Rabu, 19 Oktober 2016

Menjadi Pelayan Anggur yang Baik (Yes 62:1-5; 1Kor 12:4-11; Yoh 2:1-11)

Saudara-saudari yang terkasih, Injil yang kita dengar hari ini adalah perkawinan di Kana. Dalam pesta perkawinan ini Yesus melakukan mukjizat yang pertama yakni mengubah air menjadi anggur. Ada satu hal yang menarik dapat kita lihat dalam Injil hari ini yaitu perkataan pemimpin pesta kepada mempelai laki-laki: “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang”. Dari ungkapan pemimpin pesta ini saya merefleksikan dan mencoba menganalogikan anggur yang baik adalah Yesus sendiri sementara anggur yang kurang baik adalah para nabi. Dalam sejarah keselamatan manusia. Allah pertama-tama mengutus para nabi kemudian mengutus Anak-Nya sendiri. Kedatangan Yesus ke dunia membawa sukacita, kegembiraan sebagaimana kegembiraan yang dirasakan oleh orang pada saat pesta. Semua bersukacita. Sukacita itu dilukiskan oleh Yesaya dalam bacaan pertama.
Saudara-saudari terkasih, apa yang dapat kita tarik dari bacaan hari ini sebagai modal dalam hidup kita? Kita harus menjadi pelayan Anggur yang Baik yakni Yesus sendiri. Kita harus menghidangkan Yesus kepada setiap orang agar semua orang mengalami sukacita. Bagaimana kita menghidangkan Yesus kepada setiap orang? Kita mempunyai rupa-rupa-rupa karunia dan pelayanan sebagaimana yang telah dikatakan oleh Paulus dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus. Di antara kita ada yang mempunyai karunia untuk berkata-kata, menyembuhkan, menghibur, mengajar, melakukan mukjizat, berbahasa roh dan lain sebagainya. Kita semua dipanggil dan digerakkan oleh roh yang sama yakni Roh Tuhan Sendiri. Kita mempunyai karunia, bakat dan kelebihan masing-masing. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk menghidangkan Anggur yang Baik yakni Yesus sendiri dan menghadirkan-Nya  kepada sesama sesuai dengan karunia yang kita peroleh. Semoga kita menjadi pelayan yang baik yang menghadirkan Yesus kepada sesama kita.

Dipanggil untuk Membangkitkan Orang Baik Fisik Maupun Rohani (1Raj 17:17-24; Gal 1:11-19; Luk 7:11-17)



Saudara-saudari terkasih, dalam bacaan hari ini kita akan mendengar kisah pembangkitan orang mati. Adalah menarik memperhatikan bacaan hari ini. Bacaan I mengisahkan bagaimana nabi Elia membangkitkan anak seorang janda dari Sarfat dekat Sidon (1Raj 17:20-24). Kisah ini mempunyai kemiripan dengan kisah nabi Elisa yang menghidupkan kembali anak seorang perempuan di kota Sunem yang terletak di bagian selatan Galilea (2Raj 4:8-37). Bacaan II mengisahkan bagaimana Paulus bangkit dari penganiaya menjadi pewarta iman akan Yesus Kristus. Sementara Injil menceritakan bagaimana Yesus membangkitkan anak seorang janda di kota Nain.
Saudara-saudari terkasih, ketiga bacaan di atas berkisah tentang kebangkitan. Dua kisah mengenai kebangkitan fisik (bacaan I dan Injil) dan satu lagi berbicara mengenai kebangkitan rohani (bacaan II). Mukzijat pembangkitan dari orang mati dalam bacaan I dan Injil kedengarannya sama tetapi kalau kita lihat secara seksama khususnya dari tokoh pembuat mukzijat nampak perbedaan. Tokoh dalam bacaan I adalah nabi Elia. Ia membangkitkan anak laki-laki dari seorang janda yang terbaring dalam sebuah ruangan dan tidak sedang dibawa dalam kubur. Elia sendirian di ruangan itu, lalu ia berdoa kepada Allah kemudian membaringkan badannya tiga kali di atas tubuh anak yang mati itu. Anak itu hidup kembali. Tokoh dalam Injil adalah Yesus. Motivasi Yesus dalam membangkitkan anak janda di Nain ini bukan karena iman si janda sebagaimana kisah pembangkitan hamba dari seorang perwira Romawi melainkan karena belas kasih. Yesus menaruh belas kasihan kepada si janda yang tidak mempunyai apa-apa lagi dalam hidupnya. Yesus mendekati usungan dari anak yang meninggal itu dan menyentuhnya. Dalam arti tertentu Yesus sudah melanggar peraturan dan adat Yahudi (bdk. Bil 19:11,16). Hal ini dilakukan-Nya karena rasa belas kasihan sebab Dia adalah Tuhan atas peraturan-peraturan. Penyelamatan Yesus terbuka bagi semua orang karena rasa belas kasihan-Nya. Kemudian Yesus memerintahkan anak itu untuk bangkit: “Hai, anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah! Kemudian anak itu bangun dan duduk serta mulai berkata-kata untuk menunjukkan kepada orang bahwa ia benar-benar hidup. Yesus membangkitkan dengan sabda-Nya, Ia tidak berdoa dan memohon kepada Tuhan sebagaimana dilakukan oleh nabi Elia. Hal ini mau menunjukkan bahwa Yesus jauh lebih berkuasa dari nabi Elia. Bacaan II mengisahkan Paulus yang bangkit dari seorang penganiaya jemaat Kristen menjadi pewarta Yesus. Dalam hal ini Paulus mengalami kebangkitan rohani, bangkit dari yang jahat kepada hidup yang lebih baik. Kisah pembangkitan ini membawa sukacita, damai bagi mereka yang mengalaminya.
Saudara-saudari terkasih, ketiga bacaan di atas  mau menunjukkan kuasa Allah yang menyelamatkan. Allah menyelamatkan melalui nabi Elia. Allah menyelamatkan melalui Yesus. Allah menyelamatkan umat-Nya melalui pewartaan rasul-Nya Paulus. Kita juga dipanggil oleh Allah untuk menyelamatkan sesama manusia melalui perkataan dan tindakan. Kita juga dipanggil untuk membangkitan orang secara fisik (bukan harus membangkitakn orang mati tetapi membantu orang yang kesusahan dari segi materi, memberi makan orang lapar, memberi tumpangan kepada gelandangan dan lain-lain) dan rohani (membangkitkan pengharapan orang yang putus asa, menghibur orang yang berada dalam kesedihan, mengunjungi orang sakit dan lain-lain). Semoga kita menjadi alat Tuhan dalam menyelamtakan umat-Nya.

“Apa yang Kau Lakukan untuk Saudaraku yang Paling Hina Ini, Kamu Melakukannya untuk Aku” (Am 6:1a.4-7; 1Tim 6:11-16; Luk 16:19-31)

             Saudara-saudari terkasih, dari zaman Yesus, bahkan sebelumnya, sampai sekarang dan mungkin pada masa yang akan datang, orang miskin dan kaya  selalu ada. Mereka hidup berdampingan. Hari ini, kita akan mendengar sebuah perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin. Perumpamaan ini hanya dituliskan dalam Injil Lukas.
           
     Saudara-saudari terkasih, dalam perumpamaan ini, Yesus memperkenalkan dua tokoh. Tokoh pertama adalah seorang kaya. Semasa hidupnya, dia selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, bersukaria dan berpesta serta hidup dalam kemewahan. Tokoh kedua adalah Lazarus. Dia adalah seorang miskin, pengemis dan penuh dengan borok sehingga anjing-anjing datang menjilati boroknya. Dia sungguh-sungguh hidup dalam penderitaan. Ketika keduanya meninggal, situasi menjadi berubah. Orang kaya masuk ke alam maut sementara Lazarus langsung dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Apa yang membuat orang kaya masuk ke alam maut? Apakah dia karena kaya? Apa juga yang membuat Lazarus masuk ke surga? Apakah dia karena miskin? Orang kaya masuk ke alam maut bukan karena kekayaannya, tetapi karena sikapnya yang tidak mau peduli dengan orang miskin yang ada di sekitarnya. Dia telah mengabaikan perintah untuk memperhatikan orang miskin dan menderita, anak yatim piatu, janda dan orang asing sebagaimana dicatat dalam kitab Taurat dan kitab para nabi (Kel 22:21-22; 23:9; Im 19:9-10; Am 2: 6-8; 14: 19:17; 21:13; 28:27; Hos 12:7-9; Mi 3:1-3). Oleh karena itu, dia hidup dalam kesengsaraan dan kesakitan dalam api siksaan di alam maut. Lazarus masuk ke surga bukan karena kemiskinannya, tetapi karena ketulusannya, kerendahan hatinya, sebab ketika dia tidak diberi sedekah dia tidak mengutuki. Dengan demikian, dia hidup dalam kebahagiaan bersama bapa Abraham. Di sini terjadi suatu pembalikan keyakinan. Pada saat itu, orang Yahudi percaya bahwa orang kaya dan sehat adalah orang-orang yang diberkati Tuhan dan pasti mereka duduk di pangkuan Abraham sementara orang miskin dan sakit adalah orang-orang berdosa dan terkutuk. Mereka itu akan dicampakkan ke dalam nereka.  
            Saudara-saudari terkasih, ketika di alam maut, orang kaya meminta belas kasih dari Abraham karena dia sangat menderita tetapi Abraham menolaknya sebab semasa hidupnya dia juga tidak memberikan belas kasih kepada orang miskin. Selain itu, dia juga meminta agar Abraham mengutus Lazarus supaya mengingatkan para saudaranya yang masih hidup agar mereka juga kelak tidak menderita seperti dia. Namun, Abraham juga menolaknya, sebab mereka pasti mengerti dan mengetahui apa yang telah ditulis dalam kitab Taurat dan juga para nabi. Mereka harus melaksanakannya dalam hidup sehari-hari supaya mereka selamat, kalau tidak mereka juga akan menerima nasib yang sama.
            Saudara-saudari yang terkasih, di tengah-tengah kita juga pasti banyak orang miskin dan menderita. Mereka bukanlah orang-orang yang terkutuk tetapi mereka adalah saudara kita yang membutuhkan bantuan, cinta dan belas kasih kita. Janganlah kita memeras dan memperalat mereka demi kesenangan dan ketenangan kita supaya kita tidak celaka (Am 6:1a.4-7), tetapi kita harus menjauhi semua itu dan hidup dalam keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan (1Tim 6:11) Apa yang sudah kita buat kepada mereka? Mungkin kita mengaku diri miskin tetapi masih banyak orang yang lebih miskin dari kita di dunia ini. Yesus mengajak dan mengajarkan kita supaya memberi makan kepada orang yang lapar, memberi minum kepada orang yang harus, memberi tumpangan bagi orang asing, memberi pakaian bagi orang yang telanjang, melawat orang sakit, mengunjungi orang yang dipenjara, sebab apa yang kita lakukan bagi mereka ini, kita melakukannya untuk Yesus. Inilah juga salah satu yang dituntut oleh paus Fransiskus dari kita umat Katolik selama Tahun Kerahiman Ilahi ini. Kalau kita telah melakukannya maka kita akan masuk ke dalam hidup yang kekal tetapi kalau tidak kita akan dicampakkan ke dalam siksaan yang kekal (Mat 25:31-45). Yohanes dari Salib berkata: “Pada malam kehidupan kita, kita akan diadili atas dasar cinta”.

Kejarlah Kebijaksanaan! (Am 8:4-7; 1Tim 2:1-8; Luk 16:1-13)

Saudara-saudari terkasih, kita pasti mengenal dan membutuhkan uang bahkan bekerja keras untuk mencarinya demi pemenuhan kebutuhan hidup. Uang baik adanya kalau dipergunakan dengan baik. Akan tetapi banyak juga orang yang telah disesatkan oleh uang (marrara do simalolong ni jolma mamereng hepeng). Orang yang paling sering berhubungan dengan uang adalah para bendahara atau ekonom. Hari ini, dalam bacaan Injil, kita akan mendengar pengajaran Yesus melalui suatu perumpamaan, yakni perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur (Luk 16:1-13).
            Saudara-saudari terkasih, melalui perumpamaan bendahara yang tidak jujur ini, Yesus mau mengajarkan para murid-Nya akan tiga hal yakni, bijaksana dalam menggunakan harta kekayaan, setia dalam hal-hal yang kecil dan menaruh loyalitas kepada Yesus sendiri. Sikap bijaksana atau cerdik sangat ditutuntut oleh Yesus dari para murid-Nya dalam mengelola harta kekayaan. Para murid harus mengikat persahabatan dengan mamon yang tidak jujur. Artinya, harta duniawi itu penting asal dipergunakan dengan baik dan bijaksana. Tuntutan Yesus ini bisa juga dihubungkan dengan perintah Yesus kepada para murid agar mereka bersikap cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati (Mat 10:16). Yesus memuji bendahara yang tidak jujur karena bendahara itu telah meniadakan upahnya agar ia bisa diterima oleh orang lain ketika tuannya akan memecatnya. Bendahara itu mencari solusi akan krisis di masa depan. Ia tidak putus asa tetapi mencari solusi yang tepat dengan menggunakan akal budinya. Sikap setia juga sangat dituntut oleh Yesus dari para murid-Nya, sebab siapa yang setia dalam hal atau urusan kecil ia juga setia dalam hal-hal besar. Jika para murid tidak setia dan benar dalam mengelola harta duniawi, mereka tidak dipercayakan akan harta yang sesungguhnya. Selanjutnya, para murid juga diminta supaya menaruh loyalitas kepada Yesus, sebab seseorang tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Jika para murid menempatkan mamon dalam tempat yang pertama otomatis Tuhan ditempatkan dalam posisi yang kedua. Para murid harus mengabdi kepada Tuhan dan menempatkan-Nya pada posisi pertama.
            Saudara-saudari terkasih, sebagai pengikut Yesus, sikap bijaksana dan tulus sangat dituntut dari kita, khususnya dalam mengelola harta benda atau kekayaan kita sebagaimana juga diungkapkan dalam bacan pertama (Ams 8:4-7). Dengan mempunyai kebijaksanaan, kita akan mampu mengerti perkara-perkara surgawi. Harta kekayaan tidak boleh kita jadikan sebagai sarana untuk menindas orang yang lemah. Harta kekayaan juga tidak boleh kita jadikan sebagai tuan dalam hidup kita tetapi kitalah yang menjadi tuan atas harta yang kita miliki. Selain itu, kita juga dipanggil untuk aktif mencari solusi dikala kita menghadapi masalah atau krisis dalam hidup kita, sebab kita dianugerahi akal budi, hati, kemampuan untuk bertindak dan juga pengetahuan akan kebenaran (1Tim 2:4). Salah satu ciri pengikut Yesus adalah tidak gampang menyerah. Mari bangkit mancari solusi dan menaruh keyakinan kita kepada Allah bahwa Ia tidak akan pernah meninggalkan kita tetapi akan dengan rela hati membantu kita dengan berbagai cara ketika mengalami krisis dalam hidup, iman, keluarga, karya dan lain-lain.

Berdoalah Tanpa Jemu-jemu! (Kel 17:8-13; 2Tim 3:14-4:2; Luk 18:1-8)



Saudara-saudari terkasih, kita pasti pernah berdoa baik secara pribadi, bersama, verbal maupun dalam hati. Kitalah yang tahu bagaimana kualitas dan kuantitas doa kita. Doa merupakan salah satu sarana untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Dalam doa terjadi dialog antara si pendoa dengan Tuhan. Ada beberapa muatan dari doa misalnya pujian, syukur, permohonan, dan lain-lain.
            Dalam Injil hari ini, Yesus mengajak para murid-Nya supaya berdoa tanpa jemu-jemu melaui suatu perumpamaan. Di sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menaruh hormat kepada orang lain. Sifat dari hakim ini bertentangan dengan sifat hakim yang sejati yakni, memberi keputusan yang adil, tidak memutarbalikkan keadilan dan perkataan, tidak memandang bulu, tidak menerima suapan dan sebagainya (bdk. Ul 1:16, 18, 20; 16:19, Sir 35: 12-15). Di kota itu juga ada seorang janda. Dalam Kitab Suci, para janda merupakan salah satu kelompok orang miskin yang mendapat perhatian khusus dari Allah (bdk. Ul 10:17; Kel 22:22; Mzm 68:6; Yes 1:17-23). Dia terjerat oleh kasus hukum. Dia juga tidak mempunyai saudara laki-laki dan anak laki-laki untuk membelanya dalam pengadilan. Dalam budaya Yahudi, perempuan sangat tidak biasa tampil dalam pengadilan. Oleh karena itu, dia meminta bantuan sang hakim agar membelanya. Pertama si hakim menolaknya. Akan tetapi dia sadar, apabila tidak ditolongnya, si janda akan datang terus mengganggu dia bahkan menyerangnya atau memukulnya yang justru akan membuatnya malu di depan orang banyak. Akhirnya ia pun memenuhi permintaan si janda dan membenarkan perkaranya.
            Saudara-saudari terkasih, melalui perumpamaan di atas Yesus mengajak para murid-Nya agar selalu berdoa kepada Allah Bapa tanpa kunjung henti. Kalau hakim yang tidak takut akan Tuhan itu saja mau menolong si janda yang terus mendatangi dan memohon bantuannya, apalagi Allah. Ia pasti mendengarkan mereka yang datang berseru kepada-Nya siang malam. Kita pun sebagai orang kristen dipanggil oleh Yesus untuk berdoa tanpa jemu-jemu. Kegigihan si janda dalam perumpamaan di atas dapat kita contoh dan juga perjuangan Musa dalam mengangkat tangannya di hadapan Tuhan supaya bangsa Israel menang atas bangsa Amalek (Kel 17:8-13). Si janda mendapatkan apa yang dia harapkan dengan kegigihannya dan bangsa Israel memperoleh kemenangan dengan perjuangan Musa dan bangsa itu. Masih banyak lagi contoh dalam Kitab Suci yang mengungkapkan perjuangan seseorang dalam berdoa terus-menerus kepada Tuhan dan mereka mendapatkan apa yang mereka harapkan misalnya, Hana isteri Elkana berdoa tanpa henti untuk memperoleh anak laki-laki, Elia berdoa agar Tuhan mendatangkan hujan dan lain-lain. Kita juga akan memperoleh apa yang kita harapkan kalau kita bertekun, berjuang tanpa henti dalam berdoa (Rm 12:12; Ef 6:18; 1Tes 5:17). Sambil berdoa kita juga diharapkan untuk selalu memberitakan firman dengan perkataan dan perbuatan, selalu siap sedia, baik atau tidak baik waktunya, menyatakan apa yang salah dan menegur serta menasihati dengan segala kesabaran dan pengajaran (2Tim 4:2). Dengan demikian, Anak Manusia akan mendapati iman di bumi apabila Ia datang.

SEDEKAH MENURUT AGAMA ISLAM

1.PENGANTAR Sedekah merupakan ibadah sosial bagi umat Islam. Sedekah mempunyai kaitan yang erat dengan orang lain. Adapun alasan umat Isl...