Alkitab mengenal
pembagian jenis bintang yang disebut binatang melata (remes) atau reptitilia
dan disebut sebanyak 34 kali, tetapi sebagian terbesar yakni 20 kali terdapat
dalam berita penciptaan (Kej 1) serta dalam cerita tentang air bah (Kej 6-8)
dan perjanjian yang diadakan Tuhan dengan Nuh sesudahnya (Kej 9).
Binatang-binatang ini juga diciptakan pada hari keenam (Kej 1:24-25) seperti
halnya manusia. Kata “melata” dalam bahasa Alkitab Ibrani kadang-kadang
digunakan pula untuk bergerak dalam air (Mzm 69:35; 104:25; Hab 1:14; Im
11:46).
Berdekatan dengan binatang melata ialah binatang merayap
seperti serangga. Terjemahan pada Kej 9:2 untuk melata dengan “segala yang
bergerak di muka bumi’ tidak tepat. Binatang-binatang melata yang disebut dalam
Alkitab ialah buaya (Ayb 40:25-41; 26/40:25-41;25) dan ular. Di sini akan
dibicarakan hanya tentang ular yang disebut kurang lebih 31 kali dalam
Perjanjian Lama.
Jenis ular yang hidup di Palestina dan di padang gurun
sekitarnya cukup banyak, tetap Alkitab hanya
menyebut beberap saja. Akan
tetapi, sayang bahwa para penafsir masih belum sepakat tentang jenis ular yang
dimaksud. Semuanya masih belum cukup pasti. TB LAI menerjemahkan semua jenis
ular ini hanya dengan ular tedung = ular beludak kecuali pada Yes 34:15 dengan
“ular pohon”, tetapi menurut hemat kami mungkin lebih baik diterjemahkan dengan
‘Ular panah”.
Pengenalan tentang ular dari para pengarang suci juga
rupanya belum cukup baik. Memang Alkitab mengagumi gerak ular (Ams 30:19) dan
mengetahui bahwa ular suka bersembunyi (Am 5:19). Akan tetapi, ular tidak makan
debu. Dalam Kej 3:14 ular dikutuk dengan kata-kata ini, “dengan perutmulah
engkau akan menjalar dan debu tanahlah kaumakan seumur hidupmu” (bdk. Yes 65:25
dan Mi 7:17, tetapi terjemahan “seperti binatang menjalar di bumi”
kedengarannya janggal; seharusnya “merayap” atau “melata”). Ular juga tidak
menggigit dengan lidahnya, tetapi dalam Mzm 140:4 dikatakan tentang lawan
pemazmur “mereka menajamkan lidahnya seperti ular, /bisa ular senduk ada di
bawah bibirnya”.
Ular menjadi lambang kejahatan dan malapetaka. Dari sebab
itu, orang-orang fasik yang sama sekali tidak mempedulikan penderitaan
sesamanya dibandingkan dengan “ular tedung yang menutup telinganya, /yang tidak
mendengarkan suara tukang-tukang serapah/atau suara pembaca mentera yang
pandai’ (Mzm 58:5-6).
Disadur dari Alkitab
dan Ketanahannya (Berthold Anton Pareira O.Carm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar