Saudara-saudari
terkasih, dari zaman Yesus, bahkan sebelumnya, sampai sekarang dan mungkin pada
masa yang akan datang, orang miskin dan kaya
selalu ada. Mereka hidup berdampingan. Hari ini, kita akan mendengar
sebuah perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin. Perumpamaan ini
hanya dituliskan dalam Injil Lukas.

Saudara-saudari terkasih, dalam
perumpamaan ini, Yesus memperkenalkan dua tokoh. Tokoh pertama adalah seorang
kaya. Semasa hidupnya, dia selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus,
bersukaria dan berpesta serta hidup dalam kemewahan. Tokoh kedua adalah Lazarus.
Dia adalah seorang miskin, pengemis dan penuh dengan borok sehingga
anjing-anjing datang menjilati boroknya. Dia sungguh-sungguh hidup dalam
penderitaan. Ketika keduanya meninggal, situasi menjadi berubah. Orang kaya
masuk ke alam maut sementara Lazarus langsung dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan
Abraham. Apa yang membuat orang kaya masuk ke alam maut? Apakah dia karena
kaya? Apa juga yang membuat Lazarus masuk ke surga? Apakah dia karena miskin?
Orang kaya masuk ke alam maut bukan karena kekayaannya, tetapi karena sikapnya
yang tidak mau peduli dengan orang miskin yang ada di sekitarnya. Dia telah
mengabaikan perintah untuk memperhatikan orang miskin dan menderita, anak yatim
piatu, janda dan orang asing sebagaimana dicatat dalam kitab Taurat dan kitab
para nabi (Kel 22:21-22; 23:9; Im 19:9-10; Am 2: 6-8; 14: 19:17; 21:13; 28:27;
Hos 12:7-9; Mi 3:1-3). Oleh karena itu, dia hidup dalam kesengsaraan dan
kesakitan dalam api siksaan di alam maut. Lazarus masuk ke surga bukan karena
kemiskinannya, tetapi karena ketulusannya, kerendahan hatinya, sebab ketika dia
tidak diberi sedekah dia tidak mengutuki. Dengan demikian, dia hidup dalam
kebahagiaan bersama bapa Abraham. Di sini terjadi suatu pembalikan keyakinan.
Pada saat itu, orang Yahudi percaya bahwa orang kaya dan sehat adalah
orang-orang yang diberkati Tuhan dan pasti mereka duduk di pangkuan Abraham
sementara orang miskin dan sakit adalah orang-orang berdosa dan terkutuk.
Mereka itu akan dicampakkan ke dalam nereka.
Saudara-saudari terkasih, ketika di
alam maut, orang kaya meminta belas kasih dari Abraham karena dia sangat
menderita tetapi Abraham menolaknya sebab semasa hidupnya dia juga tidak
memberikan belas kasih kepada orang miskin. Selain itu, dia juga meminta agar
Abraham mengutus Lazarus supaya mengingatkan para saudaranya yang masih hidup
agar mereka juga kelak tidak menderita seperti dia. Namun, Abraham juga
menolaknya, sebab mereka pasti mengerti dan mengetahui apa yang telah ditulis
dalam kitab Taurat dan juga para nabi. Mereka harus melaksanakannya dalam hidup
sehari-hari supaya mereka selamat, kalau tidak mereka juga akan menerima nasib
yang sama.
Saudara-saudari yang terkasih, di
tengah-tengah kita juga pasti banyak orang miskin dan menderita. Mereka
bukanlah orang-orang yang terkutuk tetapi mereka adalah saudara kita yang
membutuhkan bantuan, cinta dan belas kasih kita. Janganlah kita memeras dan
memperalat mereka demi kesenangan dan ketenangan kita supaya kita tidak celaka
(Am 6:1a.4-7), tetapi kita harus menjauhi semua itu dan hidup dalam keadilan,
ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan (1Tim 6:11) Apa yang sudah
kita buat kepada mereka? Mungkin kita mengaku diri miskin tetapi masih banyak
orang yang lebih miskin dari kita di dunia ini. Yesus mengajak dan mengajarkan
kita supaya memberi makan kepada orang yang lapar, memberi minum kepada orang
yang harus, memberi tumpangan bagi orang asing, memberi pakaian bagi orang yang
telanjang, melawat orang sakit, mengunjungi orang yang dipenjara, sebab apa
yang kita lakukan bagi mereka ini, kita melakukannya untuk Yesus. Inilah juga salah
satu yang dituntut oleh paus Fransiskus dari kita umat Katolik selama Tahun Kerahiman
Ilahi ini. Kalau kita telah melakukannya maka kita akan masuk ke dalam hidup
yang kekal tetapi kalau tidak kita akan dicampakkan ke dalam siksaan yang kekal
(Mat 25:31-45). Yohanes dari Salib berkata: “Pada malam kehidupan kita, kita
akan diadili atas dasar cinta”.