraham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar